"Hey, sedang apa kau di sini". Capung memukul pundak elang ketika ia melihat sahabatnya itu sedang asik berbicara dengan para teman wanitanya
"Berpesta". Ujar elang sambil menunjukan gelas berisi alkohol ke arah capung
"Kau gila ya, mana istrimu". Capung mengedarkan matanya mencari sosok dokter cantik itu.
"Ia ada jadwal operasi malam ini, memangnya kenapa". Elang sudah sedikit mabuk.
"Kalian pasangan pengantin baru yang unik". Capung menyandarkan tubuhnya di sofa bersebelahan dengan elang
"Hey, aku menikahinya agar semua aset ku selamat". Ujar elang sambil menenggak habis minuman nya.
"Lalu bagaimana acara malam pengantin mu". Capung mulai menggoda elang
"malam pengantin apa, dia saja takut berdekatan dengan ku". Capung tergelak. elang tak percaya, ia sangat tau sepak terjang sahabat nya jika mengenai wanita. wanita mana di kota itu yang tak tertarik untuk melakukan hubungan satu malam dengan elang.
"dia melakukan itu". capung tak percaya atas apa yang di kata kan elang.
"bukan dia menolak ku, tapi aku memang tak berniat menyentuhnya".
"Bagaimana dia , apa dia sangat cantik tanpa hijab nya?". Elang mengingat kejadian semalam. Fajrina sangat cantik meski tak menggunakan riasan di wajahnya. rambut bergelombang itu juga semakin membuat dirinya terlihat sangat cantik. apalagi lekuk tubuh itu.
"Biasa saja". Jawab elang
"Kau berbohong, apa yang kau pikirkan tadi". Ujar elang.
"Tak ada". Elang kembali meminum habis alkohol itu.
Di sisi lain di ruangan operasi rumah sakit, Fajrina dengan berhati-hati mejahit kembali bagian tubuh yang baru saja dia bedah. Operasi berakhir dengan sukses dan tanpa kendala sedikit pun.
"Dokter, sebenarnya ada apa dengan pernikahan kalian". tama , salah satu dokter senior yang seangkatan dengan Fajrina memulai percakapan.
"Aku dan pernikahan ku baik-baik saja". Ujar Fajrina
"Kau baru semalam menikah, dan hari ini kau sudah berkerja kembali".
"Dr tama yang tampan dan menggemas kan, pasien-pasien ku lebih penting di bandingkan dengan pernikahan ku". Ujar Fajrina sambil membuka sarung tangannya yang masih berlumuran darah.
"Hmm, sungguh menarik". tama berjalan di sisi Fajrina. pemuda itu menatap fajrina dengan lembut, sorot matanya penuh dengan rasa kagum. sebenarnya semua orang yang bekerja di rumah sakit itu tau jika dokter Tama menyukai fajrina. namun fajrina dengan tegas menolak segala hubungan selain pernikahan. tama menghembuskan nafas berat, ia sangat menyesal mengapa ia tak melamar fajrina sedari ia pertama jatuh cinta.
fajrina memasuki ruangan nya, ia melepaskan jas putih nya kemudian duduk dan bersandar di kursi. ia terlihat sangat lelah. ketika ia hampir saja memejamkan matanya tiba-tiba ponsel nya berbunyi, nama elang muncul.
"Iya..ada apa". ucap fajrina.
"hallo fajrina".
"Iya ini aku, ada apa". suara fajrina terdengar kesal dan itu membuat elang sedikit takut, pantas saja elang tak bisa mendekati istrinya, rupanya sang istri sangat galak.
"Aku capung, begini.. suami mu mabuk, apa kau bisa menjemputnya kemari".
"Kenapa tidak kau saja yang mengantarnya pulang, aku sibuk masih ada 1 operasi lagi yang harus aku kerjakan". Fajrina berbohong, ia tak mau berusan dengan elang dan lingkungan dia bergaul. apalagi memasuki club malam seperti itu.
"Aku tak bisa". ujar capung. fajrina memejam kan mata nya, namun wajah sang mertua tiba-tiba saja melayang di isi kepalanya. dengan malas fajrina bangkit.
"Baiklah, kirim alamatnya padaku ". Lokasinya di salah satu club malam paling terkenal di kota itu.
fajrina memasuki club malam itu, ia masih mengenakan jas putih kebanggaan nya, perlahan tapi pasti fajrina melangkahkan kakinya , iya mengedarkan pandangan nya ke seluruh arah namun tak juga menemukan keberadaan suaminya.
semua pria yang ada di dalam club malam itu menatap nya, bahkan ada beberapa yang terang-terangan menggodanya.
"Hei dokter, apa kau salah masuk ruangan". Seorang pemuda dengan sangat berani menghalangi jalan Fajrina. Pemuda itu sangat menarik, dan juga tampan. namun fajrina sama sekali tak memperdulikan nya.
"Minggir, aku mau lewat". Dengan tegas Fajrina meminta pria itu untuk minggir dari jalan nya.
"Di dalam tidak ada ruangan operasi dokter". Bukannya menyingkir, tapi pria itu malah berjalan mendekati Fajrina. fajrina mundur namun tanpa pria itu ketahui fajrina meraih botol anggur dan siap memukul kan Botol itu ke kepala nya.
"Hendrik apa yang kau lakukan". Suara nyaring seorang gadis hampir saja membuat gendang telinga Fajrina rusak . Gadis itu dengan cepat menarik tangan pemuda tampan itu.
