Biru duduk dalam diam. Di depannya, sudah duduk tiga orang perempuan dan menatapnya dengan penuh emosi. Mereka berada dalam presidential suite yang ditempati Sora.
"Jadi kau adalah perempuan murahan yang merebut kekasihku? Kau pasti mengguna-guna Ichigo. Iya kan?"
Hinaan yang Biru terima tak mengubah ekspresi Biru. Ia dengan tenang menatap wanita berpakaian minim yang menatapnya dengan tatapan permusuhan.
Ini kan pacar Tuan Muda Chang. Berarti yang dimaksud Kak Andre dan Kak Natsuki adalah Tuan Sora. Gumam Biru setelah mengingat wajah Arini. Pantas, saat pertama kali membaca kartu namanya seperti pernah dengar nama Sora. Ternyata diucapkan oleh Kak Natsuki.
"Anda?" Tanya Biru pura-pura tak mengenali Arini.
"Aku adalah Arini Prawira. Kekasih Sora." Jawab Arini dengan angkuh.
"Dan aku adalah Indira. Ibu Sora." Imbuh Indira yang segera dihadiahi tatapan penuh tanya oleh Biru. Dari sorot matanya, Biru seolah berkata "Tidak ada yang bertanya padamu."
Biru beralih pada Raya dan menatapnya dengan penuh dendam. Hal itu membuat Raya berdebar ketakutan. Tanpa sadar ia beringsut mendekat pada Ibunya.
Biru tersenyum samar. Yang satu selingkuh, yang satu merebut calon suami orang. Entah bagaimana yang tua. Gumam Biru masih terus memindai ketiga perempuan di depannya secara terang-terangan. Karena ini hanya pernikahan palsu, maka aku tidak akan segan.
"Apa kau sedang mengamati kami dan membuat kesimpulan sendiri?" Tanya Arini dengan penuh emosi. Ia berdiri dan mencondongkan tubuhnya ke arah Biru. "Kau benar-benar kurang ajar!"
Plakkk!!!
Suara tamparan terdengar cukup keras. Arini menampar Biru, tanpa diduga oleh siapapun.
"Itu pelajaran karena sudah berani merebut Sora." Ujar Arini sambil tersenyum penuh kemenangan.
Namun detik berikutnya, Biru berdiri dengan sangat cepat dan membalas pukulan Arini. Jauh lebih kuat dari pukulan yang Biru terima.
"Aduhhh!!!" Arini jatuh terduduk sambil memegang pipinya. "4nj1n6!!! Kau berani memukulku?!" Umpat Arini.
"Kau ... "
Ucapan Indira terpotong oleh suara tepuk tangan yang tiba-tiba terdengar.
"Wah, wah. Kami ketinggalan pertunjukan bagus." Seorang wanita dan pria muncul.
"Kak Natsuki, Kak Andre." Gumam Biru pelan.
Wajah Arini, Indira dan Raya semakin masam. Karena adik perempuan Sora itu tidak menyukai mereka. Sedangkan Natsuki, ia bahkan tidak peduli dengan kehadiran ketiga wanita di samping Biru. Karena fokus mata Natsuki hanyalah pada Biru.
Ia melangkah dengan cepat dan langsung memeluk Biru. "Kamu tidak apa-apa, Kakak Ipar? Mereka pasti mengeroyok mu. Iya kan?" Tanya Natsuki dengan suara yang sangat kencang.
"Ternyata lidah kekasihmu sangat kotor ya Sora." Imbuh Andre sambil menatap ke arah pintu penghubung ruang tamu dengan kamar Sora.
Hhhgggg...
Terdengar tarikan nafas dari Arini. Ia menoleh dengan cepat dan melihat Sora sedang menatapnya dengan kecewa.
Astaga, sejak kapan Sora disitu? Keluh Arini dalam hatinya.
Sora POV
Aku merasa lega, Nenek tidak bisa menghadiri pernikahan karena sedang sakit. Lagipula, ia pasti akan bisa mengetahui jika ini adalah upacara palsu. Lebih bagus jika Nenek tidak datang.
Setelah mengakhiri pembicaraan dengan Nenek, aku berjalan keluar kamar. Ku dengar suara Arini yang ketus dan penuh dengan emosi.
"Jadi kau adalah perempuan murahan yang merebut kekasihku? Kau pasti mengguna-guna Ichigo. Iya kan?" Kulihat Arini benar-benar berbeda. Wanita yang biasanya lembut dan manis, kini dipenuhi dengan amarah. Ia tampak begitu kasar di depan Biru.
Berbeda dengan Arini, Biru tampak tenang menatap kekasih dan keluargaku. Wanita itu tak takut sedikit pun. Aku jadi merasa bersalah kepadanya. Akulah yang sudah menempatkan Biru dalam situasi seperti ini.
Biru ... dia seperti anak remaja yang sedang dimarahi. Wajahnya itu ... akhh, aku tak percaya jika usianya baru 24 tahun. Aku pikir dia baru saja lulus SMA. Melihatnya mampu membuatku tenang dan gelisah di saat yang sama.
Ya ampun! Ada apa denganku? Mengapa aku malah mengaguminya disaat seperti ini. Bukankah diantara kami hanya ada bisnis? Tidak ada perasaan yang dilibatkan.
Plakkkk!!!
Aku terkesiap, suara pukulan itu menarik kesadaranku kembali.
"Itu pelajaran karena sudah berani merebut Sora." Ucapan Arini membuat emosiku tersulut. Sudah jelas, ini bukan salah Biru. Arini bahkan berani memukul Biru. Apakah selama ini benar yang dikatakan Natsuki dan Andre?
Aku benar-benar kecewa pada Arini.
Tunggu dulu! Itu.......
Plakkkk!!!
Astaga, cepat sekali.
"4nj1n6!!! Kau berani memukulku?!" Sekali lagi aku mendengar Arini mengucapkan kata-kata kasar.
Aku terhenyak. Aku tak bisa mengalihkan tatapanku dari wanita yang kucintai. Selama satu tahun kami menjalin hubungan, tidak pernah kulihat dan kudengar dia mengucapkan kata kasar. Arini adalah wanita yang lembut, sabar dan penuh perhatian di depanku. Mungkin benar kata Natsuki, cinta sudah membuatku buta.
Arini, padahal kita sudah berbicara. Aku sudah menjelaskan bahwa ini adalah ideku, bukan ide Biru. Tapi kenapa kau? Arrggghhh!!!!! Arini, kau benar-benar membuatku kecewa.
End of Sora POV
"Raya, antar Arini dan Ibu ke kamar. Kakak rasa mereka sedang lelah." Ucap Sora sambil menatap Raya dengan tajam.
"Iy ... Iya Kak. Ayo Ma."
Arini tidak setuju "Tidak! Sora dia ..."
Sora segera mengangkat tangannya sebagai tanda agar Arini diam. Melihat itu, dengan cepat Raya bergerak menarik Arini, dibantu oleh Indira. Sebelum Sora meledak, lebih baik mereka menuruti perintah pria itu.
Selepas kepergian ketiga perempuan itu, Natsuki dan Andre duduk di depan Biru. Sedangkan Sora segera duduk di samping Biru.
"Kapan kalian berdua sampai?" Tanya Sora pada Natsuki dan Andre.
"Tadi pagi." Jawab Natsuki singkat. "Hai, namaku Natsuki Kinomoto. Kamu?"
Meski ragu, Biru menyambut uluran tangan Natsuki. "Biru Nawangsari Putri."
"Wahhhhhh, namamu aslimu cantik sekali, Ev." Ucap Natsuki tanpa sadar dan langsung disambut tawa tertahan dari Biru.
Andre memukul dahinya mendengar ucapan Natsuki, Biru segera menutup mulut. Sedangkan Sora segera menatap penuh rasa ingin tahu.
"Kalian sudah saling mengenal?" Tanya Sora pada Biru.
Biru menatap Andre dan Natsuki sejenak. "Ya." Jawabnya singkat
"Sejak kapan? Dimana?"
"Onii-chan tidak perlu tahu." Kali ini Natsuki yang menjawab pertanyaan Sora. "Ayo Ev, kita ngobrol di tempat lain." Natsuki berdiri dan mengulurkan tangannya.
Tentu saja Biru menyambut uluran tangan Natsuki.
"Tidak apa-apa kan kalau aku tetap memanggilmu Everest?" Bisik Natsuki setelah mereka mulai berjalan.
"Tentu saja boleh. Tapi aku jadi rindu bertarung." Balas Biru masih sambil berbisik.
"Tenang saja, setelah menikah kau akan punya tiga buah samsak hidup. Menyenangkan bukan?"
Biru yang mengetahui maksud ucapan Natsuki langsung tertawa. Natsuki pun langsung terbahak-bahak.
Tawa keduanya membuat Sora semakin penasaran. Apalagi Natsuki yang jarang cepat akrab dengan orang baru, terlihat begitu dekat dengan Biru.
"Jadi sudah berapa lama kalian kenal? Tampaknya Natsuki benar-benar dekat dengan Biru."
Andre yang sudah berdiri hendak menyusul Natsuki dan Biru hanya mengedikkan bahunya. "Maaf, aku ada di pihak Natsuki. Jadi jawabannya tetap sama. Kau tidak perlu tahu."
Setelah berkata seperti itu, Andre segera melangkah pergi. Namun belum jauh berjalan ia berbalik menatap Sora.
