Oxanna memberontak kuat dalam cekikan Kadiocy yang semakin kuat. Udara di dadanya kian menipis membuatnya sesak napas dan menghentikan aliran darah ke otak.
"B-erhenti ...!" Oxanna menepuk-nepuk lengan Kadiocy dengan lemah. Air matanya menetes secara perlahan.
Pria dengan topeng yang menutupi separuh wajahnya itu tak tertarik untuk menuruti keinginan Oxanna yang telah mengabdi kepadanya selama ini.
"T-iga bulan," cicit Oxanna berusaha negosiasi untuk terakhir kalinya.
Kadiocy menatap Oxanna dengan datar lalu merenggangkan tangannya. "Apa?"
Oxanna bisa menarik napas walaupun begitu tipis. "B-eri a-ku w-aktu," tambahnya kemudian sambil melirik Kadiocy.
Lantas, Kadiocy melepaskan cengkeramannya di leher Oxanna dengan menyentak tubuh wanita ini sampai terjerembab ke lantai. "Jika kau melanggar? Apa yang akan kudapatkan?"
Oxanna tidak menjawab, dia menarik napas dalam-dalam sambil terbatuk-batuk. Karena tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya, Kadiocy pun menarik kerah kemeja Oxanna hingga wajah mereka berjarak beberapa centi saja.
"Jangan pernah mempermainkan aku, Oxanna. Baiklah, akan kuberi kau waktu selama tiga bulan. Segera singkirkan Aarav dari ahli waris SHC atau aku yang akan menyingkirkanmu dan juga kau," kata Kadiocy mendesis tajam.
Oxanna menelan ludah kasar, dia mengangguk beberapa kali. "Iya, aku berjanji!"
Kemudian, Kadiocy merampas tas jinjing milik Oxanna lalu mengambil ponselnya untuk berbagi lokasi dengan miliknya. Dunia kian canggih, hanya dengan menghidupkan lokasi dan bluetooth, dia saat ini bisa mengetahui di mana posisi Oxanna saat itu juga serta memantau kegiatannya.
Kadiocy menyetarakan tubuh dengan Oxanna lalu menarik rambutnya kuat. "Ingat, kau tidak akan pernah bisa kabur dari pengawasanku. Pilihanmu ada dua, mati di tanganku atau Aarav," desisnya.
Oxanna berusaha kuat menahan air matanya walaupun terasa begitu sulit. Dia menatap Kadiocy dengan mata berkaca-kaca lalu menjawab, "Iya, aku berjanji akan menuntaskan tugasku yaitu menyingkirkan Aarav dan mengabdikan diri kepada organisasi—."
Kalimat Oxanna terhenti ketika pintu rooftop dibuka dengan paksa dari luar hingga terlepas.
"Oxanna!!"
Oxanna menoleh dengan wajah lega, dia menahan napas sejenak ketika melihat sosok yang saat ini menjadi suaminya berjalan menghampiri ke arah mereka.
Aarav yang melihat sang istri disakiti oleh pria bertopeng tanpa identitas tersebut pun menjadi naik pitam. Dia berpikir jika Oxanna saat ini diculik oleh musuh Skalov Holding Company.
"Kau," bentaknya murka.
Kadiocy menyeringai lebar, kemudian dia menarik tubuh Oxanna sambil mengeluarkan pisau dan mengacungkan ke leher wanita di dalam dekapannya ini.
Aarav yang mendekat pun berhenti. "Sial," desisnya emosi sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Hahaha! Kau ingin dia? Tentu saja tidak bisa!" kata Kadiocy bermain-main.
"Lepaskan istriku, Bastard! Kau siapa?!" Aarav berteriak murka dengan wajah mengeras.
Kadiocy tersenyum sebelah dengan memanfaatkan keadaan. Dia semakin menempelkan pisau ke leher Oxanna yang lama kelamaan kian tergores dan mengeluarkan darah.
Oxanna meringis hebat, air matanya menetes deras dan menatap ke arah Aarav untuk meminta bantuan. "Shhh! S-akit!"
"Hentikan, Bodoh!" umpat Aarav emosi, ketika dia ingin mendekat, Kadiocy semakin menekan pisau tersebut dan Oxanna kian meringis kuat.
Kadiocy tertawa puas, dia tidak peduli jika menyakiti Oxanna dan terus menekan luka tersebut. "Jika kau menginginkan wanita ini, benturkan kepalamu ke sudut dinding sebanyak tiga kali," katanya menantang dengan bermain-main.
Oxanna semakin memberontak, darah memenuhi pakaian bagian depannya. Dia tidak sanggup mengeluarkan suara karena takut kehabisan energi.
Aarav tengah berpikir keras. Dia bingung! Di satu sisi, dia tidak ingin Oxanna mati secepat itu dan di sisi lain, dia menyayangkan tubuhnya yang harus mengalami kesakitan hanya demi menyelematkan Oxanna.
"Lihat, Oxanna. Kau tidak dibutuhkan oleh suamimu, dia memikirkan dirinya sendiri," kata Kadiocy berusaha mengendalikan emosi Oxanna dan diam-diam tidak menekan luka tersebut.
"Jadi, jangan pernah berpikir jika Aarav akan memilih untuk menyelematkanmu saat ini," lanjutnya kemudian.
Namun, baru beberapa saat Kadiocy menutup mulutnya, Aarav berjalan mendekat ke arah mereka dan menendang kuat tangannya sehingga pisau tersebut terpental ke sisi lain.
"Aaak!" Oxanna menutup telinga dengan tangan gemetar, matanya berkaca-kaca melihat Aarav yang beringas. Tak lupa, dia menyobek sepotong kain yang melekat di tubuhnya lalu menghentikan pendarahan di leher akibat luka pisau tersebut.
"Kau berani mengaturku? Cari mati, huh? Bersiaplah, aku akan mengirim kau ke Api Neraka!" kata Aarav berteriak emosi.
Kemudian, dia menghampiri Kadiocy dan menghantam perut pria bertopeng tersebut beberapa kali. Aarav pun meninggalkan bekas hantaman kepalan tangan di wajahnya sampai membekas biru dan mengeluarkan darah.
Tak hanya itu, Aarav menarik lengan kiri Kadiocy dan mematahkan tulangnya hingga membunyikan suara 'krek' yang begitu mengerikan di telinga siapapun yang mendengar.
Aarav berdiri di atas tubuh Kadiocy dengan tertawa puas, lalu menginjak lengan patah tersebut sampai musuhnya berteriak kesakitan.
"Jangan harap kau bisa hidup dengan nyaman setelah ini, aku akan memburu kau sampai ke ujung dunia," ancam Aarav sebelum mengembalikan tubuh dan berjalan ke arah Oxanna.
Kadiocy menatap punggung Aarav dengan tajam. Kemudian, dia mengumpulkan energi dan mengambil pisau dengan tangan kanan yang disembunyikan di tubuhnya lalu berdiri.
"Aku yang akan membunuhmu," gumam Kadiocy emosi sembari berjalan ke arah Aarav dengan pelan.
Merasa ada seseorang di belakangnya, Aarav menoleh ke belakang dan Kadiocy segera menusuk perut Aarav dalam.
"Aaakh!" Oxanna berteriak spontan melihat kejadian tersebut.
Kadiocy menarik pisau tersebut dan menusuk kembali di bagian lain. "Hahaha! Jangan harap kau bisa selamat," katanya.
Oxanna berdiri dengan gemetar. Dia perlahan-lahan mendekat ke arah mereka. Sedangkan Aarav, nyawanya tengah di ambang-ambang kesadaran dan tidak fokus kepada apapun. Namun, masih dapat mendengar pembicaraan mereka.
"Ke mari lah, Oxanna. Ayo, bunuh suamimu ini," ajak Kadiocy sambil menarik lagi pisau tersebut membuat Aarav kesakitan.
Oxanna akhirnya berada di hadapan mereka lalu mengambil pisau tersebut dengan tangan Tremor.
"Sekarang, kau bunuh Aarav! Cabut semua penderitaan yang kau alami selama ini karena dia," kata Kadiocy memaksa dan memprovokasi keadaan. Dia berharap jika Oxanna akan melakukan perintahnya.
Iya, benar. Oxanna memang meraih pisau serta tubuh Aarav yang kini menatapnya dengan ekspresi kesakitan. Dia menatap Aarav datar.
Kadiocy menanti dengan perasaan bangga.
"Maafkan aku, tapi aku masih memiliki waktu tiga bulan ke depan ...." Oxanna menghentikan kalimatnya karena dia segera melayangkan tusukan di perut orang yang berdiri di depannya. Yakni, Kadiocy.
"Arghh! Sialan," desis Kadiocy tak menyangka.
Oxanna menarik pisau tersebut lalu kembali menusuk Kadiocy di tempat yang berbeda. Kemudian, dia menendang perut bekas tusukan tersebut hingga pria bertopeng itu jatuh terpental tanpa daya.
"Ayo pergi!" Dengan tertatih-tatih tapi cepat, Oxanna pergi dari rooftop dan menuju lift. Dia tergesa-gesa karena takut jika Kadiocy mengejar mereka.
Hatinya lega saat Kadiocy tidak mengejar dan lift turun ke bawah. Namun, tubuhnya menegang saat mendengar suara pertanyaan yang tidak dia sangka.
"Kau mengenalnya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments