"Jadi anda mau berhenti dimana, nona?"
"Carikan saya kost-kostan atau rumah kontrakan."
"Maaf, nona. Saya kurang tahu info untuk kost-kostan ataupun rumah kontrakan."
Gadis itu menghela nafas panjang.
"Kalau begitu, kita muter-muter dulu. Sampai menemukan rumah kontrakan atau kost-kostan." ucap gadis itu.
Entah untuk yang ke berapa kalinya, pria yang sedang fokus menyetir itu dibuat terkejut oleh permintaan absturd gadis disampingnya.
Meskipun begitu, ia tetap menganggukkan kepalanya. Ia tidak ingin gadis cantik yang berpenampilan serba terbuka itu berkeliaran mencari tempat berteduh sendirian. Bisa saja, karena bajunya yang seperti itu mengundang para lelaki untuk menggodanya.
**
Hari sudah siang, tapi belum juga keduanya mendapatkan apa yang mereka cari. Tiba-tiba perut gadis itu berbunyi nyaring.
"Aduh, laper banget sih? Haus pula." gumamnya sambil memegangi perutnya dan kerongkongan.
Pria yang ada disampingnya menyunggingkan senyum tipis melihat hal itu.
"Pak, kita mampir ke warung itu sebentar." gadis itu menunjuk sebuah warung es kelapa muda dan siomay.
Di tengah-tengah suasana yang panas, minum es kelapa muda memang terasa begitu menyegarkan. Apalagi cemilannya siomay hangat dan pedas. Membayangkan saja, sudah lier.
"Baik, nona."
Kendaraan roda empat itupun akhirnya menepi. Gadis itu berteriak dari dalam mobil untuk memesan apa yang ia inginkan.
Sambil menunggu pesanannya jadi, ia merogoh dompet dalam tasnya.
"Ke-kenapa dompetku tidak ada?" gumamnya mulai khawatir.
Gadis itu kembali mengobrak-abrik tasnya, tapi dompet kecilnya memang benar-benar tidak ada.
"Bagaimana aku harus bertahan hidup? Jika tak memiliki sepeser uang pun?"
Ia mendengus kesal, dengan pandangan yang menatap ke arah depan. Terlihat lesu.
Padahal untuk bisa kabur dari rumah bordil itu tidaklah mudah. Ia sudah merencanakannya jauh-jauh hari.
Ia berniat meninggalkan seluruh perbuatan buruk yang dilakukannya selama ini. Apalagi ketika melihat salah satu temannya meninggal karena penyakit Aids. Ia semakin ketakutan.
Tidak ada satupun wanita di dunia ini, yang mau sepanjang hidupnya digunakan untuk menjadi seorang wanita kupu-kupu malam. Seperti yang dialami oleh gadis cantik bernama Mawar jelita.
Ia tidak tahu apakah nama itu nama aslinya, ataukah nama yang diberikan oleh wanita yang menolongnya.
Dan untuk membalas jasa pada wanita yang menolongnya, ia harus rela menjadi seorang wanita kupu-kupu malam.
Seluruh gaji yang ia dapatkan, semua diminta oleh wanita yang menolongnya. Yang biasa ia panggil dengan sebutan ibu Nindi.
Terkadang pelanggan yang baik hati, memberinya uang tip tambahan. Uang tip itulah yang ia simpan untuk modal melarikan diri. Tapi uang itu justru hilang entah kemana.
Setiap hari yang dilakukan oleh Mawar, adalah melayani seluruh tamu yang datang. Semua keperluannya telah dicukupi oleh Bu Nindi. Jadi, tidak ada alasan lain untuknya bisa keluar menikmati udara segar.
"Ini non, pesanannya." ucap penjual sambil menyodorkan pesanan Mawar, lewat kaca mobil yang terbuka. Membuat gadis itu terkejut, lalu garuk-garuk kepala.
"Berapa totalnya, Bu?" tanya pria yang ada disamping Mawar.
"Dua puluh ribu, mas."
Pria itu merogoh dompetnya dan mengeluarkan selembar merah, lalu menyerahkannya pada penjual.
"Tolong buatkan seperti yang di pesan nona ini, satu lagi ya bu. Lalu sisanya ambil saja."
"Oh, terima kasih mas. Semoga rezekinya semakin lancar ya. Sukses terus untuk karier nya." panjang lebar penjual itu mendoakan pria yang menjadi sopir untuk Mawar.
"Aamiin. Terima kasih do'anya, Bu." balas pria itu, sambil menyunggingkan senyum tipis.
"Ayo dimakan. Kenapa diam saja?" ucap pria itu pada Mawar, setelah penjual itu berlalu membuatkan pesanannya.
"Kembaliannya itu masih banyak lho. Apa ngga sayang di kasih ke orang lain?"
Pria itu kembali menyunggingkan senyum, sebelum menjawab pertanyaan Mawar.
"Siapa bilang saya kasihkan. Saya hanya sekedar titip kok."
"Titip?" ulang Mawar merasa aneh.
"Ini, mas. Pesanannya." ucap penjual, sambil menyerahkan makanan yang dipesan.
"Terima kasih ya Bu."
"Sama-sama mas. Oh iya, saya boleh minta tanda tangannya?"
"Tentu boleh." balas pria itu ramah, sembari menyunggingkan senyum.
Ia menerima uluran buku dan bolpoin dari ibu penjual. Lalu mencoret kan bolpoin di atas buku itu.
"Wah, terima kasih ya mas."
Ibu penjual itu terlihat berbinar sekali wajahnya, sambil berlalu pergi.
Sementara Mawar tampak mengernyitkan dahi lagi, ketika melihat hal itu.
"Kenapa ibu tadi meminta tanda tanganmu?" tanya Mawar sambil mengernyitkan dahi.
"Tidak apa-apa. Mungkin dia hanya hanya senang mengoleksi tanda tangan. Mari kita makan dulu."
Hadis cantik itu menganggukkan kepalanya, lalu menikmati makanan yang baru ia beli dengan lahap.
Pria itu menggelengkan kepalanya, karena melihat Mawar terlalu terburu-buru saat makan.
"Bisakah kamu pelan-pelan memakannya?"
Mawar menoleh ke arah pria disampingnya, dengan mulut yang penuh dengan makanan. Dan perlahan menganggukkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Fitri
Assalamualaikum.. untung ketemu pria yg baik hati....
2023-04-04
1