"Aku serius dengan ucapanku tentang Arini. Mulutnya sangat kotor. Berbanding terbalik dengan yang selama ini kau katakan. Apa itu wanita yang kau bangga-banggakan?" Andre tersenyum sinis dan melanjutkan langkahnya.
Sora menatap kepergian Andre dengan kepala berdenyut. Ucapan menohok Andre memang benar adanya.
***
"Sekarang, ceritakan kepadaku. Apa alasanmu menikah dengan Kakakku? Kalian baru saja bertemu." Tanya Natsuki setelah ia, Andre dan Biru duduk di sebuah restoran tak jauh dari hotel.
Biru menarik nafas panjang mendengar pertanyaan itu. "Demi rumah orang tuaku." Jawab Biru sambil menatap Andre dan Natsuki secara bergantian.
Biru kemudian menceritakan bagaimana rumah keluarganya bisa berakhir di tangan Sora. Namun ia tidak mengatakan alasannya menerima tawaran Sora adalah karena ingin menghancurkan Raya.
"Kalau begitu, aku kan kembali ke rumah. Aku tidak akan membiarkan Indira menindasmu." Ucap Natsuki setelah Biru selesai bercerita.
Kening Biru berkerut. "Mengapa memanggil ibu hanya dengan nama?"
"Karena dia hanya ibu tiri. Perempuan gila harta." Jawab Natsuki penuh kemarahan.
"A ... apa?!" Biru tercengang. Alamakkkk, berarti Raya cuma adik tiri. Duuuhhhhhh.....kenapa aku nggak cari tahu dulu? B3g0 banget sih kamu Bi...
Biru meringis, ia merasa sudah begitu bodoh menerima tawaran Sora. Namun ia sudah tidak bisa mundur lagi. Karena semua surat sudah ia tanda tangani.
Hhhhhhh...
Biru hanya bisa menghela nafas, menyesal pun tidak ada gunanya.
***
Biru menatap cermin, saat ini ia sudah memakai gaun pengantin yang sederhana, seperti permintaannya. Ia bahkan minta pada penata rias agar rambutnya diurai saja. Toh ini bukanlah upacara pernikahan yang sesungguhnya. Jadi Biru merasa tidak perlu tampil sempurna.
Biru berjalan di dalam lorong bunga warna warni yang dibangun di taman hotel. Jika ini adalah pernikahan sungguhan, Biru pasti akan merasa sangat bahagia karena dekorasi sempurna yang dipilih oleh Zayn, asisten Sora. Di depan sana, Sora sudah berdiri menunggunya dengan mengenakan tuksedo yang warnanya sama dengan gaun pengantin Biru. Langit sore menjadi latar belakang tempat pernikahan mereka.
Upacara berjalan lancar. Pendeta gadungan itu benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik. Sora tidak mengundang siapapun. Acara ini adalah acara privat yang hanya dihadiri keluarga inti. Biru bahkan tidak mengundang keluarganya. Ia tidak ingin melibatkan keluarga mendiang orang tuanya dalam kebohongan ini.
"Tuan, foto dulu ya." Pinta Sang Fotografer pada Sora setelah upacara selesai.
Sora mengangguk dan segera menarik pinggang Biru agar gadis itu lebih dekat padanya.
"Perlihatkan senyum terbaikmu." Bisik Sora.
Biru menghela nafas. Ia ingin menolak. Namun saat melihat Ichigo yang menatap mereka dengan mata penuh kebahagiaan, Biru terpaksa mengulas senyum.
"Jelek sekali senyumnya. Tidak bisa kah kau tersenyum cantik seperti Arini?"
Mendengar nama Arini, Biru segera menatap wanita yang berpakaian glamor dan seksi itu.
...Arini Prawira...
Dengan dada yang menyembul seperti itu, Arini terlihat mengerikan di mata Biru.
"Jika ingin, silahkan berfoto bersama Nona Arini." Sahut Biru menanggapi ucapan Sora.
Sora berdecih kesal dan menatap ke arah Arini. Saat itulah tiba-tiba Arini jatuh pingsan. Meski kemarin Sora sempat kecewa pada Arini, namun ternyata cintanya masih lebih besar hingga keduanya berbaikan tepat sebelum upacara pernikahan gadungan ini berlangsung.
"Arini!" Sora segera berlari meninggalkan Biru.
"Sora!" Natsuki ingin menghentikan Sora yang melewatinya.
"Jangan!" Biru berjalan cepat mendekati Natsuki. "Biarkan saja."
"Tapi ... " Natsuki tidak sependapat dengan Biru.
"Biarkan, semua akan ada waktunya." Sahut Biru lagi.
"Mama Bi!" Terdengar suara Ichigo. Ia datang bersama Farah, baby sitter-nya.
"Hai sayang." Biru segera menyamakan tinggi dengan Ichigo. "Kamu darimana, hmm?"
