Jam dua belas tengah malam, serangan fajar dilakukan oleh kubu Yusfan Bahar. Mereka mengangkat sebuah berita tentang salah satu calon walikota berinisial UAK.
Dalam berita itu disebutkan tentang oknum UAK membawa seorang perempuan ke kamar hotel sebelum hari pemilihan itu. Berita itu bukanlah headline news yang dipajang di bagian paling depan surat kabar pagi itu. Akan tetapi lumayan memberikan pengaruh kepada elektabilitas Usman Ali Kemal. Elektabilitas pria muda itu langsung turun drastis tapi masih tetap memimpin.
Beberapa pendukung ada yang nampak mulai ragu tapi ada juga yang masih cukup solid.
Mereka percaya konferensi pers pria itu pagi-pagi sekali kalau Laura Eveline adalah istrinya.
"Sial! Kenapa pria itu gampang sekali mendapatkan simpati meskipun ia sudah kita buat menjadi bahan omongan!" Yusfan Bahar menatap tajam Bima Satria yang hanya bisa tersenyum meringis.
"Sabar Pak. Kita lihat saja nanti saat penghitungan suara nantinya. Disanalah kita bisa lihat, sejauh mana kekuatan doa yang pria itu yakini."
"Kita pasti menang Pak" lanjut pria itu berusaha memberikan rasa tenang dan motivasi pada calon walikota itu.
Pagi itu, Usman Ali Kemal sudah bersiap berangkat ke tempat pemungutan suara. Akan tetapi sebelumnya, seluruh anggota keluarganya haruslah melaksanakan sholat duha berjamaah terlebih dahulu. Setelah itu barulah mereka keluar rumah.
"Usman, dimana istrimu nak?" tanya Fatimah, sang ibu dengan tatapan teduhnya. Pria itu tersentak kaget. Karena terlalu sibuk mengurusi pemilihan, ia jadi lupa kalau sudah menikah dan punya istri.
"Ibu kok tahu?" Pria itu menatap ibunya dengan perasaan tak nyaman. Tiba-tiba ia merasa bersalah karena tidak memberitahu sang ibu kalau ia sebenarnya sudah menikah.
"Maafkan saya ibu. Maafkan saya," ucapnya seraya bersujud dihadapan sang ibu. Ia menciumi tangan ibunya berkali-kali memohon ampun.
"Ibu sudah mendengar kabar itu dari Fardan. Yakinlah bahwa segala sesuatu terjadi tak pernah keluar dari kehendak dan izin Allah. Sedangkan daun kering yang jatuh dari pohonnya saja tak akan terjadi jika tanpa izinNya."
Usman Ali Kemal menundukkan wajahnya. Ia tahu hal itu. Tapi jika mengingat akan gadis itu, rasanya ia tak habis pikir dengan keputusan Tuhan yang satu itu pada dirinya.
"Dan bagaimanapun latar belakangnya, perempuan itu adalah istrimu nak. Kamu harus bertanggung jawab padanya."
"Ah iya Bu." Usman tak tahu harus menjawab apa, setelah menduda cukup lama karena dikhianati, ia sudah tidak berpikir untuk menikah. Dan apa yang terjadi sekarang adalah, dia mendadak menikahi seseorang yang ternyata adalah orang dalam dari kubu lawan politiknya. Hatinya sangat sakit, ia seperti dikhianati untuk yang kedua kalinya.
"Kita berangkat sekarang Bu." Pria itu sedang tidak ingin membahas tentang pernikahannya. Hari ini adalah penentu usahanya selama beberapa tahun ini. Ia harus fokus dulu di sini.
Fathimah setuju, ia tidak ingin menggangu perasaan putranya yang akan menghadapi pertarungan sebentar lagi. Mereka pun berangkat bersama-sama dengan mengucapkan bismillah.
"Meskipun kamu adalah istri dari Usman Ali Kemal, tapi suaramu dan semua anggota mu adalah untuk Yusfan Bahar. Kamu mengerti 'kan?" bisik Bima Satria dikuping Laura Eveline sesaat sebelum memasuki area pemungutan suara.
Laura Eveline tersenyum kemudian menjawab dengan tegas. " Tentu saja Bim. Saya adalah tipe orang yang solid. Tidak mudah tergoyahkan. Hanya saja saya sangat tidak suka dengan caramu menjebak Usman Ali Kemal. Itu sangat tidak adil dan curang."
"Hahaha, inilah pekerjaan kita Laura. Dan saya berharap sekali setelah ini Usman akan menceraikanmu! Karena engkau adalah milikku!" Bima Satria menyeringai kemudian segera pergi dari hadapan perempuan itu.
Laura Eveline mengepalkan tangannya dikedua sisi tubuhnya. Ia sangat kesal saat ini. Andaikan ia bisa memilih, ia akan memilih keluar dari pekerjaan yang memuakkan ini. Ingin ia menjadi seorang warga biasa yang tidak ikut urusan politik dan semacamnya.
"Laura Eveline!" Namanya terdengar dipanggil oleh petugas KPPS. Ia pun masuk ke dalam area TPS dan siap untuk memasuki bilik suara. Tak lama ia di dalam ia sengaja memilih waktu akhir hingga tak banyak yang antri.
Setelah selesai, ia pun keluar dengan langkah panjang ke arah motor matiknya, akan tetapi seorang pemburu berita menghadangnya di dalam perjalanan. Rupanya sejak kejadian itu, hidupnya tidak lagi aman seperti dulu. Ia seringkali dibuntuti oleh orang yang tidak dikenal.
"Kenapa Ibu Laura tidak mendampingi suami disaat-saat seperti ini?" tanya pria itu dengan wajah kepo nya.
"Kami berbeda tempat mencoblos jadi tentunya kami berpisah untuk sementara waktu."
"Kok bisa? Kan ada formulir A5 kalau ingin pindah mencoblos Bu?"
"Maaf, saya sedang ada keperluan penting jadi tidak bisa melayani pertanyaan Anda. Maaf." Laura segera melajukan motornya dengan cepat untuk meninggalkan tempat itu. Kalau bisa ia ingin segera lari dari yang namanya Usman Ali Kemal.
"Heh, memangnya siapa saya? dicari pun tidak. Apalagi mau mencoblos di tempat yang sama? mimpi apa saya kalau itu terjadi?" Laura Eveline terkekeh.
Sungguh, Ia tidak terlalu mengharapkan pernikahan ini. Ia sangat sadar akan siapa dirinya sebenarnya. Ia tak pantas bersanding dengan orang terhormat seperti Usman Ali Kemal sang calon walikota.
Saat ini Ia hanya perlu belajar beribadah karena sudah berstatus sebagai seorang muslimah.
Sebuah kepercayaan yang sudah lama ia idamkan, sayangnya baru kesampaian pada saat terjepit. Maha suci Allah yang memberikan hidayahNya pada siapa pun yang dikehendaki Nya.
Sore itu, ia pulang ke rumah kontrakannya untuk beristirahat. Pekerjaannya sudah selesai. Dan hari ini adalah penentuan apakah calon yang diusungnya itu akan lolos menjadi walikota atau tidak.
Setelah memasak mie instan dicampur dengan telur kocok, ia pun makan seraya menonton tayangan penghitungan suara yang cukup menegangkan di setiap siaran televisi. Ada banyak klaim dari beberapa lembaga hitung cepat atau quick count di televisi. Dan ia tidak peduli. Ia hanya ingin melakukan refreshing pada hatinya.
Sebuah kitab suci Al-Qur'an ia buka dan ia baca melalui tulisan latinnya. Sampai sayup-sayup ia mendengar dari arah televisi, tim pemenangan pasangan Walikota dan wakil dari Usman Ali Kemal menyatakan kemenangan atas lawannya Yusfan Bahar.
Ia pun menghentikan acara belajarnya.
Gadis itu memandang ke arah layar televisi dan menatap wajah sumringah dari seorang pria yang telah menghalalkannya.
"Terimakasih semuanya. Kemenangan ini adalah kemenangan kita semua."
"Saatnya aku pergi dari kota ini," gumamnya pelan seraya menutup kitab suci yang telah dipelajarinya. Ia tahu hidupnya tidak akan aman lagi saat pria itu tahu kalau ia adalah salah satu anggota tim lawan yang sengaja memberinya jebakan yang sangat kotor seperti ini.
🌻🌻🌻
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Normah Basir
manarik, Krn Laura dapat hidayah dalam keadaan terjepit/Drowsy//Drowsy/
2024-07-30
1
Langit Biru
lanjut
2023-05-09
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻ɢ⃟꙰ⓂSARTINI️⏳⃟⃝㉉
kabar berita memng lbih cepat penyebaran mski tertutup rapat
2023-04-17
2