Sinar mentari terlihat mulai menyinari alam semesta, menghangatkan suasana pagi usai semalam di guyur oleh hujan. Orang-orang terlihat sudah mulai berlalu lalang melakukan aktifitas mereka. Begitu pun dengan wanita cantik yang bernama Diana, ia terlihat sibuk dengan aktifitas paginya, membereskan rumah kontrakannya, ia juga sudah membuat sarapan untuk dirinya dan juga sang suami.
Akan tetapi, waktu kini sudah menunjukkan pukul 8 pagi, Diana terlihat mondar-mandir di teras rumah kontrakannya itu.
"Mas Daffa kemana ya? Kenapa dia belum pulang juga?" gumamnya.
Sejak terbangun, Diana memang tidak melihat keberadaan suaminya, ia pikir suaminya sedang keluar, sekedar berolahraga, pikirnya. Kerena hari ini adalah hari minggu, biasanya orang-orang sekitar situ sering berolah lagi di taman kota. Namun, ada hal yang membuat ia heran juga, kenapa Daffa tidak membangunkan dia saat ingin pergi, setidaknya berpamitan? Ah mungkin kerena ia tertidur pulas tadi, jadi Daffa tak tega membangunkannya. Lagi-lagi Diana mencoba berpikir positif.
Walaupun sesungguhnya ia tidak bisa menepis perasaannya yang kini mulai tidak enak. Sebenernya kemana Daffa?
"Baru jam 8, mungkin agak siangan Mas Daffa pulang, ya sudahlah aku masak untuk makan siang saja nanti." Lagi-lagi Diana bergumam, ia memutuskan untuk masuk ke dalam, dan seperti rencananya, ia akan masak untuk makan siang. Jika nanti Daffa pulang pasti semuanya sudah siap.
Sekitaran satu jam berkutat di dapur dengan aktifitas memasaknya, akhirnya semua masakan pun sudah siap.
Diana menghelai nafas panjangnya, kali ini ia memasak masakan yang cukup memakan waktu, sengaja kerena ia ingin menyiapkan makanan yang spesial untuk sang suami kali ini.
Selang beberapa jam kemudian, Diana yang masih menunggu kepulangan suaminya itu, namun sampai detik ini tidak ada tanda-tandanya Daffa pulang. Diana mulai mengkhawatirkan suaminya, padahal sekarang sudah tengah hari. Jika memang Daffa berolahraga, tidak mungkin bukan sampai tengah hari seperti ini? Biasanya orang-orang berolahraga di taman kota hanya sampai jam 10 pagi, itu pun sudah terbilang siang.
"Kemana sebenernya, Mas Daffa? Ya ampun Mas kenapa kamu belum pulang juga?" Diana benar-benar risau, detik kemudian Diana terpikir sesuatu, ia segara bergegas menuju kamar, lalu mengambil benda pipih miliknya.
"Kenapa aku gak kepikiran dari tadi untuk menelepon Mas Daffa." Diana menggerutu, bisa-bisa ia sampai lupa, kenapa ia tidak menghubungi Daffa sejak tadi saja, Daffa pasti membawa ponselnya, bukan?
Diana pun mencoba menghubungi Daffa. Namun, sayangnya nomer ponsel Daffa tidak aktif. Berulang kali ia mencobanya, tetap sam nihil Daffa tidak bisa dihubungi.
Tanpa berpikir panjang, Diana pun langsung bergegas meninggalkan rumah, ia memutuskan untuk mencari Daffa, tujuan pertamanya yaitu ke taman kota.
Butuh waktu sekitar 5 menit untuk sampai di taman kota tersebut, Diana pun mencari Daffa di sekitar sana, berkeliling di tempat tersebut, akan tetapi ia tidak menemukan keberadaan pria yang baru menikahinya kemarin itu.
"Mas kamu di mana?" gumamnya.
Diana pun mencoba bertanya ke salah satu pedagang kaki lima yang biasa mangkal di sana. Ia menunjukkan foto Daffa yang ada di dalam ponselnya.
"Permisi, Pak. Maaf saya mau tanya, apa Bapak melihat orang ini?" tanya Diana pada Bapak tersebut.
Bapak tersebut terlihat mengamati wajah Daffa yang tertera pada layar ponsel Diana tersebut.
"Kalau seminggu yang lalu saya lihat sih, dia olahraga di sini, kebetulan juga sempat ngopi di sini, tapi kalau hari gak ada lihat, Mbak," jawabnya.
"Oh jadi untuk hari ini gak lihat ya, Pak. Terima kasih ya, Pak." Setalah itu Diana pun berlalu dari sana. Dengan langkah yang gontai Diana mencoba berpikir, kira-kira kemana perginya suaminya itu?
