Malam minggu menjadi malam yang menyenangkan untuk Biru. Beberapa jam yang lalu ia baru saja mengalahkan seorang penantang yang datang dari Amerika. Sebuah pesta digelar untuk merayakan kemenangannya. Ruang lantai tiga di Angel Night Club milik Arya menjadi lebih ramai dari malam biasanya. Pendukung setia Biru yang berasal dari kalangan kelas atas yang berinisiatif membuat pesta. Sebab mereka memenangkan taruhan besar.
“Coklat dan Bunga mawar putih untuk Everest, jawara kesayangan kami." Seorang pemuda tampan berkacamata muncul di depan Biru.
Biru tertawa kecil mengusir debaran di dadanya. “Kak Andre. Seperti biasa." Tangannya terulur menerima pemberian Andre. “Terima kasih kak."
“Sama-sama." Andre duduk di sofa seberang Biru. “Kamu baik-baik saja? Apakah ada bagian tubuhmu yang mengalami cedera serius?"
Biru terhenyak, dan secepat mungkin ia menggeleng. “Tidak ada kak. Aku baik-baik saja."
Perhatian yang diberikan Andre Ciputra, pengusaha muda dari Indonesia membuat sudut di hati kecil Biru mulai menghangat. Pemuda itu memperlakukan Biru layaknya gadis biasa yang rapuh dan memerlukan perhatian. Biru menyukai itu. Karena semenjak terjun ke dunia pertarungan bebas, tak ada lagi yang memandang Biru seperti itu. Hanya Arya, Sang Kakak. Selebihnya akan melihatnya sebagai gadis kuat yang tak memerlukan apapun. Oleh sebab itu, di depan Andre, Biru berani memakai nama aslinya.
Andre dan Biru larut dalam perbincangan yang menyenangkan. Sesekali terdengar tawa renyah dari Biru. Arya hanya mengawasi dari jauh, dalam hatinya, ia merasa senang saat melihat Biru bisa kembali tertawa.
Biru menatap pintu dan sedikit teralihkan dengan sepasang kekasih yang baru saja memasuki ruangan. Ia tentu mengenal Sang pria, pemuda itu adalah anak dari seorang taipan di Hongkong. Namun wanita cantik yang bergelayut manja di lengannya, belum pernah Biru lihat sebelumnya.
“Sepertinya Tuan Muda Chang membawa kekasih baru lagi kali ini." Gumam Biru sambil menyesap anggurnya.
Andre mengikuti arah pandang Biru, kemudian ia tersenyum sinis. “Tunggu sebentar ya." Andre berpamitan.
Biru mengantar kepergian Andre dengan dahi berkerut. Ternyata Andre menghampiri Tuan Chang dan kekasihnya. Dari tempat Biru duduk, ia bisa melihat ekspresi terkejut kekasih Tuan Chang.
“Mungkin dia dari Indonesia juga." Lirih Biru pada dirinya sendiri.
Beberapa saat kemudian Andre kembali dan duduk di tempatnya semula.
“Kak Andre kenal sama perempuan itu?" Tanya Biru.
Andre mengangguk. “Arini Prawira, model dari Indonesia."
Biru kembali menatap Arini, ia bisa leluasa memandangi wanita itu dari tempat duduknya tanpa takut ketahuan Arini sebab posisi tempat favorit Biru yang sedikit tersembunyi namun mampu mengamati sekeliling ruangan.
“Dia kekasih sahabatku." Imbuh Andre. Biru segera menarik matanya dari Arini dan menatap Andre dengan penasaran. Andre tersenyum sinis. “Pria bodoh. Tidak pernah percaya dengan yang kami katakan tentang wanita pilihannya." Sambung Andre lagi.
“Namanya orang lagi jatuh cinta kak. Kotoran kambing bisa dilihat sebagai coklat." Sahut Biru kemudian tertawa getir. Menertawakan kebodohannya enam tahun yang lalu.
“Kamu sepertinya mengerti benar akan hal itu." Ujar andre.
Biru tertawa. “Sebagian orang pasti pernah menjadi budak cinta kak." Biru tak memberikan tanggapan dengan benar.
Andre mengambil ponselnya dan kemudian mengabadikan momen saat Tuan Muda Chang bermesraan dengan Arini.
“Barang bukti." Gumam Andre. Namun kemudian seseorang menghalangi kameranya. Seorang wanita cantik.
