Bab 5

Siang itu, Raisa nampak anggun nan memesona menggunakan gaun mewah berwarna putih Rafi terlihat begitu gagah dan tampan dengan warna yang senada dengan Raisa. Acara pernikahan mereka digelar dengan konsep outdoor. 

Acara itu dihadiri oleh kerabat kedua mempelai, pun teman dekat dari mereka. Tamu undangannya hanya sektikar 100 orang. Teman Raisa tidak begitu banyak, sementara Rafi, dengan sengaja tidak mengundang semua temannya, melainkan hanya beberapa saja. 

Acara itu juga dihadiri oleh Alea karena mereka saling mengenal. Walau dengan berat hati melepas pujaan hati, ia tetap hadir di pernikahan itu. Dengan senyum palsu ia memberi ucapan selamat kepada Rafi dan Raisa. 

"Selamat, ya, kalian," ucap Raisa dengan sedikit ragu. 

Raisa nampak begitu berbunga-bunga. Sementara Rafi, terlihat lebih biasa saja. Karena alasan dirinya menikahi Raisa sebenarnya tak lebih dari sekedar tidak enak hati saja. 

Saat melihat Rafi dan Raisa sudah menjadi suami istri yang sah baik secara agama dan negara, hati Alea begitu sakit. Ia menyesal selama ini menyembunyikan perasannya pada Rafi yang begitu besar. 

Rafi ingin segera menyelesaikan acara ini karena sejujurnya ia tidak bisa menikmati. Ia menikah bukan dengan wanita yang benar-benar disayangi. Wajar saya wajahnya sama sekali tidak menampakkan ada kebahagiaan yang terpancar. 

Akhirnya, acara itu selesai. Tempat yang tadinya dikerumuni seratus orang, kini sudah menjadi sepi. 

Malamnya, Rafi dan Raisa langsung pindah ke rumah baru. Semua perabotan dan pakaian mereka sudah dipindah ke sana dari hari sebelum acara pernikahan. 

Rafi meraih handuk untuk bergegas mandi. Badannya sudah lengket setelah seharian ada di acara pernikahannya. "Aku mandi dulu, ya? Atau mau kamu dulu?" tanya Rafi pada Raisa yang merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Ia masih mengenaikan gaun pengantin berwarna putih. 

"Iya, kamu dulu aja, Sayang. Aku mau hapus make up dulu," ucap Raisa, sekejap memejamkan matanya. 

Hatinya begitu berbunga-bunga, pria yang selama ini ia kagumi, sekarang sudah menjadi suami sahnya. Ia kembali membuka mata, lalu bangkit untuk menghapus make up tebal yang masih menempel di wajahnya. 

Ia menghapus make up menggunakan cleanser dan kapas. Setelahnya, ia mencoba mengetuk pintu kamar mandi. Ia juga ingin mandi sekarang, tapi Rafi lama sekali ada di dalam sana. 

"Sayang, aku boleh masuk, gak?" tanya Raisa seraya mengetuk pintu. 

Rafi yang sudah selesai mandi, bergegas mengenakan handuk, lalu membuka pintu kamar mandi. "Silakan, aku udah, kok," ucapnya canggung. Ia lantas memilih baju dalam lemari sembari Raisa mandi. 

Rafi memilih kaos pendek dan celana pendek. Dalam hatinya, ada sedikit penyesalan karena telah menikahi wanita yang tidak dicintai. Tapi, di sisi lain, ada rasa yang entah. Yang jelas, sekarang ia sudah bisa menyalurkan kebutuhan biologisnya tanpa mendapat dosa. 

Ia lantas merebahkan badannya. Kantuknya sudah datang sedari tadi. Ia akan menghabiskan malam pertama dengan tidur saja. Lagipula, ia tidak begitu tertarik dengan tubuh wanita yang dinikahinya itu. Rafi lantas memejamkan matanya. 

"Tidur ah, ngantuk banget," ucapnya kepada diri sendiri. 

Tidak lama kemudian, Raisa keluar dari kamar mandi. "Sayang, kok tidur?" tanya wanita itu dengan tubuhnya yang masih berbalut handuk putih. 

"Iya, nih. Ngantuk banget," sahut Rafi enggan membuka mata. Walau ia tahu sekarang Raisa hanya berpakaian handuk, namun ia tidak cukup tertarik. 

