Bab 3

Pagi sudah tiba. Alea dan Rafi menghabiskan satu malam yang begitu indah. Alea sangat berterima kasih pada pria yang kini ada dalam dekapannya itu karena telah bersedia meluangkan waktu untuk dirinya. Terlebih, Rafi rela meninggalkan istrinya hanya demi bisa menemani Alea. 

Wanita itu mengelus-elus kepala Rafi. Wajah pria itu kini bersembunyi di dada Alea, dengan tangan yang melingkar pada tubuh wanita itu. 

"Honey?" panggil Alea pada Rafi untuk sekedar membuatnya sadar bahwa pagi telah datang. Walaupun sebenarnya itu akan membuat mereka berpisah sebentar lagi. 

"My honey strawberry," panggil Alea lagi seraya terus membelai kepala pria idamannya itu. "Kamu terlalu nyaman, ya?" Alea tersenyum puas. Ia merasa sudah berhasil mendapatkan cinta Rafi. 

"Aku masih ngantuk banget, Alea," ucap Rafi dengan suara serak. Ia berpindah tempat dari tubuh Alea. Kedua matanya ia kucek-kucek untuk mendapatkan pandangan yang lebih nyaman. 

"Ya udah sini aku peluk lagi," rayu Alea, walau ia tahu mereka harus pulang secepatnya. Hari ini Senin, saatnya kembali bekerja. Kembali ke rutinitas masing-masing seperti semula. 

Rafi merengkuh tubuh wanita itu sejenak, kemudian kembali melepasnya. "Tapi kan kita harus kerja."

"Iya, Honey. Semangat ya kerjanya," ucap Alea. 

Rafi menimpalinya dengan senyuman. "Thanks ya, buat semuanya. Aku puas banget," ucap Rafi seraya menatap tajam sorot mata Alea, dengan mengukir senyuman. 

"Sering-sering kaya gini ya, Honey. Love you," sahut Alea. Ucapan itu begitu tulus dilontarkan dari bibirnya. 

"Love you too," balas Rafi dengan mendaratkan bibirnya pada pipi Alea. 

Pukul 06.30, mereka membersihkan diri sebelum akhirnya pulang. Mereka berpisah di depan kos-kosan Alea karena harus berangkat kerja ke kantor masing-masing. 

Tiba di rumah, Rafi disambut hangat oleh sang istri. Raisa langsung mendekap tubuh gagah suaminya itu. Ia begitu rindu karena sudah ditinggal semalaman. 

"Kamu ke mana aja, Sayang? Aku kangen banget," ungkap Raisa, dekapannya semakin erat. 

"Tadi malam habis main PS di rumah teman, aku ketiduran, Sayang. Maaf, ya," balas Rafi dengan ucapan yang begitu manis, seolah memang ia tidak melakukan kesalahan apa-apa. 

"Oh, ya udah nggak apa-apa, yang penting kamu baik-baik aja. Aku tuh khawatir karena HP kamu mati, kan?" tanya Raisa tanpa rasa curiga sedikit pun. Wanita itu begitu tulus mencintai Rafi. 

Rafi menelan salivanya karena ponselnya tidak benar-benar mati. Melainkan sengaja memblokir kontak Raisa untuk sementara waktu agar tidak mengganggu waktunya bersama Alea. 

"Eh, iya. Aku ketiduran soalnya, lupa charger," ucap Rafi berdalih dengan alasan yang sangat meanstream. 

Setelah itu, Rafi bersiap-siap untuk berangkat kerja. Raisa sudah menyiapkan sarapan dan bekal untuk Rafi. Wanita itu memang benar-benar idaman. Hanya saja, Rafi kurang tertarik dengan tubuh ramping istrinya itu. 

***

Raja siang sudah datang. Teriknya seolah membakar kepala Alea yang sedang berjalan ke luar gedung kantor untuk membeli makan siang. "Aduh, panas bangetss. Capek deh," keluhnya seraya meletakkan tangan kanannya di atas kepala, untuk sekedar melindungi wajahnya yang penuh make up dari sengatan matahari. 

"Alea," sapa seorang pria pada Alea yang datang dari belakang. 

"Hey, Rian. Kamu mau beli ayam geprek juga?" tanya Alea pada Rian. Mereka memang beekrja dalam satu kantor yang sama, namun pada bagian yang tak sama. 

Rian menganggukkan kepalanya. "Iya, kita makan bareng, ya. Sekalian makan di sana aja, jangan di-take away ke kantor." Rian ingin membicarakan sesuatu pada Alea. Sesuatu yang begitu penting untuknya. 

"Siap, My big brother," ucap Alea seraya menggandeng tangan Rian dengan akrabnya, dan tanpa ada rasa apa-apa. Ia sering memanggik Rian dengan sebutan big brother karena mereka sudah berteman sejak lama. Kebetulan dipertemukan kembali saat di dunia kerja. 

 Sementara itu, Rian menelan ludah. Ia sedikit salah tingkah. 

Tiba di rumah makan yang dapat dijangkau beberapa langkah dari kantor Alea dan Rian, mereka berdua pun sama-sama memesan ayam geprek. 

"Kamu tuh, makan pedes-pedes terus. Kasian perut kamu," ucap Rian saat Alea memesan ayam geprek dengan level tertinggi. Ia tahu betul bahwa teman wanitanya itu begitu menyukai makanan pedas sejak lama. 

"Biarin aja, aku kan suhu. Kalau kamu kan cupu," ejek Alea dengan nada candaan. Ia pun terkekeh. 

"Kalau gitu minumnya ganti teh hangat aja, jangan es teh. Biar cepat ilang pedesnya," saran Rian. Ia memesan ayam geprek dengan tingkat kepedasan yang rendah. 

"Aku justru gak mau kalau pedasnya ilang cepat-cepat," sahut Alea. Ia tertawa renyah lagi. Wanita itu memang begitu ceria dan suka becanda. 

Rian hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tak lagi dapat menimpali perkataan Alea. Mereka pun menikmati makanan mereka saat sudah datang. 

"Mmm ... enak," ucap Alea saat menikmati makanan itu pada suapan terakhir. 

Rian meneguk es tehnya hingga habis. "Alea, aku mau tanya sesuatu, boleh?" 

Alea mengangguk-angguk tanpa keberatan seraya meminum es tehnya menggunakan sedotan. "Boleh, dong. Mau nanya apa?" 

"Kemarin kamu ke mana sampai malam?" tanya Rian seraya mengangkat alis. Berharap kecurigaannya tidak dibenarkan oleh Alea. 

Sementara itu, Alea tersedak usai mendengar pertanyaan Rian. Ia tahu kalau Rian adalah kakak kandung dari Raisa, yakni istri Rafi. Kalau mengatakan yang sebenarnya, ia tidak enak hati. Tapi, barangkali Rian bisa menjaga rahasianya karena mereka sudah berteman sangat lama. Terlebih, Rian tidak marah walau Alea melakukan kesalahan besar. 

"Kenapa tiba-tiba nanya gitu, Rian?" tanya Alea. Ia lupa kalau tadi malam dirinya membuat status whatsapp yang isinya berswafoto dengan Rafi. Ia lantas menepuk jidat. 

"Kamu ada main belakang sama Rafi, Alea?" tanya Rian penuh kesabaran. Ia bertanya begitu pelan-pelan. "Jawab jujur," lirihnya. 

Pandangan Alea seketika menunduk sembari meminum es teh. "Kamu jangan bilang-bilang, ya. Aku mau tetap menjaga perasaan Raisa."

"Kamu kan tau, Rian. Aku suka Rafi dari dulu," tutur Alea dengan nada yang mulai bersedih. "Tapi, kenapa malah yang dipilih adik kamu. Sakit banget rasanya." Air mata mulai tertumpah membasahi pipi. 

Rian menghela napas sejenak. Adik yang paling disayangi, sudah dikhianati oleh dua teman dekatnya sendiri. Dada Rian juga ikut sesak, bagaimana jika Raisa tahu. Sudah pasti hatinya hancur berkeping-keping. 

"Tapi, setidaknya kamu jangan egois, Alea. Kamu merebut suami orang jadinya." Rian terus mencoba menyadarkan wanita itu. Ia tidak habis pikir dengan kelakukan dua teman dekatnya, Alea dan Rian yang sama-sama busuk. 

Tapi, ia tidak bisa marah. Rian sama sekali tidak bisa memarahi wanita di depannya itu. 

"Bukannya adikmu itu yang egois? Aku dari dulu cerita ke kamu kalau aku suka Rafi. Tapi, kenapa kamu menikahkan adikmu sama Rafi yang jelas-jelas aku sayangi?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!