Hendrik tersenyum menatap Fajrina dan dengan kasar menghempaskan tangan gadis yang baru saja berteriak memanggil namanya.
"Namaku Hendrik dokter, siapa namamu". Hendrik berusaha menyalami Fajrina namun Fajrina menolaknya.
"Minggir,". Kembali Fajrina meminta Hendrik untuk Minggir.
"Ah, dokter fajrina ". Hendrik membaca nama yang berada di jas Fajrina. semakin kembali melangkah kan kaki nya mendekati fajrina.
"Untuk yang terakhir, aku bilang minggir dari jalan ku atau ku pecah kan kepalamu". Fajrina menaikkan nada suaranya. Hendrik melihat ujung tangan fajrina, rupa nya dokter cantik itu sudah siap dengan segala hal yang akan terjadi.
"Kau minggir lah dulu, dokter ini istri nya elang". Capung berbisik ke telinga Hendrik. dia baru saja sampai ketika salah satu karyawan nya menghubungi nya.
Hendrik tersenyum menatap Fajrina, lalu tertawa. ia tak menyangka dokter cantik yang berdiri di hadapan nya adalah istri dari musuh besar nya, elang.
"Kau istri si brengsek elang". Fajrina menatap aneh pada Hendrik. namun fajrina sungguh tak perduli, ia hanya ingin menemukan suaminya dan pergi sejauh mungkin dari sana.
"benar, dan kau, Di mana suamiku". Capung menatap ngeri pada Fajrina. Dokter cantik itu sangat tegas dan tak terbantah kan. Ia mendominasi , sama persis dengan suaminya. fajrina berjalan melewati hendrik dengan jemari yang masih mengenggam botol minuman yang belum kosong itu.
"aku akan merebutmu dari si brengsek itu". setelah mengatakan hal itu, Hendrik minggir dan menyeringai.
"terserah apa katamu". ujar fajrina, sebelum fajrina jauh melewati nya hendrik dengan cepat menarik lengan fajrina namun fajrina dengan cepat mengangkat lengan nya dan memukulkan botol itu ke meja lalu menempelkan sisanya ke leher hendrik.
"lepaskan aku , atau ku tusuk leher mu, kau itu jika sedikit saja aku menusuk kan ini ke situ, darah nya tak kan berhenti mengalir, kau akan kehilangan banyak darah kemudian mati". hendrik tersenyum, gadis yang berdiri di depan nya bukan gadis biasa , ia sangat rapuh namun bisa jadi kuat di saat bersamaan.
hendrik melepaskan tangan fajrina, tanpa basa basi fajrina berjalan meninggal kan hendrik kemudian mengikuti capung. Fajrina memasuki ruangan, di sana ia bisa melihat suaminya tak sadarkan diri, namun bukan itu yang membuat nya tak nyaman, tapi ia merasa tak nyaman ketika melihat seorang gadis dengan pakaian minim mulai meraba tubuh suaminya.
Dengan cepat Fajrina menarik tangan wanita itu dan menghempaskan nya ke belakang.
"pergi dari sini, sebelum aku menyeret mu keluar dan melempar mu ke jalan". Capung melongo melihat kejadian itu, gadis berhijab itu sangat tegas juga galak.
"Siapa kau ?" Gadis itu mejerit. Elang membuka matanya, samar -samar ia melihat sosok sang istri tengah berhadapan langsung dengan gadis yang memang sejak awal merayunya.
"Aku istrinya, dan kau siapa". Fajrina melipat tangan di dapan dadanya.
Gadis itu gentar menatap wajah cantik Fajrina. Meskipun tak memakai polesan apapun, dokter wanita itu tetap terlihat cantik. Elang tersenyum melihat kejadian itu, lalu kembali menutup matanya.
"minggir". fajrina mendorong gadis itu dan dengan susah payah mengangkat tubuh elang. capung membantu fajrina mengangkat tubuh elang dan memasuk kan nya ke dalam mobil.
"kau sangat menyusahkan". fajrina merutuki elang, ia sangat kesal pada pria yang tengah tak sadarkan diri di samping nya itu . Fajrina mengendarai mobilnya, ia bingung harus membawa suaminya kemana. Ia takut mertuanya marah saat melihat anak kebanggaan mereka mabuk dan tak sadarkan diri.
dan tanpa fajrina ketahui bahwa elang sudah biasa pulang dalam keadaan mabuk, dan mereka pun sudah terbiasa mengenai Hal itu. fajrina menepikan mobilnya lalu berfikir keras. Ia menatap elang. Jam sudah menunjukan pukul 1 dini hari.
fajrina merasa sangat lelah, ia menatap sebuah hotel yang berdiri tegak di depannya, dan Dengan begitu banyak nya pertimbangan, akhirnya Fajrina membawa elang menginap di hotel itu.
Dengan susah payah Fajrina mengangkat tubuh elang, ia mencoba membuka pintu kamar. Ketika ia ingin membaringkan elang di atas kasur, dengan tidak sengaja Fajrina ikut terjatuh dengan posisi elang di atas tubuhnya
Fajrina bersusah payah mengangkat tubuh elang, namun gagal. Ia sudah tak memiliki sisa tenaga,
Fajrina pasrah, ia membiarkan elang tetap berada di atasnya.
"Tak msalah kan, ini bukan dosa, dia suamiku_". Akhirnya Fajrina tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments