elang membuka matanya, kepalanya masih sangat berat dan sakit namun dengan sekuat tenaga ia mencoba bangun tetapi betapa kaget nya ia saat melihat wajah Fajrina di samping nya, hatinya berdebar, jantungnya serasa akan melompat keluar. ia berusaha menggerakkan tangannya yang sudah mati rasa itu. namun gagal karna ternyata Fajrina menggunakan tangan elang untuk bantalan kepalanya.
fajrina masih menggunakan jas putih khas dokter itu, wajahnya terlihat sangat lelah. mereka sangat dekat, nafas Fajrina menyapu wajah elang. sebenarnya istrinya sangat cantik memang untuk saat ini elang sama sekali tak memiliki rasa apapaun pada fajrina. namun entah mengapa saat ini Fajrina mampu membuat sangat berat
bohong jika elang tak merasakan apapun, apalagi posisi tidur mereka sangat dekat , bahkan tanpa sadar Fajrina memeluk elang erat.
pandangan elang meremang, dengan perlahan dan penuh kehati-hatian elang membelai wajah Fajrina. wajah istrinya sangat mulus meski tanpa riasan apapun.
perlahan tapi pasti elang mendekati wajah fajrina, ia mengecup bibir fajrina lembut.Hati elang berdebar. Ingin rasanya elang mencium bibir indah itu lebih lama. bahkan jika Bisa ia ingin meminta hak nya sebagai suami saat ini juga, namun egonya sangat tinggi, ia tak mau menyerah begitu saja. ia tak boleh jatuh cinta pada Fajrina terlebih dahulu.
"Tidak .. tidak.. jangan sampai aku tergoda ". Ujar elang dalam hati.
Namun godaan setan kali ini lebih parah, Fajrina mekin mengeratkan pelukan nya pada elang, dan tanpa di segaja lutut sang istri mengenai adik kecilnya.
Elang terpana, kemudian menatap kembali istrinya.
"Ah, sial sial". Sentuhan itu suskes membuat hasrat terpendam elang bangkit. Namun ketika ia ingin mengangkat kaki Fajrina, Fajrina malah terbangun. Dengan cepat elang menutup matanya pura-pura tidur.
Fajrina terduduk, ia merenggangkan otot ototnya, elang mengintip sedikit. Sepertinya Fajrina tak curiga. Tapi bagaimana dengan adik kecilnya yang sudah mengacung sempurna saat ini.
Dengan cepat elang merubah posisi hingga membelakangi Fajrina.
Selamat, gumam nya dalam hati.
Fajrina bangkit dan melepas jas dan hijab nya. Lalu berjalan kekamar mandi. Elang menghembuskan nafasnya. Ia gusar. Ia menatap kebawah, adik nya belum tidur juga.
Ia berguling-guling, ia beharap adik kecilnya akan cepat tidur. Namun belum juga berhasil Fajrina keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan kimono saja. Posisi elang terlantang kini.
"Aish bodohnya". Elang mulai merutuki kesalahan nya
Ketika Fajrina ini mengambil tas nya , ia berteriak karna tak sengaja melihat adik kecil ardhi yang sudah tegap di balik celana yang ia kenakan dan Dengan cepat Fajrina menutup matanya.
"Hemmm.. ada apa". Tanya elang, ia pura-pura baru terbangun dari tidurnya.
"Itu.. itu". Ujar Fajrina sambil menunjuk ke arah elang.
"Hey apa yang kau lakukan". Elang tersenyum sambil pura-pura ikut terkaget-kaget.
"Kenapa kau malah menyalahkan ku". Fajrina membuka matanya namun, ketika ia melihat elang berdiri ia kembali menutup matanya.
"Kau membangunkan nya, kau harus mengaku". Elang mendekati Fajrina dan mulai menggoda gadis itu.
"Enak saja".
"Awas kau ya, lain kali jika kau membangun kan nya, kau harus menidurkan nya kembali". Ujar elang sambil berjalan meninggalkan Fajrina yang msih shock melihat ukuran benda pusaka sang suami.
elang mengelus-elus dadanya, selamat..
Tak beberapa lama elang keluar, ia sudah merasa lebih segar, ia mengedarkan pandangan nya, tak ada Fajrina di sana.
"Kemana dia".
"Kau sudah selesai?". Fajrina bertanya sesaat setelah ia memasuki kamar dengan membawa 2 gelas kopi.
"Hemm..“ elang menatap Fajrina. Kenapa ia tenang sekali
"Ini untuk mu, minumlah sebelum kita kembali ke ruamh, ayah dan bunda mu sudah menelepon ku sedari tadi". Ujar Fajrina sambil menudukan dirinya di sofa.
"Kau, tidak apa-apa". Tanya elang.
"Aku, aku baik-baik saja, memang nya aku kenapa?". Ucap Fajrina sambil meminum kopinya
"Soal yang tadi". Akhirnya fajrina paham apa maksud pertanyaan elang
"Oh, soal benda pusaka mu.. aku sudah sering melihatnya bahkan langsung tanpa penutup sama sekali". Fajrian menjawab elang dengan enteng.
"Kau, bisa sesantai itu membahas benda pusaka milik pria". Elang menatap Fajrina tak percaya
"Aku seorang dokter tuan elang, aku bahkan pernah memotong habis benda pusaka pria lain yang sesuai mu".
"Lalu kenapa kau berteriak tadi". Fajrina balik menatap elang.
"Ya Karna aku kaget, dan ya kau suami ku, dan kau begitu sehat berbeda dengan para pasien ku.. "
"jadi kau telah terbiasa melihat hal-hal seperti itu, yang benar saja". elang berkelakar
"ya Karna itu memang pekerjaan ku, dan semua yang kulaukan untuk kebaikan dan menyelamatkan nyawa para pasien ku, jadi jangan berfikir yang aneh-aneh". Fajrina menatap elang kesal
"seharusnya kau tak perlu takut saat melihat milik ku"
"tentu saja aku kaget, kita suami istri dan melihat milik mu yang seperti itu, bisa jadi kau meminta hak mu sebelum aku siap, dan bisa jadi kita akan.." Fajrina menggantung kata-katanya.
"Kita apa?". Elang mulai menggoda Fajrina.
"Bukan apa-apa, kenakan sepatumu lalu kita pulang". Elang memiliki hobi baru, menggoda Fajrina
"nanti saja, aku masih ingin tidur santai di sini. aku sedang tidak bersemangat untuk bekerja". ujar elang sambil kembali merebahkan tubuhnya.
"hey, aku harus kembali ke rumah sakit". Fajrina menarik kaki elang. namun dengan cepat elang memegang tangan Fajrina
"jangan asal sentuh, jika benda pusaka ku kembali terbangun apa kau mau menidurkan nya kembali". Fajrina melepaskan kaki elang kemudian mundur.
"jangan macam-macam".
"memang kenapa kalau aku mau macam-macam, aku suami mu, aku punya hak atas dirmu , kau tak boleh menolaknya.. kau akan berdosa jika menolak keinginan ku.. dan seharusnya kau lebih tau itu dari pada aku".
"terserah". fajrina melengos, hatinya berdebar. ia tak ingin berbuat dosa karna menolak jika elang meminta hak nya. namun Fajrina tak mau jika harus melayani elang. Karna pernikahan mereka hanya di atas kertas Saja. ia tak mau merugi. ia takut elang akan meninggalkan nya sewaktu-waktu.
"ayo, sini kembali tidur.. masih terlalu pagi untuk keluar dari sini". elang menepuk kasur di samping nya .
"silahkan kau lanjutkan tidurmu, aku tak mengantuk". Fajrina berjalan menuju sofa dan mendudukan dirinya di sana. namun lama kelamaan mata nya mulai berat. ia memejamkan matanya kemudian tertidur.
elang mendekat dan setelah yakin Fajrina telah terlelap, elang mengangkat tubuh Fajrina dan meletakkan nya di kasur, kemudian dia memasuki kamar mandi, menyiram dirinya untuk meredakan hasrat yang tadi sempat timbul karna ulah Fajrina
"aku tak kan memaksa, aku akan menunggu sampai kau sendiri yang menyerahkan dirimu padaku". elang tersenyum , kemudian kembali melanjutkan ritual mandinya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments