Sehabis isya elang beserta ibu dan ayahnya mendatangi kediaman ustad Dzaky. Mereka di sambut oleh keluarga besar ustad Dzaky. Para tamu undangan yang terdiri dari ustad ternama di kota dan para santri murid ustad Dzaky.
akad nikah itu sangat singkat tanpa halangan yang berarti, elang mengucapkan nya dengan sangat lantang dan percaya diri. kini ia telah resmi menikah, namun ia tak berfikir untuk berhenti bermain-main dengan wanita lain diluar sana. jika perhitungan nya benar, gadis yang telah sah menjadi istrinya itu pasti sangat kaku. ia tak kan bisa mengimbangi elang dalam bercinta.
Fajrina menatap tajam mata pria berandal yang kini telah sah menjadi suaminya itu. Matanya bengkak tanda dia telah menangis semalaman. Lalu Fajrina mencium punggung tangan elang.
Acara akad telah selesai di lanjut oleh acara pengajian. Fajrina terus terdiam meskipun satu persatu tamu undangan menyalaminya dan memberikan selamat padanya.
Fajrina masih menangis tersedu, ia sangat bersedih karna harus meninggalkan Abi dan uminya yang telah merawat nya dengan sangat baik itu. Uminya masih dengan setia memeluk tubuh Fajrina kemudian dengan lembut mengusap punggung putri semata wayang nya itu.
"Berhenti menangis ". Ujar fatma pelan , air matanya pun akhirnya mengalir tak tertahan kan. Putri kesayangan nya ternyata sudah besar dan sudah sah menjadi istri dari seorang pria yang dengan berani dan percaya diri mempersunting nya.
"Umi..". Fajrina menatap fatma, air matanya Masih terus mengalir. ia tak sanggup jika harus pergi meninggalkan kedua orang tuanya.
"Sayang, mulai saat ini semua tanggung jawab tentang mu sudah kami serah kan kepada elang, jaga harkat dan martabat suamimu, layani dia dengan penuh rasa ikhlas dan tanggung jawab". Ujar fatma sambil terseyum .
"Apa aku masih boleh datang ke rumah ini".
"Tentu saja, kau masih putri kami.. tapi jika kau ingin datang, mintalah izin dari suami mu terlebih dahulu, kau mengerti". Fajrina mengangguk tanda ia mengerti. Kemudian ia melepaskan pelukan nya dari sang ibu kemudian berjalan menuju ustad dzaki
"Abi.." . Ustad dzaki tersenyum dan memeluk tubuh putri kesayangan nya, matanya berkaca-kaca. Rupanya hari ini segala kewajiban nya menjaga Fajrina harus dia berikan kepada menantunya. Pria yang baru saja mempersunting putri kesayangan nya.
"Jangan menangis putri Abi yang cantik". Namun bukan nya berhenti menangis , tangis fajrina semakin menjadi saja. Dari jauh ustad Zaki melihat elang berjalan menuju ke arah nya. ia tersenyum sambil melepaskan pelukan itu meskipun berat rasanya.
"Abi.. " ucap elang. Kemudian ustad dzaki meraih jemari Fajrina dan memeberikan nya kepada elang
"Sejak saat ini dan seterusnya , aku titipkan dan kuberikan kau tanggung jawab menjaga putriku, jika ia melakukan kesalahan jangan segan-segan menegurnya, namun jika suatu saat kau sudah tak menghendakinya lagi, maka antar ia pulang ke sini, aku dan uminya akan menerima dia, Karna bagaimanapun ia adalah putri kesayangan dan kebanggaàn kami".
"aku berjanji". Elang tersenyum lalu meraih jemari fajrina kemudian mengenggam nya.
"Tersenyumlah". Ujar elang sambil mengusap punggung Fajrina.
"Jangan sentuh aku". Fajrina menatap tajam elang, elang tersenyum.
"Kau pikir siapa yang mau menyentuhmu". Kata elang sambil membalas senyum manis fajrina.
"Lalu kenapa kau menikahiku". Fajrina menatap para tamu sambil tersenyum.
"Agar semua perusahaan yang ku bangun dengan susah payah tidak jatuh ke tangan yang salah". Ujar elang.
"Jadi aku hanya tameng bagimu". Fajrina menekan kan kata-katanya.
"Ya". ucap elang tanpa rasa bersalah sedikit pun. fajrina menatap pria yang baru saja menikahi nya itu.
"Hari sudah semakin larut, tamu pun sudah pulang semua, elang bawalah istrimu pulang bersama mu". Ujar ustad dzaki sambil memandang haru sang putri.
Fajrina menangis kemudian memeluk abinya. Malam itu Fajrina harus meninggalkan kedua orang tuanya, ia harus mengikuti langkah sang suami. meskipun ia tak menerima pernikahan itu namun mau tak mau fajrina harus mengikuti kemana pun suami nya pergi.
"Memangnya aku gak boleh tinggal di sini lagi, biasanya Abi melarang ku menginap di rumah orang lain". Fajrina berkata sambil terisak pilu
"Kamu boleh main dan menginap di sini atas izin suamimu, lalu dia bukan orang lain, dia suami kamu sayang". Ucap fatma sambil membelai pipi indah sang putri.
Elang menatap keluarga bahagia itu, elang tak salah pilih wanita. Fajrina bahkan belum pernah keluar rumah sendirian. Ia tak pernah menginap di rumah siapapun. Sepertinya menarik. fajrina sangat berbeda dari wanita wanita yang pernah tidur dengan nya. para wanita itu sangat agresif.
"Ini kamar kita, kau bisa meletakan pakaian mu di lemari itu". Elang menunjukan sebuah lemari besar yang berada di ruangan lain, namun masih tetap di kamar itu.
Fajrina mengedarkan pandangan nya, hanya ada 1 ranjang di sana, kemudian ia berjalan ke sofa panjang yang berada di sisi Kamar itu, dengan cepat ia merebahkan tubuhnya. ia merasa sangat lelah.
Elang menatapnya bingung.
"Hey, mandi dulu baru tidur". Ucap elang sambil menarik pergelangan tangan Fajrina, dengan enggan fajrina membuka matanya kemudian menatap elang dengan marah.
"Jangan sentuh aku". Fajrina berdiri dan menarik tangan nya dari genggaman elang.
"Sombong sekali, aku juga tak berniat menyentuhmu, aku hanya memintamu mandi"
Elang berkacak pinggang , ia menatap balik Fajrina.
"Jangan ganggu aku, aku mau tidur, besok aku harus bekerja". Fajrina kembali memejamkan matanya. tanpa permisi elang mengangkat tubuh fajrina Dan membawanya ke dalam kamar mandi.
Byurr.
Fajrina jatuh dengan sempura ke dalam bathtub, ia basah kuyup. Hijabnya terlepas, rambut panjang itu sukses tergerai. Elang menatap takjub wanita yang sekarang sudah sah menjadi istrinya. dengan pakaian yang basah kuyup, elang bisa melihat dengan jelas lekukan tubuh fajrina.
"Apa yang kau lakukan". Fajrina menatap marah pada elang, tubuh nya basah sedangkan jilbab nya terlepas sudah.
"Mandilah, aku tak terbiasa berdekatan dengan orang yang jorok". Ujar elang enteng. ia mencoba menyembunyikan perasaan nya.
"Siapa yang kau bilang jorok". Fajrina melangkah menuruni bathtub
"Kamu". Elang mundur, dadanya berdebar. Ternyata di balik hijab itu ada sosok wanita cantik yang ternyata mampu membuat dadanya berdebar tak karuan.
"Aku". Rahang Fajrina mengeras ingin rasanya ia memukul pria yang berdiri di depannya.
"Ya, sekarang kau mandi lah, atau mau aku yang memandikan". Elang cengengesan.
"Elanggggg". Fajrina berteriak. Hanya saja elang tidak memperdulikan hàl itu. Fajrina bingung, ia sama sekali tak membawa pakaian ganti ke kamar mandi, kemudian ia membasuh tubuhnya, dan memakai handuk kimono yang tergantung di sana.
"Punya siapa ini ". Fajrina berteriak, namun tak ada jawaban. Dia berfikir elang sudah tertidur maka dengan cepat melangkah keluar. tetapi ia salah , ternyata elang tengah duduk di sofa menunggu nya keluar.
Fajrina sangat cantik, rambutnya hitam bergelombang, bulu mata yang lentik, bibir yang penuh dan kulit yang putih. hal itu sukses membuat elang tak berkedip.fajrina mundur perlahan, ia takut jika elang melakukan hal-hal yang tidak sopan padanya.
"Apa yang kau lihat". Ujar Fajrina
"Kamu". Jawab elang. Elang menelan ludah nya, ia tak dapat menghilangkan rasa gundar nya ketika menatap istrinya, naluri kelaki-lakian nya muncul. tubuh nya panas dingin. elang berdiri dan berjalan melewati Fajrina kemudian menaiki ranjang.
fajrina sama sekali tak menghiraukan elang, ia fokus mencari baju gantinya di dalam lemari dan kembali ke kamar mandi. Setelah selesai berpakaian ia berjalan ke arah sofa merebahkan tubuhnya dan bersiap untuk tidur. Namun kembali ia melayang. Elang mengangkatnya dan meletakan tubuh Fajrina di atas kasur dengan lembut.
"Kau mau apa ". Ujar Fajrina sambil menatap mata suaminya.
"Aku meminta hak ku sebagai suami". Ujar elang, ia cengengesan.
"Tidak, lepaskan aku". Fajrina hampir saja menangis, tubuhnya gemetaran. fajrina menarik selimut untuk menutupi tubuh nya, ia menangis. melihat hal itu elang malah tertawa.
"Tenang saja, aku tak kan menyentuh mu". Ujar elang sambil menaiki ranjang, Fajrina menggeser tubuhnya sampai ke ujung hingga tubuhnya bersentuhan dengan tembok.
"Aku tidur di sofa saja". Fajrina siap bangun ketiak jemari elang menangkap tangannya.
"Tidur di situ, aku berjanji tak kan menyentuhmu". Elang menatap tajam istrinya.
"Kalau aku tak boleh meminta hak ku sebagai suami, maka kau harus menuruti ku segala perintahku sebagai kewajiban mu. dan pasti kau sangat mengerti soal itu". Kemudian elang melepaskan Fajrina dan kembali merebahkan tubuhnya.
Fajrina menatap elang, kemudian perlahan merebahkan tubuhnya. Namun malam itu ia tak bisa tertidur bahkan sampai adzan subuh berkumandang. Ia dengan hati-hati menuruni ranjang, memasuki kamar mandi lalu keluar dan melakukan ibadan sholat subuh di kamar itu.
"Assalamualaikum". fajrina menoleh, mendapati sang suami sedang menatap nya. fajrina salah tingkah kemudian ia melepaskan mukena itu lalu melepasnya.
"kemarilah". elang menepuk-nepuk kasur kosong di samping nya.
"tak mau".
"apa harus ku paksa"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments