"Brengsek kamu Bim! Lepaskan aku!" Laura menjerit kesal. Tangannya terus ditarik dengan paksa oleh pria yang bernama Bima Satria itu. Pria itu bahkan tak perduli ketika barang belanjaannya terlepas dan jatuh ke jalan.
"Kamu gak sopan Bim. Lepaskan aku atau aku akan berteriak!" Perempuan itu terus saja menolak untuk dibawa ke dalam mobil pria itu.
"Kamu mau jalan atau saya gendong hah?!" Bima menatap tajam Laura karena merasa kesal perempuan itu tidak lagi mau mendengarkannya.
"Tidak keduanya! Kamu tidak berhak melakukan ini padaku. Jadi sekarang tinggalkan aku!"
"Apa? Kamu mengusirku Laura? Kamu pikir kamu siapa hah? Kamu itu hanya perempuan yang tidak ada bedanya dengan perempuan nakal di tempat itu. Jadi tidak usah sok suci kamu!"
"Sekarang ikut saya supaya semua orang tidak memperhatikan kita disini. Kamu tidak ingin semua orang tahu 'kan kalau kamu itu istri pak walikota yang terhormat itu."
"Tidak!" Sekali lagi Laura Eveline berteriak menolak. Ia merasa tidak punya urusan lagi dengan pria itu. Tim pemenangan Yusfan Bahar sudah bubar sejak kekalahannya beberapa saat yang lalu. Itu artinya ia sama sekali tidak ada lagi urusan pekerjaan dengan pria itu.
"Berani kamu membangkang hah? Kamu saja dinikahi oleh pak walikota hanya untuk dicampakkan lalu apa yang membuatmu jadi sangat sok jual mahal seperti ini?" Bima semakin emosi. Ia menatap Laura dengan tatapan tajam.
"Apa peduli mu Bim! Aku mau bersama beliau atau tidak itu sama sekali bukan urusanmu!" Laura menyentakkan tangannya sampai akhirnya terlepas. Setelah itu ia berusaha untuk lari menuju motornya yang terparkir di pinggir jalan. Akan tetapi Bima berhasil memburunya. Baru saja pria itu ingin menggendong paksa perempuan itu seseorang langsung meneriakinya.
"Heh, kamu tidak sadar kalau telah menggangu istri orang hah?!" Fardan Larigau berdiri di sana dengan tatapan tajamnya.
"Oh Pak Fardan Larigau. Maaf, anda membicarakan siapa?" tanya Bima pura-pura tidak bersalah sama sekali padahal ia tahu betul siapa pria dihadapannya. Seorang kuasa hukum dari walikota terpilih Usman Ali Kemal.
"Tentu saja anda Pak Bima. Apakah anda tahu siapa yang sedang anda sentuh itu? Saya bisa memperkarakan anda lho." Fardan menatap tangan pria itu dengan tatapan tajam. Pegangan tangan Bima pada Laura langsung terlepas. Ia seperti sedang menyentuh bara api yang panas.
"Nah itu bagus. Apa pun hubungan anda dengan Ibu Laura Eveline dimasa lalu silahkan kubur saja dan lupakan. Ibu Laura adalah milik pak Walikota. Anda bisa paham 'kan?"
"Ah iya Pak Fardan maaf. Saya tidak tahu itu. Kalau begitu saya permisi." Bima langsung pergi dari hadapan orang-orang kepercayaan Walikota terpilih itu. Ia tidak mau mencari masalah apalagi sekarang tim mereka sudah tidak punya gigi karena telah kalah telak dari Usman Ali Kemal.
"Mari Bu Laura, ikut saya," ujar Fardan Larigau seraya mempersilahkan perempuan itu untuk berjalan lebih dulu ke mobilnya.
"Kita mau kemana Pak?" tanya Laura bingung. Ia masih saja berdiri di tempatnya tanpa bergerak sama sekali.
"Kita pulang ke rumah pak Wali. Beberapa hari lagi pelantikan dan ibu harus berada disana untuk mendampinginya."
"Ah, benarkah? Tapi kenapa harus saya pak?" Laura Eveline masih tampak bingung. Berhari-hari menghilang dari Usman dan tidak dicari samasekali membuatnya yakin kalau ia mungkin sudah diceraikan oleh orang nomor satu di kota itu.
"Karena anda adalah istri sah Pak Wali. Jadi sekarang mari kita pulang." Fardan dengan sabar menunggu. Laura Eveline akhirnya setuju. Ia takut menolak karena ia tahu kekuatan seorang walikota.
"Kalau begitu biarkan saya pulang ke rumah dulu. Ada beberapa pakaian yang akan saya bawa." Laura meminta izin. Fardan tersenyum kemudian meminta perempuan itu naik ke mobil. Mereka akan mengantarnya ke rumahnya.
"Saya punya motor sendiri pak. Terima kasih banyak." ujar Laura Eveline menolak secara halus.
"Biar Pak Wawan yang pakai motor ibu. Silahkan ke Mobil saja." putus Fardan seraya meminta Wawan untuk meminta pria itu membawa motornya ke rumah.
"Tapi Pak?" Laura masih belum rela. Wajahnya masih menunjukkan keraguan.
"Tidak apa Bu. Motornya tidak akan hilang kok." Laura Eveline kembali menurut. Ia pun naik ke atas mobil dengan begitu banyak pikiran yang berkecamuk dalam hatinya.
Apakah ini mimpi?
Apa benar saya telah menjadi seorang Ibu walikota?
Oh tidak. Mimpi apa saya semalam?
Perempuan itu tiba di rumah kontrakannya dibawah tatapan curiga dari para tetangganya.
Laura Eveline berusaha untuk tidak peduli akan apa yang mereka bicarakan dan juga pikirkan. Ia memasuki rumah kontrakan sederhana itu dengan tarikan nafas beratnya. Lama ia memandang kesekeliling ruangan itu dengan perasaan campur aduk.
Rumah itu sudah lama ia tinggali bersama dengan seorang sahabatnya yang entah kemana lagi keberadaannya sekarang.
Perempuan itu kadang manggung jika ada panggilan dari sebuah organ tunggal dan kadang tak pulang sama sekali.
Dari pengakuannya sendiri ia mengakui bahwa ia sering dirayu dan diajak berkencan oleh beberapa pejabat di kota itu.
Laura kadang tidak percaya karena menurut pengakuan sang sahabat, ia sering diberi banyak uang jika berkencan dengan para Pria beristri itu tapi kenyataannya sahabatnya itu selalu saja mengeluh tentang keadaan keuangannya, hingga kadang ia lah yang membayar kontrakan sendiri dari hasilnya bekerja membantu orang lain.
Laura kembali menarik nafas panjang. Ia pun melangkahkan kakinya ke arah kamar nya kemudian mengumpulkan pakaiannya yang seadanya itu dari dalam lemari.
Satu koper cukup untuk membawa pakaiannya yang tidak banyak itu setelah itu ia pun mengunci rumah kontrakan itu setelah memasukkan motornya ke dalam.
Sahabat yang ia temani selama ini punya kunci sendiri jadi dia membawa kuncinya pun sendiri. Mereka berdua mempunyai kunci masing-masing. Fardan pun sudah menjemputnya di depan pintu
"Mari bu saya bawakan tasnya." ujar pria itu dengan ramah.
""Oh ya ampun Pak. Tidak usah repot-repot, saya bisa sendiri kok."
"Tidak apa-apa Bu. Anda harus latihan sekarang karena anda adalah istri dari Walikota di sini di kota ini. Laura Evelyn tidak menjawab. Ia masih sangat bingung dengan kejadian yang terjadi dalam hidupnya ini.
Ia pasrah saja ke mana pria ini membawanya dan ia berharap bahwa kehidupannya yang baru ini akan lebih baik daripada apa yang ia alami belakangan ini dan juga semoga Bima Sakti tidak datang lagi mengganggu ketenangan hidupnya
Iasudah lama ingin jauh-jauh dari pria brengsek itu yang selalu ingin menikahinya dan kadang berbuat kekerasan padanya. Mobil itu pun melaju dengan segala pikiran Laura Evelyn di dalam hatinya.
🌻🌻🌻
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Normah Basir
Laura hrs belajar JD istri wali,walau terpaksa,hrs dilakoni
2024-07-30
0
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
Ea elah.. harimau ompong.... krain mau menunjukkan taring dang cakar.... eeeee cakarnya tumpul
2023-04-12
1