“Menaruh harapan lebih pada manusia, akan menghantarkanmu pada satu rasa yang bernama kecewa”
***
Happy reading....
🌼🌼🌼
“A-aisyah, a-apa ka-kamu sudah .... Ti-tidak perawan?” tanya pria itu tergagap. Ia memandang istrinya dengan tatapan yang menyiratkan luka yang teramat dalam. Mengerjapkan mata berkali-kali, berharap ini hanya mimpi.
Wanita yang ada di bawahnya hanya tergugu, dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya. Tanpa di jawab pun, Arzan sudah tahu jawabannya. Ia segera melepaskan penyatuan dengan kasar, meraih pakaiannya yang berserakan lalu mengenakannya.
Sementara wanita yang menangis pilu itu menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
“Kenapa kamu tidak jujur dari awal?”
“Kenapa kamu menyembunyikan semuanya, Aisyah?” lirih pria itu dengan tatapan penuh kekecewaan. Wanita itu semakin tergugu, menyadari tak ada lagi panggilan sayang seperti sebelumnya.
Arzan menyugar rambut ke belakang, berjalan mondar-mandir demi menguasai emosinya yang seakan berkobar.
“Kamu berhasil menipuku dengan sikap sok polos dan kebaikan kamu. Dan aku dengan mudahnya di bodohi! Aku kira kamu wanita yang berbeda, tapi ternyata ... Kamu sama saja dengan gadis-gadis di luaran sana!” ucap Arzan dengan penuh emosi. Bahkan urat-urat di lehernya tercetak dengan jelas. Ia mendekati ranjang, mencengkram kuat kedua bahu sang istri.
“Sudah berapa banyak pria yang menikmati tubuhmu Hah? Jawab aku Aisyah!” Arzan mengguncang tubuh istrinya. Yang membuat tubuh lemah itu menjadi semakin bergetar.
Tangis istrinya semakin pecah, Arzan yang bersikap sangat manis beberapa waktu lalu berganti dengan pria kasar yang tidak segan membentaknya.
“Ma-maaf mas ....”
“Kenapa kamu tidak bilang dari awal jika sudah tidak perawan?” ia melepaskan tangannya dari bahu Aisyah. Kembali berdiri dan menarik rambutnya frustrasi.
“Kamu benar-benar sangat mengecewakan!”
“Apa kamu masih mau menerimaku jika aku mengatakan yang sebenarnya?” lirih Aisyah nyaris tak terdengar. Arzan hanya terdiam sembari memejamkan mata. Tangannya masih berada di kepala, sesekali meremas rambutnya.
“Bukankah kamu bilang, kamu akan menerima masa laluku? Baik buruknya akan kamu terima. Bukankah begitu mas?”
“Lalu kini kamu kecewa karena aku sudah tidak perawan? Apa keperawanan menjadi tolak ukur rasa cintamu, mas?” menatap pria yang berdiri di hadapannya dengan nanar. Sementara pria itu hanya diam dengan kemelut yang memenuhi pikirannya.
“Aku memang punya masa lalu yang sangat buruk, tapi aku mencoba untuk berubah. Berubah menjadi lebih baik dari diriku yang kemarin. Aku bukan tidak ingin jujur padamu, tapi bukankah kamu selalu mencegahku menceritakan semuanya karena dengan cepat kamu mengatakan akan menerima apa pun masa laluku mas? Aku memang bukan wanita baik-baik. Tapi aku ingin menjadi lebih baik. Mengubur masa lalu yang sangat buruk. Apa manusia yang mempunyai masa lalu buruk tidak berhak bahagia? Apa aku tidak berhak merasakan sempurnanya sebuah pernikahan? Apa aku tidak pantas merasakan di cintai meski masa laluku sangat buruk?”
Arzan masih terdiam, netranya menatap lurus ke lantai putih di bawah sana. Kekecewaan serta keterkejutan yang ia alami membuatnya hilang akal. Sementara Aisyah masih terisak dalam. Hatinya sangat sakit, ia pun tak pernah menyangka akan jadi begini.
Ia terlalu menaruh harapan lebih pada pria yang kini berdiam kaku di tempatnya. Harapan yang ternyata menyakiti keduanya. Jika bisa di ulang, maka ingin sekali rasanya ia pergi ke masa lalu dan merubah segalanya. Tapi nasi telah menjadi bubur, semua tak bisa di rubah seperti semula.
Arzan meraih jaket kulit di walkcloset lalu mengenakannya seraya berjalan menuju pintu kamar, ia pergi tanpa melihat dan mengatakan apa pun pada istrinya.
“Mas mau ke mana?”
“Mas ....” suara Aisyah tertahan. Bulir bening itu semakin luruh tak tertahankan.
“Apa cintamu hanya sebatas ini mas? Apa keperawanan begitu sangat penting dan lebih dari segalanya, mas?”
***
Netra yang semula terpejam itu, kini terbuka. Menelusuri dinding mencari penunjuk waktu. Ia mendesah lemah ketika melihat jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Ia tertidur setelah menangis sepanjang malam, seraya menanti kembalinya suami yang tak kunjung datang.
Ia menggelung rambutnya ke atas, menginjakkan kaki jenjangnya ke lantai putih yang dingin. Melangkah keluar mencari keberadaan sang suami. Aisyah berdiri di depan sebuah pintu yang menjulang, ragu untuk membukanya. Ruangan itu merupakan ruang kerja Arzan, kemarin saat berkeliling pria itu mengatakannya.
“Sayang, kalo aku tidak ada di kamar cari saja aku di sini. Aku sering menghabiskan waktu di sini.” wanita itu tersenyum getir. Bahkan masih terdengar lembutnya suara pria itu ketika memanggilnya dengan kata ‘sayang’. Kenapa dalam beberapa jam saja dengan cepat semua berubah?
Karena kebodohannya di masa lalu, membuat istana kebahagiaan yang baru di nikmatinya luluh lantak begitu saja.
Wanita itu meraih handle pintu dengan ragu, lalu kembali menarik tangannya.
“Bagaimana jika mas Arzan marah?” menggigit bibir kuat-kuat, membayangkan betapa marahnya sang suami saat terakhir kali meninggalkannya begitu saja.
“Tapi aku khawatir dengan keadaannya.” tangannya kembali terulur menarik handle pintu yang ada di hadapannya. Meski ragu, ia segera mendorong pintu besar berwarna hitam yang menjulang.
Netranya langsung menangkap sosok pria yang kini tengah tertidur lelap di sofa dengan ukuran besar yang ada di ruangan itu. Seketika hatinya bagai di remas, suaminya bahkan memilih tidur di sini dari pada bersamanya.
Malam pertama yang seharusnya indah, malah di lewati dengan hati yang lara. Ia segera mengusap kasar bulir bening yang kembali turun seperti tak ada habisnya. Padahal cairan hangat itu tak berhenti turun sejak tadi hingga ia jatuh tertidur.
Aisyah masih terpaku, hanya mampu menatap punggung lelaki yang sangat ia cintai. Ia melangkah keluar, menuju kamarnya. Kembali dengan sebuah selimut berwarna abu-abu di tangannya. Ragu-ragu ia menyelimuti seluruh tubuh tegap yang tampak kedinginan itu.
“Maafkan aku mas,” dengan pelan mengecup lembut ujung kepala pria yang baru kemarin mengucapkan janji sehidup semati.
“Maafkan aku, karena seharusnya kamu mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari pada aku. Harusnya aku tidak egois, seharusnya aku sadar diri dari awal. Wanita sepertiku, memang tidak pantas mendapatkan pria sempurna seperti kamu. Jika nanti kamu berpaling dan benar-benar menjauh dariku,” ia menjeda kalimatnya. Menahan buliran bening yang kembali turun dengan deras.
“Jika nanti semua itu terjadi, semua kesalahan ada padaku.” lirihnya hampir tak terdengar. Mengelus kepala suaminya sebentar, lalu ia melangkah pergi meninggalkan pria yang menjadi pusat dunianya itu.
Menutup kembali pintu yang terbuka dengan pelan, kembali ke kamar dengan lelehan air mata yang tak mau juga berhenti. Tanpa ia sadari, pria itu membuka matanya. Ada cairan hangat di sudut matanya.
Aisyah Menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri. Air matanya tersamarkan di bawah derasnya guyuran shower. Ia memejamkan mata, menikmati setiap tetes air yang jatuh membasahi kepala serta seluruh tubuhnya.
Setelah selesai, ia segera mengambil air wudhu dan menunaikan sholat malam. Karena ia yakin, sang pemilik hidup yang membuatnya lebih tenang. Aisyah yang sekarang, sangat berbeda dengan Aisyah yang dulu. Dulu ketika sedang banyak pikiran, ia akan kebut-kebutan di jalanan bersama teman-teman prianya.
Tapi itu dulu. Manusia bisa berubah seiring berjalannya waktu dan dewasanya pemikiran.
🌼🌼🌼
Apakah kau mengerti apa itu sebuah ketulusan?
Apakah sebuah keperawanan menjadi tolak ukur kebahagiaan?
Kau berhak kecewa, tapi jangan sampai menutup mata.
Tak ada manusia yang sempurna
Semuanya pasti pernah berbuat salah.
Jangan lihat semuanya dari masa lalu, tapi lihat semuanya di masa sekarang
Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
JW🦅MA
APA PUN ALASAN NYA DAN YANG TERJADI KEJUJURAN YANG UTAMA BUKAN NYA SESUATU YANG MEMBUAT DIRI KITA MENJADI ALASAN
2023-04-06
0
👑Ria_rr🍁
Hmm kaset lama terputar kembali, jangan plin-plan dong. kemarin bilang mau denganya apa adanya tanpa melihat masa lalu
2023-04-05
0
Ami batam
itulh egoisnya lelaki, di waktu pacaran bilangnya akan menerima masa lalu ny ceweknya, giliran pas malam pertama di dapati ceweknya tidak perawan di pertanyakan bahkan di hina dg ucapan pedas, padahal blm tentu si cowoknya itu masih perjaka juga
2023-04-05
0