"Kita gak malam pertama?" ucap Raisa lesu seraya berganti baju. Ia melepas handuknya sembarangan. Tidak canggung jika nantinya tubuh polosnya dilihat oleh Rafi. Mereka sudah sah, jadi tidak perlu canggung ataupun malu. 

Saat hendak mengubah posisi dari terlentang menjadi miring kanan, mata Rafi menyipit sehingga tidak sengaja melihat tubuh polos istrinya yang sedang berganti baju. 

Hasratnya sebagai laki-laki pun muncul. Ia seolah dibohongi oleh ucapannya sendiri. 

***

"Sayang?" panggil Raisa dari luar kamar mandi. 

"Hah?" Mendengar panggilan Raisa, Rafi pun terbangun dari lamunan panjangnya tentang awal pernikahannya bersama istrinya beberapa bulan yang lalu. 

"Kamu masih lama?" tanya Raisa. "Akubudah menyiapkan makan malam, loh."

"Eh, iya. Masih. Aku lagi buang air besar," ucap Rafi. 

"Oh ya udah. Baju udah aku siapkan, ya. Aku tinggal ke ruang makan dulu," pamit wanita berbadan dua itu. 

Rafi membalas mengiyakan. 

Setelah beberapa menit menyelesaikan urusannya di kamar mandi, Rafi pun keluar dari sana. 

"Uhh, segar banget," ucapnya seraya mengeringkan rambut menggunakan handuk. 

Tiba-tiba ponselnya berdering, pertanda ada orang yang menelepon. Ada nama Alea yang tertampang di dalam layar ponselnya. 

Rafi nampak ragu hendak menggulir tombol hijau ke atas. Ia memeriksa keadaan terlebih dahulu. Setelah dirasa tidak ada Raisa, ia pun mengangkat sambungan telepon dari Alea itu. 

"Halo?" sapanya pada Alea dengan suara yang begitu rendah. 

"Honey, i miss you so, kapan kita ketemu lagi?" tanya Alea dengan nada yang begitu ceria. Ia sedang merebahkan diri di atas kasur empuknya. Pandangannya mengarah pada langit-langit kamar. 

"Kan tadi udah ketemu, aku antar kamu pulang." Rafi terus memeriksa pintu, barangkali tiba-tiba ada Raisa muncul dari luar sana. 

"Aih, Honey. Itu kan udah dua jam yang lalu." Alea terus bermanja-manja dengan Rafi yang berstatus milik orang. "Ganti video call aja, yuk," ajaknya. 

Namun, belum mendapat balasan dari Rafi. Ia mendengar suara perempuan dari jauh sana. "Ada Raisa, ya?" Alea mengubah suaranya menjadi sepelan mungkin. 

Tanpa membalas pertanyaan Alea terlebih dulu, Rafi lantas mematikan sambungan telepon dengan Alea. 

"Kamu ngobrol sama siapa, Sayang?" tanya Raisa saat masuk ruang kamar. 

Rafi menelan salivanya. Ia sedikit grogi sebenarnya. "Enggak, bukan siapa-siapa. Itu teman kantor," ucap Rafi dengan penuh kebohongan. 

"Ohh, ya udah ayo kita makan malam dulu," ajak Raisa seraya menggandeng tangan sang suami ke ruang makan. 

"Nasinya segini cukup, Sayang?" tanya Raisa saat menambilkan Rafi nasi. "Atau nambah lagi?"

Sementara itu, Rafi tengah sibuk menatap layar ponselnya. Ia sedang berkirim pesan pada Alea. Ia meminta maaf karena sambungan telepon mereka harus terputus. Ia harus makan malam bersama Raisa. 

"Udah, udah segitu aja," jawab Rafi seraya masih memainkan ponsel. 

"Mau lauk apa?" tanya Raisa lagi. Ada beberapa sayuran dan lauk pauk di sana. Ada tahu bacem, opor ayam, sayur bening, dan sayur kacang.

Raisa melirik suaminya. Ia berpikir suaminya itu tengah mengurus pekerjaan. "Sayang, ayo makan dulu, main HP-nya nanti lagi."

Rafi pun menurut. Ia meletakkan ponselnya dengan terbalik. "Iya, yuk makan," ajak Rafi seraya meraih sendok. 

"Lagi ngurus kerjaan ya, Sayang?" Kini giliran Raisa mengambil makanan untuk dirinya sendiri. 

Rafi nampak bingung sejenak. "Oh, iya. Lumayan, sih," bohongnya lagi dan lagi. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!