"Apa mungkin Mas Daffa pergi ke tempat kerjanya? Tapi 'kan ini hari Minggu, tempat Mas Daffa kerja juga libur, Mas kamu di mana?" gumam Diana.
Rasa lelah dan juga lapar mulai menerpanya, Diana pun memutuskan untuk kembali ke rumah, mungkin saja Daffa sudah pulang di rumah.
Sesampainya di rumah, harapannya pun terasa pupus, Diana tidak melihat tanda-tanda kepulangan Daffa.
Diana memasuki rumah dengan perasaan yang gundah gulana, memikirkan dimana sebenarnya keberadaan Daffa? Pergi kemana suaminya itu? Kenapa Daffa pergi tanpa pamit padanya? Baik-baik sajakah dia? Dan banyak lagi pertanyaan yang kini memenuhi benak Diana, terlebih sampai saat ini ponsel Daffa masih tidak bisa dihubungi.
"Harus kemana aku mencari Mas Daffa, kenapa belum ada kabar juga?" risau Diana yang kini tengah berdiri di dekat jendela, menatap ke luar sana, menantikan kepulangan sang suami tercinta.
Tak lama kemudian, hujan kembali membasahi bumi, Diana bingung harus berbuat apa? Ia tidak tahu kepada siapa lagi harus menanyakan Daffa, kerena selama ini Diana tidak pernah tahu Daffa berteman dengan siapa. Kerena pertemuan mereka memang sangat singkat, sehingga Diana tidak mengenal bagaimana kehidupan Daffa yang sesungguhnya, yang ia tahu Daffa pria yang baik, baginya Daffa adalah pria yang paling sempurna di matanya.
Hingga sore menjalang, Daffa pun masih tak kunjung datang. Diana semakin mengkhawatirkan Daffa, mencari Daffa pun ia tidak tahu harus kemana, terlebih hujan diluar semakin deras tidak ada henti-hentinya.
'Ya Allah ... di mana pun Mas Daffa saat ini, aku mohon lindungi dia,' batin Diana seraya menitihkan air matanya.
Diana pun memutuskan untuk ke kamar, rasa lapar yang sejak tadi siang terasa, kini terasa musnah begitu saja, nafsu makannya hilang begitu saja, yang saat ini Diana pikirkan hanya Daffa, Daffa, dan Daffa. Ia belum menemukan petunjuk secuil pun tentang keberadaan suaminya saat ini.
Terlalu lama menunggu sampai Diana ketiduran, saat ia terbangun. Ia terkejut saat melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, Diana pun bergegas dari kasur.
"Mas Daffa, Mas apa kamu sudah pulang?" teriak Diana memanggil-manggil suaminya itu sambil berjalan keluar dari kamar, namun sayangnya Diana tidak melihat keberadaan Daffa di rumah kontrakannya itu.
"Mas sebenernya kamu kemana?" Diana terisak. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana sekarang, sampai malam seperti ini, Daffa masih belum pulang.
Hingga detik kemudian, Diana merasakan kepalanya terasa sangat berat, pandangan kabur dan setalah itu semuanya terasa gelap.
Diana tak sadarkan diri, mungkin kerena sejak pagi perutnya belum terisi makan sama sekali, serta beban pikirannya terasa berat memikirkan dimana keberadaan suaminya yang sampai saat ini belum ada tanda-tanda pulang ke rumah.
Perlahan Diana membuka matanya, pandangannya masih terasa samar-samar, ia melihat pria yang sejak tadi di tunggunya itu berdiri tak jauh darinya.
"Mas Daffa," panggil Diana sambil tersenyum menatap suaminya itu.
Daffa terlihat menatap Diana dengan tatapan yang sendu, membuat Diana merasa heran. Padahal sejak tadi ia menunggu kepulangan suaminya itu, bahkan Diana sangat bingung dan mengkhawatirkannya. Tapi, Daffa malah diam tanpa kata, dia tidak menghampiri Diana.
"Mas, kamu dari mana?" tanya Diana.
Daffa masih terdiam, mulutnya terlihat masih rapat, namun tatapannya kini masih menatap lekat pada Diana.
"Mas, kamu baik-baik sajakan?" tanya Diana lagi.
Tapi, bukannya menjawab Daffa malah membalikan badannya, setalah itu bergegas pergi meninggalkan Diana tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya.
"Mas, Mas Daffa ... Mas, kamu mau kemana Mas?" teriak Diana.
Daffa terlihat menghiraukan, pria itu terus berjalan tanpa memperdulikan Diana yang terus memanggil-manggilnya.
"Mas Daffa!"
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Riana
cuma mimpi deh itu daffa pulang
2023-04-04
1
Adfazha
Firasat hati lwt tabir mimpi.. Daffa kbr entah kmn ya Na
2023-04-04
0