"Pak, sa-saya tidak memiliki uang sepeser pun untuk membayar ongkos taksinya. Sepertinya dompet saya terjatuh tadi saat lari." ucap Mawar dengan wajah ditekuk, terlihat sendu.
"Maaf, kalau boleh tahu. Rumahmu dimana? Biar saya antar kamu pulang ke rumah."
"Saya tidak memiliki rumah, pak. Selama ini saya tinggal dirumah bordil. Preman yang mengejar saya kemarin memang berjaga disana. Agar tidak ada yang bisa melarikan diri."
Mawar menjeda kalimatnya, untuk memberi ruang di dadanya. Dengan menghela nafas panjang. Ia tak menyangka bisa kabur dari rumah terkutuk itu. Setelah itu, ia kembali melanjutkan bicaranya.
"Niat saya lari dari sana sudah mau insyaf. Tidak mau bekerja lagi disana. Saya juga takut mati sia-sia disana, seperti teman saya yang meninggal karena penyakit Aids. Tapi karena uang saya sudah hilang, tidak punya tempat pula. Sepertinya niat saya sedikit goyah.
Bagaimana kalau saya membayar tarif taksinya dengan melayani bapak saja. Tapi nanti jangan lupa dikasih tip tambahan, seperti ibu penjual tadi. Untuk biaya saya hidup. Setelah itu saya akan benar-benar bertobat."
"Apa! Me-melayaniku?" ucap pria itu begitu terkejut. Bahkan ia sampai mengurut dada, dan langsung menjauhkan badannya hingga menempel ke pintu mobil.
"Dijamin tidak akan mengecewakan bapak pokoknya deh. Karena saya sudah berpengalaman." Mawar mulai mendekatkan tubuhnya hingga duduk satu kursi dengan pria itu, dan membelainya.
"Tidak! Saya akan menggratiskan mu membayar tarif mobilnya."
"Serius, pak?" Mawar menatap pria dihadapannya sambil mengerjapkan matanya. Seolah tak percaya dengan pendengarannya.
"Iya, saya serius. Yang terpenting kamu harus bertaubat dengan sungguh-sungguh."
"Tapi bagaimana kehidupan saya kedepannya nanti. Saya tidak memiliki uang untuk biaya hidup. Jajan saja ditraktir sama bapak."
Mawar menjauhkan dirinya dari pria disampingnya, lalu bersandar di kursinya dengan pandangan yang menerawang jauh.
"Apa aku harus mengamen dulu?"
"Ya, suaraku kan cukup bagus. Bapak dengar dulu ya suaraku." ucap Mawar terlihat kembali bersemangat. Ia menatap pria disampingnya lagi, sambil mulai bernyanyi.
Seketika pria itu langsung menutup telinganya. Karena suara Mawar membuat indera pendengarannya sakit.
"Hentikan!" seru pria itu, sehingga membuat Mawar seketika terdiam.
"Kenapa? Suara saya jelek ya?" Mawar kembali terlihat sendu.
"Tidak, hanya saja kamu perlu olah vokal. Kamu mau bekerja ditempat ku? Tapi, sebagai asisten rumah tangga."
"Serius, pak?" Pria itu pun mengangguk.
"Wah, terima kasih pak." pekik Mawar kegirangan, sambil memeluk dan mengecup pipi pria dihadapannya. Sehingga membuatnya membulatkan matanya, dan mulutnya menganga.
"Tolong, jangan berbuat seperti ini lagi." sepersekian detik, pria itu segera mendorong Mawar. Dan membuat gadis itu terkejut.
"Bapak tidak suka saya peluk?"
"Tentu saja, tidak. Aku takut keperjakaanku hilang sebelum waktunya."
"Apa! Bapak masih perjaka? Apa tidak ada wanita yang mau dengan bapak? Padahal menurutku bapak itu tampan lho. Badan bapak juga... Wow! Eight pack." Mawar berbinar, ketika menyingkap t-shirt yang dikenakan pria disampingnya. Terlihat roti sobeknya yang berjumlah delapan.
"Apa-apaan kamu ini?" Pria itu dengan segera menurunkan t-shirt nya kembali.
"Maaf, pak." Mawar nyengir kuda.
"Oh iya, bapak keren juga ya. Seorang sopir saja, punya asisten rumah tangga."
Pria itu tidak lagi menanggapi ucapan Mawar, dan kembali melajukan mobilnya menuju kediamannya.
Setelah menempuh perjalanan sekitar lima belas menit, akhirnya mobil yang dikendarai Mawar berhenti disebuah rumah dua lantai yang begitu mewah dan megah. Mawar menatap tanpa kedip rumah yang ada dihadapannya.
"Luarnya saja begitu indah, apalagi dalamnya?" gumam Mawar sambil geleng-geleng kepala, karena merasa takjub.
Seorang security membukakan pintu gerbang, lalu mobil itupun kembali berjalan dan berhenti di carport. Keduanya lalu turun dari mobil bersamaan.
Pria itu membuka pintu rumah utamanya, lalu mempersilahkan Mawar masuk. Dengan senyum lebar, gadis itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
Ia semakin dibuat menganga, ketika pandangannya menyapu ke setiap sudut ruangan yang tampak begitu luas, dan terdapat barang-barang yang begitu bagus.
"Ini, rumah siapa sih pak?" tanya Mawar penasaran.
Belum sempat menjawab pertanyaan Mawar, seorang perempuan yang memakai stelan gamis lebar berwarna serba putih datang mendekat.
"Ssetan...." pekik Mawar ketakutan.
Ia langsung bersembunyi di belakang punggung pria yang disangka sopir taksi tadi, dan memeluk pinggangnya dengan sangat erat. Wajah pria itupun sampai memerah, karena kedua kalinya gadis itu memeluknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments