Masuk Istana atau Penjara?

“CCTV pada ponsel anda merekam semua tindakan yang dilakukan oleh pembunuh bayaran itu … Oxanna, Sir.” Morevo memberitahu setelah rekaman kamar tidur tempat kejadian perkara selesai di putar.

Aarav menatap ke arah iPad yang tengah menampilkan rekaman video Oxanna sedang berganti pakaian. Seringai sinisnya terangkat.

“Aku melihatnya, dia memiliki bokong yang padat dan sepertinya kenyal,” kata Aarav melecehkan.

Morevo menggeser durasi paling akhir, di mana Oxanna membuang pakaian yang dipakai lalu membenturkan kepalanya sendiri di dinding. "Sebagai bentuk alibi, dia melakukan hal ini, Sir."

“Hahaha, lucu! Dia tengah berpura-pura menjadi korban, huh?” Aarav tersenyum miring. Dia menghirup nikotin yang tengah dikonsumsi dengan perasaan puas.

“Menarik,” lanjut Aarav pelan. Kemudian, dia mematikan nikotin tersebut dan melipat kedua tangannya di depan dada.

“Apa yang Anda ingin lakukan pada Dokter Oxanna, Sir?” tanya Morevo memastikan tebakannya. Dia berpikir jika Aarav akan membunuh Oxanna karena telah banyak pembunuh bayaran yang mengincar nyawa pewaris SHC ini lalu berakhir di tiang gantung alun-alun kota sehingga seluruh rakyat akan melihat pelaku pembunuhan tersebut.

“Cari latar belakangnya dan culik dia ….” Kalimat Aarav menggantung. Morevo tersenyum sinis. Tebakannya benar jika—.

“Lalu, aku akan menikahinya," ujarnya kemudian.

Untuk pertama kalinya, Morevo bereaksi. Dia tersentak dan menatap Aarav terkejut. “Maksud Anda?!”

Sungguh, Morevo sangat tidak menyukai Oxanna mengingat apa yang wanita itu lakukan kepada pemimpinnya. Dan juga, dia memiliki firasat buruk jika Oxanna ada hubungannya dengan teror yang didapatkan oleh perusahaan beberapa hari belakangan ini.

Aarav melirik Morevo lalu tertawa keras. “Kau tidak percaya? Maka cepatlah siapkan pernikahan, aku akan menikahi Rubah Kecil itu,” perintahnya tak terbantahkan.

“Sir, tetapi—.” Morevo menghentikan aksi protes ketika melihat Aarav menatapnya tajam seraya berdiri dari kursi kebesarannya.

“Jangan membantah. Cepat lakukan keinginanku,” kata Aarav memotong dengan kesal.

Morevo tidak menjawab lagi, dia hanya bisa menuruti keinginan Aarav dan diam-diam akan mengawasi Oxanna. Lantas Morevo membungkukkan tubuhnya untuk pergi dari sana. Namun, ketika dia membuka pintu, sosok yang sedang dibicarakan tengah berdiri di sana, Oxanna.

“Ough ada Dokter Oxanna,” sapa Aarav antusias. Mimik wajahnya berubah 180° menjadi lebih bersahabat dan bagaikan anak kecil yang melihat mainan.

Oxanna melewati Morevo yang menatapnya tajam dan berjalan cepat menuju Aarav. “Hai, Sir. Bagaimana keadaan Anda?” tanyanya dengan nada khawatir.

Morevo menatap Oxanna dengan tatapan waspada.

Aarav tersenyum meremehkan kepada Morevo sebelum pria itu pergi dari sana. “Oh tentu baik, Dokter. Selalu baik karena melihat wajah cantikmu,” godanya mengejek.

Oxanna tidak tahu maka dari itu dia memaksakan senyuman. “Maaf jika malam itu aku pingsan lebih dulu,” ujar Oxanna berusaha merasa bersalah.

“Oh ya?” Aarav menahan senyumannya sambil berjalan mendekati Oxanna dan berhenti tepat di depan wanita tersebut.

Kemudian, Aarav mengusap kepala Oxanna berkali-kali. "Kasihan sekali kepalamu yang terbentur dengan begitu keras tadi malam. Apakah sakit, hm?" tanyanya dalam.

Oxanna mendongak sebab Aarav menjulang begitu tinggi di depannya. “Sebagai bentuk tanggung jawab, aku akan merawat Anda sampai sembuh,” lanjutnya tanpa menjawab pertanyaan Aarav.

Aarav tertawa kecil. "Yakin? Merawatku membutuhkan ekstra hati-hati yang begitu tinggi. Mungkin kau akan melewati batas kesabaran," balasnya penuh makna.

Oxanna menatap Aarav bingung. "Maksud Anda?" tanyanya.

"Baiklah, kau lulus! Kau bahkan akan merawatku seumur hidupmu,” kata Aarav penuh makna.

Oxanna tidak mengerti. Namun, tidak ingin bertanya. Dia sibuk menyusun rencana pembunuhan lainnya nanti malam. Baik Oxanna ataupun Aarav, keduanya tengah menyusun rencana pembalasan dendam.

***

Pukul 03.20 dini hari.

Oxanna telah siap memakai pakaian yang sama. Hitam dan menutupi seluruh dirinya. Dia tengah bersiap-siap menuju ruangan VVIP dan menunggu jam malam supaya pengawal Aarav bisa dikelabui.

Saat ini, dia telah berada di balik dinding kamar Aarav. Seluruh kamera CCTV di jalur yang akan dia lewati telah Oxanna matikan menggunakan alat detektor anti kamera yang diberikan oleh Kadiocy.

Tepat ketika pengawal berganti shift, Oxanna segera menyelinap menuju kamar tidur Aarav.

Ketika dia membuka pintu ruangannya, Oxanna sedikit panik karena penglihatannya tertutupi oleh kabut putih. Belum sempat dia menutupi indera penciumannya, Oxanna lebih dulu ditelan kegelapan.

Itu merupakan gas bius ciptaan SMC!

Oxanna tergeletak di atas lantai hingga seseorang muncul dari balik kegelapan untuk membawanya pergi dari sana.

***

Hal pertama yang dilihat oleh Oxanna adalah seorang pendeta. Benar-benar pendeta di gereja, padahal dia tidak memiliki kepercayaan!

Oxanna mengerjap-erjap matanya yang terasa buram. Sampai kemudian, dia mendengar lantunan lagu pernikahan disusul dengan tuntutan kalimat dari suara Aarav yang begitu dekat di telinganya.

"Saya, Aarav Skalov, berjanji akan menjaga pasangan saya dalam keadaan apapun. Berbagi suka dan duka, susah maupun senang, sehat maupun sakit."

Kali ini, pendengaran Oxanna tidak salah. Matanya terbuka sepenuhnya. Dengan jelas, dia melihat sang pendeta yang kini tersenyum lebar.

“Baiklah, acara pernikahan antara Aarav Skalov dengan Oxanna telah selesai. Kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri," kata pendeta.

Oxanna langsung tersentak, dia melebarkan matanya hingga sadar jika saat ini dia tengah duduk di sebelah Aarav dan memakai pakaian pengantin wanita berwarna putih. Dia menatap dirinya sendiri dengan perasaan marah.

“Apa ini?!” bentaknya. Oxanna menatap Aarav tajam, ketika tangannya ingin menarik kain putih di kepala, Aarav segera menghentikannya dan malah menggenggam erat tangan Oxanna.

“Hai Dok—uh, maksudku, Istriku.” Aarav tersenyum miring. Dia mengusap pipi Oxanna lembut.

“Kau … tidak! Pernikahan ini tidak sah! Aku diculik,” kata Oxanna menjerit. Ketika dia ingin berdiri, Aarav menahan menarik lengannya.

Aarav mendekatkan kepalanya ke arah Oxanna lalu berbisik, “Bukankan kah sudah aku katakan, jika kau akan merawatku seumur hidupmu? Selamat datang di Skalova Castel, My Wife.”

Ketika Oxanna kembali ingin memprotes, Aarav mendekatkan wajah mereka lalu menyatukan kedua bibir di hadapan seluruh tamu undangan yang hadir. Disusul suara tepukan tangan meriah.

Baik Oxanna maupun Aarav, keduanya tidak ada yang memejamkan mata.

Saat Aarav menjauhkan wajahnya, Oxanna mencengkram lengan pria itu erat lalu berkata, "Sialan, beraninya kau melakukan ini padaku!"

Aarav menyeringai lebar. "Aku akan menunggu bagaimana reaksimu saat mendapatkan surprise dariku," bisiknya.

Oxanna mengumpat dalam hati, dia sungguh sial karena terjebak dalam permainan Aarav dan membuat seluruh rencananya gagal.

"Sial, aku akan membunuh pria ini jika dia berani menyentuhku," batin Oxanna bersumpah.

Sedangkan Aarav, dia begitu bangga merangkul Oxanna lalu mengenalkan kepada seluruh tamu undangan yang dia undang.

Saat dia memalingkan wajah dari Aarav, Oxanna mendapati seorang pria yang tengah membuka tudung di kepala dan tengah mengawasinya dengan begitu tajam.

Dan dia adalah Kadiocy!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!