Cara Mendapat Makan

Happy reading....

"Assalamualaikum, Mak Ratih ... Mak," panggil Elsa di depan pintu rumah Mak Ratih. Di tangan kanannya terdapat sebuah rantang susun.

Elsa telah berjanji akan segera mengembalikan rantang susun milik Mak Ratih ke rumah. Seharusnya kemarin Elsa langsung mengembalikan benda itu kepada Mak Ratih. Tapi karena rumahnya disatroni oleh para penagih utang, alhasil Elsa tidak bisa ke mana-mana.

Hidup Elsa selalu diserang rasa takut berlebihan. Walau para penagih utang sudah tidak ada di depan rumahnya, Elsa melarang Rian dengan keras agar tidak ke luar rumah setidaknya sampai besok pagi.

Mak Ratih sedang memasak di dapur, mendengar suara Elsa memanggil-manggil terus, Mak Ratih segera ke luar untuk menyambut kedatangan Elsa.

"Waalaikumsalam, Sa. Ayo, masuk sini. Kamu sungguhan mengembalikan rantang susun Mak, ya," kekeh Mak Ratih sembari membuka pintu rumah lebih lebar.

"Iya dong, Mak. Aku kan sudah janji mau mengembalikan ke Mak Ratih. Sudah dikasih sayur lodeh sekaligus sama nasi dan lauk, masa tidak mau mengembalikan rantang, Mak."

Di tengah kebingungan melanda akibat masalah finansial yang tidak kunjung usai, Elsa masih bisa menunjukkan senyuman tipis. Namun Mak Ratih sudah tahu bagaimana kehidupan Elsa dan Rian, tapi Mak Ratih tidak mau membahasnya.

Wanita setengah baya itu mengajak Elsa masuk ke dalam dapurnya. Elsa melihat bahan-bahan makanan di atas meja yang belum diolah. Elsa melihat ada ayam potong, serta bumbu-bumbu dalam satu wadah ukuran sedang.

"Mak lagi masak, ya? Mau aku bantuin boleh?" Elsa menelan ludah melihat ayam potong yang telah dimarinasi.

Elsa sudah lama tidak pernah makan makanan enak seperti ayam dan ikan. Makanan yang Elsa konsumsi setiap harinya tidak lepas dari tahu, tempe, kadang kalau uangnya tidak cukup untuk memasak, Elsa akan membeli kerupuk di warung. Elsa tidak bisa memilih-milih makanan karena ia tidak punya penghasilan. Asal selama ia tidak kelaparan, makan pakai nasi dan garam pun tidak masalah.

"Kamu bantu-bantu Mak masak, gimana sama Faqih di rumah? Dia sendirian lagi?" tanya Mak Ratih, ia menaruh rantang susunnya ke atas rak piring di dapur. "Mak sih senang-senang saja kalau ada yang mau bantuin."

"Di rumah ada Mas Rian kok, Mak. Jadi Faqih ada yang menjaga. Jadi, boleh ya aku bantuin Mak masak?" pinta Elsa lagi.

Boleh saja orang-orang mengatai Elsa sebagai aji mumpung. Elsa membantu Mak Ratih memasak semata-mata ingin mendapatkan imbalan. Tidak perlu uang, cukup diberi lauk-pauk saat ia pulang saja Elsa sudah senang.

Uang pemberian Mak Ratih kemarin telah dibelikan susu Faqih. Itu pun ukuran paling kecil. Mungkin hanya cukup untuk lima hari saja. Elsa harus menahan lapar lagi hari ini karena tidak punya beras atau bahan-bahan makanan di dapur. Maka dari itu ia menyodorkan dirinya membantu Mak Ratih memasak.

"Ya sudah kamu boleh bantu, Mak," ujar Mak Ratih kemudian.

Elsa sontak sangat senang. Ia dengan semangat bertanya manakah yang harus ia kerjakan duluan.

"Tolong kamu potong wortel sama kubis ya, Sa. Mak mau cuci ayamnya sebelum dimasak," kata Mak Ratih meraih wadah ayam dari atas meja dapur.

"Siap, Mak!" seru Elsa antusias.

Bergelut di dapur sudah menjadi pekerjaan sehari-hari Mak Ratih. Mengingat wanita setengah baya tersebut membuat usaha catering, tidak heran Mak Ratih selalu sibuk memasak dalam ukuran banyak, serta menu yang macam-macam. Mak Ratih itu seorang janda, anak-anaknya sudah besar, dan sebagian sudah menikah lalu ikut pasangannya. Ada lagi anak bungsu Mak Ratih yang masih lajang, tapi bekerja di luar kota. Cuma bisa mengirim uang jatah bulanan, namun jarang pulang kampung.

Sehari-hari Mak Ratih sendiri di rumah. Bekerja membuat usaha catering, padahal uang Mak Ratih bisa dibilang cukup banyak karena mendapat kiriman uang dari anak-anaknya. Mak Ratih sosok pekerja keras, maka dari itu Elsa sangat kagum kepada beliau. Karena selain pekerja keras, Mak Ratih orang yang baik hati, tidak pernah bergosip seperti kebanyakan ibu-ibu di kampung ini.

"Sa, tolong dong, Sa!"

"Kenapa, Mak?"

"Itu, tolong lihatin nasinya sudah matang atau belum!" seru Mak Ratih sedang membuat mi bihun.

"Iya, Mak," sahut Elsa patuh.

***

Faqih tiba-tiba saja menangis kencang ketika bangun tidur. Rian yang ada di sebelah tengah melamun sontak terkejut. Ia menengok ke samping, lantas meraih putranya ke dalam gendongan.

"Sttt, jangan menangis ya. Kamu kenapa, Nak? Pasti haus, kan?" tanya Rian menepuk bolong Faqih pelan.

Lebih dari satu jam Elsa pamit pergi, tapi belum menunjukkan batang hidungnya sampai sekarang. Rian kuwalahan menenangkan Faqih yang menangis. Ia sudah menggendong putranya, mengajak bayi tersebut ke luar kamar karena ia kira sumpek di dalam. Namun Faqih tidak kunjung berhenti menangis juga.

"Elsa ke mana sih! Dari tadi tidak pulang-pulang. Dia ke rumah Mak Ratih mau mengembalikan rantang, apa menginap sih?" omel Rian kesal. Pasalnya Elsa tidak pulang-pulang sedari tadi. Padahal izinnya pergi mengantar rantang susun ke rumah wanita setengah baya itu.

Rian panik sendiri akibat Faqih tidak kunjung diam. Rian yang tidak pernah membantu Elsa mengerjakan tugas rumah, atau sekadar membuatkan susu Faqih, jelas Rian bingung. Bagaimana caranya membuat susu untuk bayinya?

"Kalau menunggu Elsa pulang, Faqih bisa pingsan! Di mana Elsa menaruh susu Faqih? Sepertinya tadi pagi Elsa sudah membeli susunya." Rian membaringkan Faqih ke atas tikar ruang tamunya.

Rian segera pergi ke dapur untuk memasak air panas. Sembari menunggu air panas, Rian mencari susu Faqih. Ia tidak tahu di mana sang istri menyimpan susu putranya.

Rian terlalu kuat menarik pintu lemari dapur di atas. Ternyata susu Faqih disimpan di sana. Namun Rian malah membuat kegaduhan hingga akhirnya susu Faqih jatuh ke lantai, sampai isinya berhamburan di lantai dapur.

"Aduh!" pekik Rian panik. Ia menatap susu bubuk di bawah kakinya. Rian menarik rambutnya kasar. "Kalau Elsa tahu, aku bisa kena omel lagi." Rian mengeluh panjang, i baru saja akan membungkukkan punggung membereskan susunya Faqih. Tapi suara ketukan pintu di luar membuat Rian mengurungkannya.

Rian sontak mematung. Ia kepikiran kalau orang yang mengetuk pintunya adalah suruhan rentenir kemarin. Rian menelan ludah kasar, ia enggan membukakan pintu.

Sampai akhirnya terdengar suara seorang pria memanggil Rian. "Rian! Ini, aku ... kamu di rumah, tidak?" panggil seseorang di luar.

Rian mengenali suara itu. Terasa familiar ... tapi, Rian tidak yakin kalau itu suara temannya.

"Rian ... Rian ..." Suara itu masih kedengaran.

Rian masih sangsi apakah di luar sungguh temannya atau sekadar jebakan para pesuruh rentenir. Perlahan Rian berjalan ke arah pintu dengan cara mengendap-endap. Dari balik tirai jendela, Rian cuma melihat sepasang kaki yang dibungkus sepatu. Rian mengangkat wajahnya ke atas, jantungnya berdebaran. Lantas, Rian pun terkejut ketika sosok itu juga menatap ke arahnya.

Bersambung....

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!