“Sudah cukup. Sora tidak akan percaya jika ia tidak melihat sendiri dengan mata kepalanya." Ujar wanita tersebut.
“Natsuki." Mata Andre berbinar saat menyebut nama wanita di depannya.
Biru menatap wanita yang bernama Natsuki itu. Kemudian ia beralih menatap Andre. Pemuda itu terlihat sangat bahagia dengan kedatangan Natsuki, dan ia memandangi wanita itu dengan pandangan yang memuja dan penuh … cinta.
Ternyata sudah ada yang mengisi hati Kak Andre. Biru menyesap anggurnya, berusaha mengalihkan rasa kecewa yang hadir.
“Hai, aku Natsuki." Natsuki mengulurkan tangannya pada Biru.
Biru segera meletakkan gelas dan menyambut uluran tangan Natsuki. “Everest."
Andre mengangkat alis saat mendengar Biru memakai nama samarannya. Namun ia mengerti, Biru belum pernah bertemu Natsuki sebelumnya.
“Wow, namamu cantik sekali. Tapi apakah kau juga sedingin Everest?" Natsuki mengerling jenaka.
“Mungkin, tapi sayang aku tidak bisa membuat es serut dengan tatapan mataku." Jawab Biru menanggapi candaan Natsuki.
Natsuki tertawa kecil. “Sebenarnya aku sudah beberapa kali menonton pertandinganmu. Dan malam ini aku beruntung bisa berkenalan denganmu."
“Kau harus mentraktirku untuk itu." Andre menimpali.
Natsuki berpaling dan tertawa menatap Andre. “Oh begitu rupanya. Jadi kau mau memerasku?"
“Dengan senang hati akan kulakukan." Natsuki dan Andre sama-sama tertawa.
Biru mengepalkan tangannya melihat interaksi itu. Perasaannya yang baru muncul, harus mati sebelum tumbuh. Akan tetapi di sisi lain ia merasa lega, ia bisa tahu kebenarannya sebelum rasa yang Biru miliki semakin berkembang.
Biru mengundang Natsuki untuk duduk bersama dengannya. Saat itulah Biru tahu Natsuki seorang gadis berdarah campuran Indonesia Jepang. Selain itu Natsuki adalah saudara kembar dari kekasih Arini, yang Andre sebut sebelumnya.
“Jadi kak. Wanita yang sedang kalian amati adalah calon kakak ipar ya." Biru menggoda Natsuki.
“Tolong jangan katakan itu, Ev. Telingaku berdengung mendengar kata ipar." Natsuki menyesap anggurnya.
Biru dan Andre tertawa melihat reaksi Natsuki.
“Aku tidak akan menerima wanita seperti itu sebagai Nyonya Kinomoto. Aku tidak akan pernah kembali ke rumah jika Sora nekat menikahinya."
Biru melihat keseriusan dalam ucapan Natsuki. Ia kembali menatap Arini. Biru membenci orang yang tidak setia.
***
Pesta masih berlangsung, tetapi karena Andre dan Natsuki sudah berpamitan. Biru pergi menuju ruang kerja Sang Kakak. Ia masuk setelah seorang pengawal membuka pintu untuknya. Di tengah ruangan, Arya sedang berbincang dengan beberapa orang tamu yang sudah Biru kenal.
“Miss Everest." Seorang pria berkulit gelap khas benua Afrika berdiri untuk menyambut kedatangan Biru.
“Jangan berlebihan, Tuan." Biru melambaikan tangannya.
“Tidak, kebetulan kami juga sudah selesai berbicara dengan Tuan Arya." Pria itu mengangguk hormat pada Arya kemudian menatap Biru. “Sampai bertemu lagi, My Lady."
“Sampai jumpa Tuan Kilian."
Kilian dan anak buahnya segera meninggalkan ruangan Arya.
Melihat kedatangan Biru, Arya segera menuju mini bar dan menuang champagne di gelasnya. “Mau juga?" Tawar Arya pada Biru.
Biru menggeleng. “Sudah cukup malam ini."
Arya mengedikkan bahu kemudian menyesap minumannya. “Ada apa?" Tanyanya setelah meletakkan gelas kristal di meja.
“Aku rindu Ayah dan Ibu. Aku ingin pulang ke Malang."
