BAB 5

"Ajari aku belajar Al Quran," ucap Barram tiba-tiba pada Boy. Boy langsung menatap ke arah adiknya, Arshinta.

"Jangan minta diajari oleh ku. Jangan belajar membaca Al-Quran padaku, bos. Minta diajari oleh adik ku saja, Arshinta," sahut Boy. Arshinta yang sejak tadi berkutat di depan laptop nya, bermain game di dekat ruang tengah mendengar percakapan antara Boy dan Barram. Arshinta menoleh ke arah sumber suara yaitu kakaknya, Boy yang menyebut namanya.

"Arshinta, kemari lah sebentar!?" panggil Boy pada Arshinta. Arshinta dengan patuh menutup laptop nya dan berjalan mendekati kedua nya.

"Ada apa kak?" tanya Arshinta.

"Duduklah, sebentar Arshinta!?" kata Boy. Arshinta kembali dengan patuh duduk di depan Barram dan Boy.

"Begini, Arshinta! Tuan muda Barram ingin belajar membaca Al-Quran atau mengaji. Kamu bisa mengaji tuan muda Barram kan?" kata Boy. Kini Arshinta melihat ke arah Barram dan Boy secara bergantian.

"Jangan khawatir, aku akan membayar kamu dengan bayaran yang cukup mahal. Aku benar-benar ingin kembali lancar dalam membaca Al-Quran. Dulu pernah bisa membaca dengan lancar. Karena ini sudah cukup lama, mungkin saja aku banyak yang lupa," kata Barram dengan serius.

"Sebenarnya tanpa dibayar pun saya mau mengajari seseorang untuk belajar membaca alquran. Namun apakah kakak yakin kalau benar-benar ingin belajar membaca Al-Quran?" sahut Arshinta. Barram mengerutkan dahinya. Sementara itu Boy menyipitkan bola matanya menatap ke arah adiknya.

"Tuan muda Barram tentu saja, serius untuk belajar mengaji toh, dik!? Bos tidak mungkin main-main dalam hal ini. Benarkan tuan muda?" kata Boy.

"Selama ini mungkin aku terlalu banyak menyia-nyiakan waktu ku. Banyak waktu yang aku pergunakan dengan percuma. Aku selama ini mencari kesenangan dengan caraku. Dan ternyata mereka berteman dengan ku karena aku memiliki segalanya. Mereka hanya dekat dengan ku karena ada pamrih dan ada maunya. Namun di sana aku ternyata tidak menemukan kedamaian dan ketenangan itu," ucap Barram panjang lebar.

"Benar kata mama, kalau aku mungkin sudah banyak berubah. Aku sebagai anak laki-laki satu-satu nya yang diharapkan menjadi manusia yang lebih baik, nyatanya masih suka mencari kesenangan diri. Mungkin aku termasuk orang yang sukses dalam hal materi. Namun aku belum berhasil dalam mematangkan kepribadian ku sebagai seorang manusia yang patuh pada ajaran Tuhan. Kini saatnya aku harus berhijrah dan kembali pada hakikatnya aku dilahirkan di dunia. Menjadi manusia yang berakhlak dan beriman. Berpegang pada kitab-kitab Nya," urai Barram dengan serius.

"Alhamdulillah, ya Alloh!?" sahut Boy dan Arshinta secara bersamaan.

"Mungkin saya belum baik dan menjadi manusia yang berbudi pekerti yang berakhlak, bos. Namun saya berusaha menjalankan perintah dan menjauhi segala larangan Nya. Sesuai dengan ajaran yang terkandung pada kitab Alloh. Berpuasa di bulan suci Ramadan dan menegakkan Sholat lima waktu, tetap di jalankan," kata Boy.

"Kak Barram kalau serius mau belajar membaca Al-Quran, bisa datang ke rumah ini atau bagaimana?" ucap Arshinta.

"Sepertinya selama bulan suci ramadhan ini, aku ingin belajar mengaji di rumah kamu saja yah. Waktu nya bisa sore hari sebelum berbuka. Aku kok ingin berbuka puasa di rumah kalian. Ditambah sholat jamaah bersama dengan keluarga kalian. Rasanya begitu damai," ucap Barram. Boy menyipitkan bola matanya mendengar keinginan dari bos nya itu.

"Tuan muda yakin, kalau ingin berbuka puasa setiap hari di rumah kami? Padahal makanan kami tidak semewah di keluarga tuan muda loh," sahut Boy.

"Itu tidak jadi masalah!? Jangan khawatir, aku juga akan ikut membawa makanan yang mungkin belum pernah kalian makan," ucap Barram.

"Ih mulai sombongnya keluar," sahut Arshinta sambil menjulurkan lidahnya ke arah Barram.

"Kalau soal itu, aku sangat yakin pada tuan muda Barram yang sangat royal dan murah hati," kata Boy sok bijak.

"Ya sudah, aku pamit pulang yah. Dan untuk kamu, Arshinta! Mulai besok pagi kamu bisa datang ke kantor bersama kakak kamu, Boy! Kamu langsung diterima bekerja di kantor. Sesuai apa yang sudah pernah aku katakan, kamu akan bekerja menjadi asisten pribadi ku," ucap Barram.

"Benarkah, kak Barram?? Kakak tidak sedang bercanda bukan?" kata Arshinta. Barram hanya tersenyum lebar demikian juga dengan Boy yang sangat senang saat adik nya mendapatkan pekerjaan di tempat yang sama dengan dirinya. Walaupun beda jabatannya.

🍁🍁🍁🍁🍁

Saat sore hari selepas pulang dari kantor, Barram langsung ke rumah Arshinta sekalian pulang bersama dengan Arshinta.

Terpopuler

Comments

Sufiyanti _75

Sufiyanti _75

a

2023-09-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!