Bab 2

Honey, kamu mau menikmati aku?" tanya Alea langsung pada poinnya. 

"Iya, Sayang. Habis ini kita check-in, ya," ajak Rafi tanpa berbasa-basi. 

Mendengar ajakan Rafi itu, Alea semakin tidak sabar. Ia menyudahi makanannya seketika. Pun Rafi, ia lekas memesan kamar untuk mereka berdua melalui online. Agar setibanya di hotel, mereka bisa langsung masuk ke dalam kamar. 

Beberapa jam kemudian, nampak rok dan baju yang tadi Alea kenakan sudah berserakan di lantai. Sementara itu, Alea dan Rafi nampak tertidur lelap di kasur yang sama. Pun di bawah selimut yang sama. 

Alea bangun lebih dulu daripada Rafi. Wanita itu lantas tersenyum senang saat menyadari ada Rafi di sampingnya. Terlebih saat mengingat kehormatannya direbut oleh pria yang begitu ia sukai. Entah mengapa ia menjadi senyum-senyum sendiri. 

Lantas ia melanjutkan kegiatannya bermanja-manja dengan Rafi. Tubuh pria yang banyak centimeter lebih tinggi darinya itu pun dipeluk erat olehnya. Seolah ia tak mau berpisah nantinya. 

"Honey, love you," ucapnya seraya mendaratkan bibirnya pada kening Rafi. Melihat pria itu masih terlelap dalam tidurnya, Alea pun memutuskan untuk tidur kembali juga. 

Di kediaman Rafi dan Raisa, nampak ada seseorang yang sedang mengetuk pintu. Tidak lama kemudian, Raisa membukakan pintu untuk tamu itu. 

"Bang Rian," sapa Raisa seraya memeluk tubuh kakak satu-satunya itu. Sudah satu minggu mereka tidak bertemu. Akhir-akhir ini, semenjak Raisa menikah, mereka jadi jarang bertatap muka karena tak lagi tinggal dalam satu atap. 

"Gimana kabarnya? Sehat?" Rian mengelus-elus punggung adiknya itu. 

Setelah cukup beberapa detik saling memeluk, dekapan itu kini terlepas. "Sehat, bayi dalam perutku udah mulai gerak-gerak," adu Raisa. "Abang gimana?"

"Aku sehat juga. Mana coba lihat adek bayinya." Rian berjongkok untuk sekedar melihat perut buncit sang adik. Kemudian kembali berdiri. "Lucu ya."

"Iya lucu banget aku lihatnya," sahut Raisa. Mereka lantas beranjak menuju ruang makan. Raisa memang pintar masak. Dulu, saat masih satu rumah, Raisa sering membuat masakan untuk kakaknya itu. 

"Kita kenapa ke sini si, Bang. Aku belum masak." Raisa terkekeh. Ia baru menyadari bahwa tujuan sang kakak bertandang ke rumahnya adalah untuk mencari makanan. 

"Waduh, padahal tujuanku ke sini ya untuk itu." Rian pun terkekeh. Kakak beradik itu terus bersendau gurau bersama. 

Raisa pun membuatkan jus alpukat kesukaan Rian, juga menyiapkan beberapa biskuit dan keripik untuk dinikmati sembari mengobrol. 

"Oh ya, Rafi ke mana, Sa?" tanya Rian seraya mengedarkan pandangan. Sedari tadi tak mendapati sosok sahabatnya itu, sekaligus suami dari adiknya. 

Raisa memasukkan sekeping biskuit ke dalam mulutnya. "Lagi main sama teman, katanya," timpal Raisa. Ia memang begitu percaya dengan Rafi. 

"Oh iya? Di mana? Kok gak ngajak aku." Rian sedikit kesal mendengar penuturan sang adik. Rian adalah teman Rafi yang paling dekat. Bagaimana mungkin ia tidak mengajaknya untuk bermain bersama. 

Raisa mengangkat bahu. "Entah. Mungkin, mungkin apa ya? Gak tahu aku." Wanita bertubuh ramping itu terkekeh lagi. "Udahlah, Bang. Jangan cemburu. Aku yang istrinya aja gak cemburu, kok," godanya. 

"Haha iya deh." Rian pun turut tertawa. "Ya udah yang penting pulangnya gak kemaleman aja," pesannya. Sebagai seorang kakak, ia harus mengarahkan yang terbaik untuk sang adik. 

"Iya, Abang. Nanti aku telepon dia lagi," ucap Raisa seraya menyeruput teh hangat. 

"Gimana, kamu happy sama dia, gak?" tanya Rian. Ia ingin memastikan bahwa Rafi cukup membuat Raisa bahagia. 

Raisa sedang mengunyah keripik. "Happy, Abang."

"Syukurlah."

***

Sekarang pukul 21.00, tapi Rafi belum kunjung pulang. Rian masih menemani sang adik yang kesepian ditinggal suaminya. 

Raisa berusaha menghubungi sang suami, tapi nomornya tidak aktif. Ia berpikir mungkin ponsel suaminya itu baterainya habis karena terlalu asyik mengobrol dengan temannya. 

"Abang pulang aja gak apa-apa. Nanti kemaleman nyampe rumah malah kena marah sama Mama," saran Raisa. Sudah berjam-jam sang kakak menemaninya. 

Bukankan ia sudah menikah? Seharusnya bisa lebih mandiri lagi. Tidak perlu dijaga sang kakak hingga seperti ini. Terlebih, ada satu pembantu yang menginap di rumahnya. Setidaknya membuat Raisa tidak merasa begitu sendirian, walau memang sebenarnya kesepian. 

"Yakin aku pulang gak apa-apa? Kamu kan penakut," ledek Rian. Ia tahu betul bahwa sang adik itu memang penakut saat sebelum menikah. 

"Ish, Abang. Aku kan udah menikah, gak se-penakut itu lagi lah." Raisa membela dirinya. Sudah seharusnya ia menjadi lebih pemberani, karena sebentar lagi akan menjadi ibu. 

"Ya udah deh," ucap Rian seraya berdiri hendak pulang. Sebelum itu, ia memeriksa ponselnya sejenak. 

Matanya terbelalak saat melihat status whatsapp Rafi tengah berswafoto dengan Alea. Mereka berdua terlihat jelas berada di hotel. Status itu tidak dapat dilihat oleh Raisa karena Rafi mengatur privasinya. 

Sebagai kakak, emosi Rian memuncak karena adiknya dikhianati oleh sahabatnya sendiri. "Sial," ucapnya seraya berdecak kesal. 

"Kenapa, Bang?" 

"Enggak kok. Ya udah kalau gitu aku pulang dulu, ya," pamit Rian. Ia bergegas menuju mobilnya untuk pulang. Raisa mengantarnya hingga depan pintu. 

Di tempat lain, di sebuah hotel bintang lima, Alea nampak merengek pada Rafi. "Honey, please, semalam aja, kok," rengeknya. Ia ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama pria itu. 

"Nanti Raisa gimana, Alea?" Rafi memegang kedua pundak Alea, mencoba memberi paham pada kekasih gelapnya itu. 

"Satu malam doang, Honey. Not more." Alea terus meminta dengan wajah yang begitu nelangsa. 

"Tapi nanti Raisa curiga dong, Sayang. Dia lagi hamil sekarang. Aku gak mau buat dia jadi cemas," ucap Rafi. Bagaimana pun juga, Raisa adalah istrinya. Ia harus menghormati wanita itu sebagai istri. 

"Jahat! Kamu tega!" Alea terus memohon agar Rafi bersedia menemaninya satu malam lagi. Wanita itu begitu kesepian selama ini. Ia sudah terlalu lama menahan rasa sayangnya pada Rafi. Kali ini, ia ingin bermesraan dengan pria itu hingga puas. 

Titik-titik air mata Alea mulai menetes, membuat Rafi merasa iba seketika. Ia juga merasa bersalah akan meninggalkan Alea begitu saja, sedangkan sejak tadi Alea berusaha melakukan yang terbaik untuk melayaninya di atas ranjang. 

"Utututu." Rafi lantas merengkuh wanita bertubuh body goals itu. "I love you. Aku akan di sini sama kamu," ucap Rafi membuat Alea seketika menghapus air matanya. Hati wanita itu sangat berbunga-bunga.

"Serius, Honey?" tanya Alea memastikan. Ia menampakkan kegembiraan pada wajahnya yang ayu nan putih. 

Rafi mengangguk. Membuat Alea mendekap pria itu erat-erat. Akhirnya, rasa sayang yang selama ini ia simpan sendirian, perlahan mulai dibalas oleh Rafi. 

"Iya. Kamu mau makan apa malam ini?" tanya Rafi seraya melepaskan pelukan itu. 

Alea nampak berpikir keras. "Apa saja yang penting sama kamu."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!