"Dali toilet. Mama, malam ini tidul lagi sama Ichi ya."
"Iya sayang. Yuk, temani Mama makan ya."
"Iya Mama."
Biru, Ichigo, Natsuki dan Andre duduk di meja bulat untuk menikmati hidangan yang sudah disiapkan. Mereka tidak peduli dengan Sora yang sibuk mengurus Arini.
"Kasihan sekali, baru menikah sudah ditinggal." Sindir Raya yang menghampiri meja tempat Biru makan.
Biru hanya menatap Raya dengan datar. "Setidaknya bukan ditiduri lalu ditinggalkan." Balas Biru dengan volume suara yang besar. Ucapan Biru disambut tawa tertahan dari Natsuki dan Andre.
"Ka ... kau ... " Raya panik, ia menoleh ke kanan kiri dan menyadari ucapan Biru membuatnya diperhatikan Zayn dan anak buahnya.
Karena merasa malu, Raya segera pergi sambil menghentakkan kakinya.
***
Keesokan harinya ...
Biru bangun lebih awal. Semalam ia tidur dengan nyenyak. Biru pun merasa heran. Setiap tidur dengan Ichigo, Biru merasa lebih tenang. Ia tak lagi bermimpi buruk tentang bayi yang berlumuran darah.
Biru mengecup pipi Ichigo sebelum turun dari ranjang. Setelah itu ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Biru benar-benar tidak peduli dengan keberadaan Sora.
Setelah mengganti baju, Biru segera keluar untuk melihat apakah pelayan hotel telah mengantar sarapan mereka. Dan ternyata Farah sedang mengatur makanan yang diantar.
"Selamat pagi Nyonya." Sapa Farah sambil menunduk.
"Selamat pagi. Apakah makanan untuk Ichigo sudah siap?"
"Sudah Nyonya. Tinggal menunggu Nona bangun."
"Biru." Suara Sora membuat Farah dan Biru membalikkan badan.
"Selamat pagi Tuan. Nyonya, saya permisi ke kamar melihat Nona Muda dulu." Farah bergegas meninggalkan majikannya.
"Ada apa?" Tanya Biru setelah Farah tak terlihat.
"Maaf semalam meninggalkanmu begitu saja. Padahal ada hal di luar kontrak yang harus kita bahas."
"Oo." Biru tidak berminat membahas peristiwa semalam. "Mari duduk, Tuan. Kita bisa membahasnya sekarang."
Sora mengangguk dan segera duduk di depan Biru.
"Saya tidak akan ikut campur urusan Tuan. Jadi saya harap, Tuan akan berbuat hal yang sama. Selain itu, kita tidak akan berhubungan suami istri dan tidak tidur satu ranjang." Ujar Biru.
Sora tercengang, sejak keluar dari kamar Arini, ide itu sudah terlintas di kepala Sora. Ia tidak menyangka jika Biru akan lebih dulu mengutarakannya.
"Selebihnya akan menyusul."
"Masih ada lagi?" Sora mengernyit.
"Ya, kalau sekarang hanya itu yang saya ingat."
Sora menatap Biru yang sedang balas menatapnya dengan tenang. Gadis di depannya ini benar-benar tak terduga. Biru tidak peduli ditinggalkan Sora begitu saja. Ia bahkan yang mengajukan syarat tambahan untuk pernikahan palsu ini.
Baguslah, dia tidak melibatkan perasaan. Semoga seterusnya dia akan bersikap tidak peduli seperti ini. Gumam Sora dalam hatinya.
***
"Onii-chan, tidak bisakah kau mengakhiri hubunganmu dengan Arini?" Tanya Natsuki saat ia dan Sora hanya duduk berdua di balkon kamar Sora.
"Maaf Nana-chan, aku tidak bisa. Aku sangan mencintai Arini." Sahut Sora dengan wajah serius.
Natsuki menatap tak percaya pada Sang Kakak. "Tapi kau sudah menikah."
"Hanya demi Ichigo."
"Aku tidak peduli. Tak bisakah kau menghormati janji yang sudah kalian ucapkan di depan Tuhan dan kami sebagai saksi?"
Sora tersenyum simpul. Ia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Natsuki.
"Maaf, aku tidak akan mengubah pendirianku." Ucap Sora kemudian masuk ke kamarnya meninggalkan Natsuki.
Natsuki menghela nafas berat. Dari awal ia mengetahui Sora menjalin hubungan dengan arini, Natsuki sudah tidak setuju. Namun saudara kembarnya itu tidak mau mendengarkan ucapannya.
Aku yakin, jika kau tahu kebusukan Arini, kau akan langsung mencampakkannya, onii-chan. Kalau begitu, aku harus bekerja ekstra keras untuk mengumpulkan bukti. Aku tak ingin Biru dan Ichigo menjadi korban.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments