Mawar memasukkan baju-bajunya yang tak seberapa itu ke dalam almari. Setelah itu ia merebahkan dirinya diatas tempat tidur.
Ia pandangi langit-langit kamarnya. Pikirannya mulai berkelana ke kehidupannya yang dulu.
"Tuhan, semoga Kau permudah jalanku." gumamnya, sebelum akhirnya ia terlelap tidur.
Sementara itu, di lantai atas. Luqman baru saja selesai mandi. Walaupun badannya terasa capek, ia belum bisa memejamkan matanya.
Akhirnya pria itu mencoba membuka aplikasi belanja online. Ia ingin membelikan beberapa potong baju untuk Mawar.
Saat ia tengah asyik menyecroll layar handphonenya, terdengar suara ketukan pintu. Pria itu bangkit dari tidurnya, dan berjalan membukakan pintu untuk mamanya.
"Boleh mama masuk?"
"Tentu, silahkan ma." Luqman memundurkan tubuhnya, agar mamanya bisa masuk.
Ia mengikuti mamanya dan duduk di pinggir ranjang tempat tidur.
"Ada apa, ma?"
"Tolong ceritakan pada mama, asal-usul gadis itu."
Luqman menghela nafas panjang, lalu mulai menceritakan asal usul pertemuannya dengan Mawar, tanpa ada secuil pun yang ditutupi.
Mama Firda menghela nafas panjang, setelah mendengar penjelasan putra satu-satunya.
"Semoga disini, ia bisa berubah menjadi lebih baik. Seperti keinginannya."
"Aamiin ya rabbal aalamiin. Kita memang harus mendukung orang-orang yang berniat berubah, ma."
"Hem, betul apa katamu. Kalau begitu, mama mau mencari beberapa potong baju yang bisa dikenakan oleh Mawar."
"Luqman rasa tidak perlu banyak-banyak, ma. Mengingat pakaian dia tadi seperti itu. Ini Luqman juga mau memesankan baju untuknya, yang nyaman untuk dipakai beraktifitas sehari-hari."
"Iya, kamu memang seorang anak yang baik. Seperti almarhum papamu." mama Firda mengusap sebelah pipi anaknya dengan lembut.
"Bukankah buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya. Jadi apa yang Luqman lakukan ini, bisa jadi karena kebaikan yang mama dan papa lakukan selama ini."
"Aamiin. Mama keluar dulu ya, kamu istirahat dulu gih."
Mama Firda bangkit dari duduknya, dan berjalan keluar. Tak lupa ia pun menutup pintunya, agar putranya bisa istirahat dengan nyenyak.
Walaupun badannya terasa sangat capek, Luqman tidak langsung tidur. Ia kembali menyibukkan diri dengan mencari pakaian yang cocok dikenakan oleh Mawar.
Setelah mendapatkan apa yang sesuai dengan keinginannya, barulah Luqman bisa tidur siang dengan nyenyak.
Sementara itu, mama Firda mencari beberapa potong baju yang sudah tidak ia kenakan, tapi masih bagus kondisinya, dalam almari pakaiannya.
Setelah mendapatkan apa yang dicari, mama Firda membawanya turun. Ia meletakkan beberapa potong pakaian itu di atas meja, yang dekat dengan kamar Mawar.
Meskipun ia dan putranya menjadikan Mawar sebagai asisten rumah tangga dirumahnya, Mama Firda tidak mau berlaku otoriter.
Ia tidal langsung menyuruh Mawar bekerja. Seperti pada sore hari itu, ia memasak beberapa menu makanan, untuk makan malamnya nanti.
"Hem, enak sekali. Bau apa ini?" gumam Mawar, dengan mata yang masih terpejam, tapi hidungnya kembang kempis.
"Ah, cacing dalam perutku semakin meronta-ronta. Sepertinya aku harus segera menyantap makanan itu."
Mawar terus meracau, hingga ia berguling-guling, dan akhirnya justru terjatuh dari tempat tidur.
"Arghhh.... Sakit."
Mawar mengerang, dan mengusap siku serta kepalanya secara bergantian.
Namun, erangannya terhenti ketika indera penciumannya kembali fokus pada aroma masakan yang menguar, sampai menembus dinding kamarnya.
"Ah, sepertinya tadi aku tidak sedang bermimpi. Pasti ada yang sedang memasak. Tengok dulu ah."
Mawar bangkit dari duduknya, lalu berjalan keluar. Terlihat majikannya tengah mengaduk sesuatu diatas kompor.
"Hem, enak sekali baunya, Tan. Masak apa sih?" Mawar melihat sesuatu yang diaduk oleh mamanya Luqman.
"Kamu sudah bangun? Ini Tante sedang masak tongseng ayam." mama Firda menoleh sejenak ke arah Mawar, yang menganggukkan kepalanya.
"Sudah sore, kamu mandi saja dulu. Itu diatas meja, Tante sudah menyiapkan beberapa potong baju yang bisa kamu pakai."
Mawar menoleh mengikuti arah telunjuk mama Firda. Lalu gadis itu mendekati tumpukan baju itu.
Ketika mendekat ke arah baju itu, ia melihat secarik kertas yang ada diatasnya. Namun, karena ia tidak pernah menginjak bangku sekolah, ia cukup kesulitan untuk membaca tulisannya.
"Tante, apakah ini daftar pekerjaan yang harus aku kerjakan selama berada disini?" tanya Mawar, sambil menyodorkan selembar kertas itu.
"Iya, kamu sudah paham kan?"
"Saya pahamnya ini tulisan yang sangat indah. Tapi sayangnya saya tidak bisa membaca, karena saya tidak pernah menginjak bangku sekolah." ucap Mawar dengan wajah sendunya.
Mama Firda sangat prihatin mendengar penuturan Mawar yang belum pernah sekalipun mengeyam pendidikan.
"Tidak apa-apa, nanti Tante jelaskan. Sekarang kamu mandi ya, biar badannya segar. Lalu ikut sholat Maghrib berjamaah." mama Firda memegang bahu Mawar sambil menyunggingkan senyum.
"Saya juga tidak bisa sholat, Tan."
"Nanti, kami akan membantumu."
"Terima kasih, Tante. Anda dan mas Luqman itu baik sekali. Seperti malaikat saja."
"Tidak perlu mengucapkan terima kasih. Kewajiban kita memang saling mendoakan." mama Firda tersenyum penuh kelembutan, yang membuat hati Mawar merasa begitu nyaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Tata google
emang ada orang sebaik mereka/Smile/
2024-11-09
0