"Ibu Laura, diumpetin dimana Pak Wali? Kok gak pernah kelihatan?" bisik Fardan Larigau pada sang walikota terpilih. Bahkan hari pelantikan pun hampir saja terjadi tetapi sang istri dari pria itu tak pernah nampak batang hidungnya.
Bukan hanya Fardan yang tak pernah melihatnya, orang-orang di rumah itu pun tak pernah ada yang melihat keberadaan istri dari pria nomor satu di kota itu.
Usman Ali Kemal tersentak. Karena sudah terbiasa sendiri dan juga sangat sibuk dengan pekerjaan ia jadi lupa kalau ia sudah punya istri. Ya, istri yang tidak diharapkan tetapi nyatanya mereka sudah terikat kuat melalui pernikahan.
"Saya tidak tahu dimana dia sekarang Dan. Ah, sudahlah. Kamu konsentrasi saja mengurus acara saat pelantikan."
"Hah? Trus Pak wali didampingi siapa saat pelantikan? Mau masuk berita viral lagi ya? Mendadak punya istri dan tiba-tiba mendadak jadi duda hahahaha." Tawa Fardan langsung menggema di dalam ruangan kerja pria nomor satu di kota itu.
Plak
Sebuah buku tebal langsung mendarat cantik di bahu pria muda bergelar Master Hukum itu. Usman Ali Kemal rupanya jadi khawatir juga tentang reputasi dan nama baiknya kalau sampai itu terjadi.
"Kalau begitu minta orang-orangmu mencarinya secepatnya. Jangan sampai timbul kasak-kusuk lagi di masyarakat." Usman akhirnya memerintahkan sahabatnya itu untuk mencari istrinya.
"Okey siap Pak Wali!" Fardan mengangkat tangannya membentuk hormat kemudian segera keluar dari ruangan itu. Ia sendiri langsung terduduk di kursi kerjanya.
Pria itu menarik nafas panjang. Ia meraup wajahnya kasar. Menatap langit-langit ruangan itu, ia jadi memikirkan perempuan yang bernama Laura Eveline. Seseorang yang mendadak menjadi muallaf karena pernikahan yang sangat tiba-tiba itu.
"Ya Allah, aku tidak tahu apa rencanamu pada diriku. Akan tetapi aku berharap bahwa semuanya baik untukku dan untuknya," ujarnya pelan. Sungguh, ia ingin sekali lari dari masalah yang sangat pelik ini tapi ia tetap harus bertanggung jawab dengan apa yang telah ia putuskan ini.
Kembali ia menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Dadanya terasa sangat sesak. Menikah dengan orang yang tidak diharapkan adalah hal yang sangat luar biasa beratnya. Hal macam ini bukanlah masalah momen lima tahunan seperti pemilu. ini menyangkut urusan seumur hidup.
Lama ia terpekur dalam diam. Ia pernah gagal dalam berumah tangga karena sebuah pengkhianatan. Dan sekarang pernikahannya dengan perempuan itu karena sebuah jebakan yang sangat menyakitkan. Ia tidak tahu apakah hubungan ini akan bertahan lama atau tidak.
"Ya Allah, berikan petunjuk mu," ucapnya pelan dengan dada berdebar. Ibunya sendiri sudah lama menginginkan ia menikah lagi setelah menduda selama 5 tahun tapi ia sudah tidak pernah tertarik dengan yang namanya perempuan. Tujuan hidupnya hanyalah bekerja untuk orang banyak. Hatinya benar-benar sudah beku pada mahluk cantik ciptaan Allah itu.
"Eh, ibu. Astagfirullah. Aku baru ingat, kalau aku akan mengantar ibu ke rumah kakek." Pria itu pun berdiri dari duduknya kemudian segera meraih jaketnya. Ia memakainya dan segera keluar dari ruangan kerjanya.
"Ibu sudah lama menunggumu nak. Kenapa lama sekali?" Fathimah menyambutnya di beranda depan dengan wajah sedikit kesal.
"Astagfirullah, saya lupa Bu. Maafkan aku." Usman menunjukkan rasa bersalahnya dengan mencium punggung tangan ibunya dengan cepat.
"Otakmu itu jangan mulu mikirin kerjaan sampai lupa keluarga. Ibumu saja kamu lupakan apalagi istrimu eh terbalik ya?!!"
Perempuan paruh baya itu mendengus kesal. Kali ini ia tidak akan tinggal diam lagi melihat putra satu-satunya seperti seorang robot yang hanya bisa bekerja dan tidak memperdulikan diri dan kebahagiaannya sendiri.
"Maaf Bu. Ayo kita berangkat. Jangan marah-marah seperti itu dong." Usman meraih perempuan kesayangannya itu kemudian mencium pipinya.
"Eh, jangan merayuku seperti itu. Ibu sudah tahu caramu kalau mau lari dari tanggung jawab." Fathimah masih saja marah-marah. Ia mendorong tubuh pria tinggi besar itu berpura-pura tidak suka diperlakukan seperti itu.
"Ayolah ibu, mulai hari ini dengan senyum dong supaya kita awet muda." Usman masih saja membujuk ibunya untuk tidak marah-marah. Pria itu meraih tangan ibunya untuk melangkah ke arah mobilnya.
"Sedari tadi ibu sudah tersenyum tapi karena kamu bikin ibu kesal, makannya ibu jadi berubah seperti ini." Perempuan itu tetap saja mengoceh tetapi tetap saja mengikuti langkah putranya ke arah kendaraan yang akan membawa mereka bersilaturahmi dengan orang tuanya.
"Kamu jangan menyiksa diri seperti itu Al," ujar perempuan itu lagi. Ia lebih suka memanggil putranya itu dengan nama tengahnya.
"Ibu, sudahlah. Aku tidak menyiksa diri. Aku menikmati hidupku sekarang." Pria itu pun menghidupkan mesin mobilnya dan segera meninggalkan rumah tempat mereka tinggal.
"Apa yang kamu nikmati hah, ada seorang yang halal buatmu malah kamu abaikan dan lupakan. Kamu tidak takut sama Tuhan?!"
"Ibu, Plis. Sudahlah. Sekarang kita fokus untuk ke rumahnya kakek saja. Meminta doanya semoga pelantikan besok aman dan lancar." Usman merasa gerah.
Ia benar-benar ingin menutup pembicaraan tentang pernikahannya dengan perempuan itu dengan baik dan tidak ada lagi perdebatan.
Fathimah hanya bisa menarik nafas berat. Ia hanya bisa berdoa semoga putranya ini mau membuka hati lagi untuk makhluk yang namanya perempuan.
🌻🌻🌻
"Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading ya gaess 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Normah Basir
jng lepas tanggung jawab pak wali,pernikahan bukan mainan itu sesuatu yg sakral
2024-07-30
0
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
sabar bunda. klw belum ketemu kuncinya pintunya takkan terbuka. tpi klw uda ktmu lama" terbuka juga...
2023-04-11
2
Susilawati Rela
Laura dimanakah engkau....tell Laura i love her...🥰
2023-04-06
2