3. Kecelakaan

Setelah puas berbincang akhirnya David bergegas pergi. David memang tidak sengaja melewati taman itu setelah puas berjalan-jalan dan tidak sengaja melihat Keyla yang sedang duduk sendirian.

Melihat Keyla yang sedang duduk sendiri membuat David ingin menghampiri dan berbincang bersamanya. Setelah puas berbincang akhirnya David segera bergegas pergi.

"Ya sudah kalau begitu aku pergi dulu dah! sayonara, selamat tinggal," ujar David sesaat sebelum ia pergi.

"Jangan ucapkan selamat tinggal, siapa tahu suatu saat kita akan bertemu lagi," tukas Keyla.

David pun hanya tersenyum simpul saat mendengar Keyla berkata seperti itu. Sementara Keyla kembali masuk ke rumahnya. David mulai melangkahkan kakinya menuju luar taman dan segera bergegas pulang.

Namun naas ternyata saat dalam perjalanan David tertabrak mobil yang membuat dirinya tidak sadarkan diri. Orang-orang yang berada di dekatnya segera membantu David dan memanggilkan sebuah ambulan.

Tak berapa lama ambulan itu datang dan segera membawa David menuju rumah sakit terdekat. David mengalami kecelakaan yang begitu parah dan serius. Kepalanya berdarah dan kakinya mengalami patah tulang.

Dengan kecepatan tinggi ambulan itu membawa David. Beberapa saat kemudian akhirnya David tiba di rumah sakit. Dia segera di larikan ke dalam ruangan Unit Gawat Darurat (UGD).

Untuk beberapa saat David ditangani oleh beberapa dokter. Sedangkan seorang suster memberitahukan kepada keluarga David melalui ponsel yang berada dalam saku celananya.

Di tempat lain Amira begitu syok saat mendengar kabar jika suaminya mengalami kecelakaan hebat. Setelah mendengar kabar itu Amira segera bergegas menuju rumah sakit.

"Ya Tuhan semoga David baik-baik saja," gumam batin Amira yang merasa begitu cemas dan khawatir saat tahu suaminya mengalami kecelakaan.

Amira segera menuju mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan yang tinggi. Beberapa saat kemudian akhirnya Amira tiba di rumah sakit. Ia segera menanyakan keberadaan suaminya kepada seorang resepsionis.

"Dimana suami saya di rawat? Tadi dia mengalami kecelakaan," tanya Amira secara langsung.

"Korban kecelakaan tadi berada di ruang UGD bu," jawab resepsionis itu yang seolah tahu jika wanita ini merupakan istrinya.

Setengah berlari Amira segera bergegas menuju ruang UGD. Perasaanya sudah tidak enak sejak mendapat kabar bahwa suaminya mengalami kecelakaan. Di depan ruang UGD Amira menunggu dokter yang keluar dari ruangan itu.

Setelah beberapa saat menunggu akhirnya ada seorang dokter yang keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana kondisi suami saya dok?" tanya Amira dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Jadi anda kerabat korban?" tanya dokter itu memastikan.

"Saya istrinya dok," jawab Amira lirih.

"Pasien mengalami kecelakaan yang begitu serius sehingga kakinya tidak bisa berjalan normal lagi," ucap dokter itu.

"Apa jadi suami saya cacat dok?" tanya Amira yang merasa terkejut.

"Suami anda tidak sampai cacat, hanya saja saat berjalan sedikit pincang," ucap dokter itu menjelaskan.

"Ya sudah tidak apa-apa dok yang penting suami saya masih bisa di selamatkan," timpal Amira.

"Kalau begitu saya permisi," pamit dokter itu setelah menjelaskan.

"Silahkan dok," ucap Amira yang segera bergegas masuk ke dalam ruangan UGD untuk melihat keadaan suaminya.

Perlahan tapi pasti Amira segera membuka gagang pintu dan segera masuk.

"David," panggil Amira saat ia masuk ke dalam ruangan itu.

"Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Amira lagi.

"Seperti yang kamu lihat aku masih baik-baik saja, hanya saja aku tidak bisa bermain sepak bola lagi," lirih David.

Selama ini David merupakan atlet sepak bola yang profesional. Hari-harinya selalu ia habiskan dengan bermain bola. Sedangkan Amira merupakan seorang wanita karir yang sukses.

Bahkan gajinya lebih besar dibandingkan suaminya. Oleh sebab itulah percekcokan diantara mereka pun sering terjadi. Amira selalu merasa jika suaminya selalu gagal menjadi pemimpin dalam rumah tangganya karena setiap kebutuhan dia tanggung sendiri.

Sedangkan David merasa jika ia selalu iri karena pendapatan dirinya lebih sedikit dari Amira sehingga membuat ia menjadi minder dan selalu marah-marah. Mereka sendiri sudah di karunia anak laki-laki yang begitu tampan.

Sejak kecil David selalu mengajarkan anaknya Alvin untuk bermain sepak bola. David berfikir jika suatu saat anaknya bisa melanjutkan cita-citanya menjadi pemain bola.

Beberapa hari kemudian akhirnya David pulang juga ke rumah.

"Apa kamu sudah lebih baik?" tanya Amira.

"Ya sekarang aku sudah lebih baik," jawab David.

"Kalau begitu aku pergi kerja dulu," pamit Amira.

"Apa kamu sudah makan nak?" timpal Bu Widya yang merupakan ibu dari David.

"Sudah bu, aku pergi dulu ya!" tukas Amira.

Sementara setelah kepergian Amira, David membawa anaknya menuju lapangan untuk melatih bermain bola. Hampir setiap hari David mengajarkan Alvin untuk bermain sepak bola.

"Ayo Alvin semangat, kamu bisa!" ujar David.

"Iya pah," tukas Alvin yang masih terus saja berlatih.

Meski Alvin masih sangat kecil tapi dia begitu dewasa. Alvin selalu memikirkan ayahnya. Terkadang dia selalu mendengar perangkaran yang terjadi antara orang tuanya.

"Kenapa ayah diam saja?" tanya Alvin yang tiba-tiba melihat ayahnya terdiam dan merenung.

"Ayah tidak apa-apa nak, hanya sedikit bersedih karena kini ayah tidak bisa bermain bola lagi," lirih David.

"Ayah yang sabar ya, suatu saat nanti ayah pasti akan bisa bermain bola lagi," ucap Alvin yang memberikan semangat kepada ayahnya.

Sementara itu di tempat lain Amira masih di sibukan dengan pekerjaannya. Tak terasa karena seharian bekerja akhirnya kini waktu pulang pun tiba.

"Aku pulang duluan ya," teriak Amira pada teman-temannya.

"Ya hati-hati Mir," ucap teman-teman kantornya.

Di saat bersamaan, saat Amira keluar dari kantornya ia seperti melihat seseorang yang di kenalnya.

"Hai Angga! kamu Angga kan?" tanya Amira yang menghampiri laki-laki yang berlalu di hadapannya.

"Hai kamu Amira kan?"jawab Angga yang begitu lama saat menjawab pertanyaan Amira. Angga merasa jika ia mengenal Amira.

Dan benar saja setelah beberapa lama akhirnya Angga mengingat Amira. Dia adalah teman semasa sekolahnya dulu. Hampir 6 tahun mereka bersama. Mereka dulu berada di satu sekolah yang sama.

Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, kini mereka di pertemukan kembali.

"Iya apa kabar?" tanya Angga.

"Kabar baik, kamu sendiri bagaimana? Long time no see," ujar Amira.

"Ya betul long time no see ya."

Setelah pertemuan itu akhirnya mereka bertukar no ponsel. Mereka menjadi sering berbincang dan sering bertemu. Bahkan jika ada waktu mereka sering pergi ke club malam hanya untuk melepaskan penat setelah seharian bekerja.

Bertemu dengan Angga membuat Amira merasa senang karena semenjak bertemu dengan dia, hidup Amira menjadi lebih berwarna.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!