Rahang Arya mengeras mendengar ucapan Biru. “Aku tidak mengijinkan."
“Aku tahu."
“Jadi?"
“Aku hanya datang untuk memberi tahu."
“Dek … “
“Aku akan baik-baik saja Mas."
Arya menghela nafas kasar. Ia tahu Biru tidak akan bisa dihentikan.
***
Satu minggu kemudian…
Biru berdiri di depan pagar rumah orang tuanya. Disana terpasang papan dengan tulisan DIJUAL. Ia baru saja bertandang ke rumah pamannya, Nanta, untuk menanyakan hal ini. Namun pertanyaan baik-baik itu berakhir dengan jeritan penuh emosi dari istri paman Nanta.
Biru tak ingin tersulut, ia memilih pergi kembali ke depan rumah sambil membawa kartu nama milik Si Pembeli, "Sora Kinomoto". Setelah mendapat lokasi dan waktu pertemuan, Biru segera menuju penginapan kecil tak jauh dari rumah orang tuanya. Ketika waktu yang ditentukan telah tiba, Biru bercermin untuk memastikan penampilannya tidak semerawut untuk menemui pembeli rumah orang tuanya. Biru menggunakan sebuah midi dress putih berlengan panjang dan mengurai rambut panjangnya.
Biru memasuki restoran yang berada di Hotel Tugu dengan jantung berdebar. Ia tidak tahu harus mengatakan apa nantinya. Biru hanya bisa berharap, orang yang membeli rumah orang tuanya tidak akan mempersulit dirinya.
Seorang pelayan mengantar Biru ke ruang VIP, di dalam sana sudah duduk seorang pria yang mengenakan kemeja berwarna biru tua dengan lengan yang sengaja ia gulung sampai ke siku.
“Tuan Sora, Nona yang anda tunggu sudah tiba." Ucap Sang Pelayan.
Sora? Sepertinya pernah dengar namanya. Tapi dimana?
Pria bernama Sora mengangkat wajah dari ipad yang ia pegang. Tatapannya langsung menatap mata Biru.
“Selamat malam, Tuan. Saya Biru, yang meminta janji temu dengan anda." Biru memperkenalkan diri.
“Silahkan duduk." Ucap Sora datar. Dan pelayan yang mengantar Biru pun segera pergi. “Langsung saja." Imbuh Sora dengan wajah datarnya.
“Bisakah anda mengembalikan rumah orang tua saya?" Tanya Biru tak kalah datar.
Sora menyunggingkan senyum sinis. “Bisa. Asalkan anda memberikan dua puluh milyar kepada saya."
Biru cukup terkejut, namun wajahnya tetap tenang membalas tatapan Sora. “Saya akan menelepon sebentar."
“Silahkan."
Sora menatap Biru yang melangkah ke sudut dengan dahi berkerut. Jauh di dalam hatinya, Sora terusik dengan ekspresi Biru yang biasa saja saat menatapnya. Padahal, selama ini banyak wanita akan langsung salah tingkah dan tersipu jika Sora menatap langsung ke mata mereka.
Apakah aku sudah tak memiliki daya tarik?
Sora mendengus kesal dengan pemikiran itu.
Sedangkan di sudut ruangan, Biru putus asa mendengar penolakan Arya.
“Mas, tolong dong."
“Kan dari awal Mas sudah bilang tidak mengijinkan kamu pulang. Artinya semua urusan kamu di Indonesia Mas tidak akan ikut campur. Kecuali kalau berhubungan dengan nyawa kamu." Suara Arya terdengar menekan kesal. “Dan satu lagi. Tabungan kamu di Hongkong sudah Mas blokir."
Biru menghela nafas. “Baiklah kalau begitu." Biru memutus sambungan teleponnya.
Lama ia menatap keluar jendela. Rumah itu meninggalkan banyak sekali kenangan. Di dalam hatinya masih ada kebencian pada Ramdan yang sudah membunuh kedua orang tuanya. Namun Biru ingin tetap tinggal di rumah itu sebagai pengobat rindu pada ayah dan ibu. Bukannya Biru tak memiliki uang, namun uang yang ia bawa hanya cukup untuk modal usaha kecil dan kebutuhannya selama di Indonesia.
Sebelum berbalik, Biru menarik nafas dalam-dalam, ia putus asa. Setelah merasa lebih tenang, ia melangkah kembali pada Sora.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments