Tidak pernah Oxanna bayangkan jika bangun di pagi hari dalam keadaan yang begitu mengerikan. Ketika membuka mata, dia dihadapkan oleh wajah yang sialnya tampan milik Aarav tengah membaca sebuah buku.
"Sial," umpatnya spontan berdiri dari tidur.
Aarav menutup buku santai, dia menatap Oxanna dengan menyeringai lebar. "Kau sudah bangun? Bagaimana tidur tadi malam? Nyenyak sekali," balasnya mengacuhkan ketidaksukaan Oxanna.
"Kau," teriak Oxanna tertahan.
"Ada apa, Istriku?" Aarav menatapnya dengan senyuman meremehkan.
"Apa maumu, hah? Mengapa kau lakukan ini padaku?!" Oxanna berteriak murka tepat di depan wajah Aarav. Dia tidak bisa berpikir apapun saat ini mengenai alasan Aarav menikahinya dengan paksa.
Bukannya marah, Aarav malah mengusap kepala Oxanna lembut. "Kan kau sendiri yang menginginkan untuk bertanggung jawab atas diriku? Yang kumau ialah ini, kau harus berada di sisiku sebagai bentuk pertanggungjawaban," tuturnya.
"Kau sudah tidak waras lagi," desis Oxanna emosi sambil mengepalkan kedua tangannya erat.
Aarav tertawa lebar. "Ya, karenamu," balasnya.
Oxanna segera turun dari tempat tidur. Dia menarik lampu tidur di atas meja sebelah kasur dan mengacungkannya ke arah Aarav. "Aku akan membunuhmu," geramnya.
"Silakan, Baby." Bukannya takut, Aarav merentangkan kedua tangannya dan bersandar santai di dinding belakang. Dia menyeringai meremehkan ke arah Oxanna yang kian emosi melihat reaksinya.
"Aku tidak takut," katanya berteriak. Oxanna perlahan-lahan turun dari tempat tidur dengan sambil mengacungkan senjata ke arah Aarav.
"Mati kau!"
Prang!
Lampu tidur tersebut dibenturkan ke kepala Aarav dengan kuat sehingga dahinya tergores kaca dan mengeluarkan darah. Namun, Oxanna tidak peduli. Dia memanfaatkan Aarav yang lengah lalu berlari kuat menuju pintu dan pergi dari sana.
Aarav menggeram emosi. Berselang beberapa detik, pintu kamar kembali terbuka dengan Oxanna diseret oleh bodyguardnya. Dia menghampiri wanita itu dengan murka. Aarav mencium Oxanna secara paksa di depan bodyguardnya tanpa peduli jika darah mengalir di sisi-sisi wajahnya.
Oxanna melebarkan kedua mata, dia memukul-mukul tubuh Aarav kesal. "Emhh!!"
Para pengawalnya merasa tahu diri pun segera pergi dari kamar itu. Selepas kepergiannya, Aarav melepaskan tautan bibirnya dan menatap Oxanna dengan mata kian menggelap.
"Aku tidak menerima kata maaf dari seseorang yang telah melakukan kesalahan," bisik Aarav serak. Kemudian, dia merobek pakaian atas yang Oxanna kekanakan dalam sekali tarikan.
"Arghhh," teriak Oxanna terkejut. Dia segera menutupi bahunya yang telah terekspos.
Aarav tersenyum sebelah, dia mencengkram pipi Oxanna sehingga tatapan mereka beradu. "Namun, kau harus terbiasa dengan aturanku, bukan? Baiklah, ini terakhir kalinya kau dimaafkan, Baby. Jika kau mengulangi kesalahan yang sama maka aku tidak akan segan-segan memperkosa kau atau memberikan hukuman lebih berat."
***
Bertepatan dengan dokter keluar dari kamar utama Aarav, Morevo masuk sambil membawa iPad dan beberapa berkas.
"Anda terluka, Sir?" Morevo bertanya melihat perban di kepala Aarav.
"Hanya terbentur lampu, tak masalah." Aarav menjawab dengan acuh. "Bagaimana dengan perintahku? Kau telah laksanakan?"
Morevo mengangguk, dia segera mengambilkan berkas yang telah diselidiki atas perintah Aarav. "Latar belakang Nona Oxanna begitu bersih, seseorang telah menghapusnya. Dia lahir dari orang tua tanpa nama dan dibesarkan oleh panti asuhan di Berlin sejak usia 7 tahun. Nona Oxanna mahasiswa cerdas sehingga mampu meraih beasiswa dari perusahaan besar di kota tersebut, Sir."
Ya, Aarav memintanya untuk menyelidiki Oxanna.
"Di sepanjang siklus kehidupan Oxanna, ada yang begitu janggal, Sir. Sepenting apapun kegiatan yang harus dilakukan, pada tanggal 1 paruh awal tahun, dia akan kembali ke Milan dan seharian penuh berada di Rumah Duka," kata Morevo kembali menambahkan.
Sebelah alis Aarav terangkat. "Rumah duka? Bukankah dia tidak mengenali orang tuanya?"
"Tidak ada jawaban terkait orang tua Nona Oxanna," sahut Morevo.
Aarav mengangguk. "Adakah sesuatu yang penting dari hasil penyelidikanmu, Morevo?" tanyanya kesal karena informasi yang diberikan oleh Morevo tidak terlalu penting, menurutnya.
Morevo mengambil dua kertas berisikan data tabel dari Bank Milan dan menaruhnya di depan Aarav. "Selama lebih dari 20 tahun, pemilik rekening ini mengirimkan uang dengan jumlah fantastis kepada Nona Oxanna. Dan, ini bukanlah dari beasiswa perusahaan."
Aarav membaca dengan seksama bukti yang di dapatkan Morevo. Seseorang telah mengirimkan uang senilai $1.000.000 kepada akun rekening Oxanna di Berlin dan pemilik uang tersebut mengirimkannya dari Bank Milan. Dan, pengiriman uang dilakukan secara teratur tiap bulannya.
"Ke mana semua uang ini? Apakah Oxanna habiskan dalam bulan itu juga?" tanya Aarav tidak percaya.
"Sehari setelah Nona Oxanna mendapatkan uang, dia menarik semua uang di dalam rekening dan menyimpan dalam bentuk cash. Sampai saat ini, tidak ada yang mengetahui di mana Nona Oxanna menyimpan semua uang-uang tersebut," kata Morevo menjawab.
"Siapa pengirim uang ini?" Aarav kembali bertanya.
Morevo diam sesaat lalu menjawab, "Pemilik akunnya merupakan seorang nenek tua yang memiliki kedai strawberry di pinggir kota."
Aarav berpikir sebelum menyeringai lebar. "Sial, apakah mereka memiliki motif tersembunyi?" tanyanya.
Morevo tidak menjawab.
"Awasi nenek tua itu dan cari tahu siapa pengirim uang tersebut serta ke mana uang itu mengalir saat ini," perintah Aarav.
"Baik, Sir!"
***
Yang dipikirkan Oxanna saat ini ialah dia bagaikan tawanan di penjara mewah milik Aarav. Pelayan akan mengantarkan makanan serta cemilan ke dalam kamar tanpa memperbolehkannya untuk berkeliling mansion.
"Sial, apa yang harus kulakukan agar bisa kabur dari sini? Kadiocy pasti tengah murka," kata Oxanna panik.
Oxanna berjalan mengitari kamar, meraba-raba seluruh benda di dalam sana dan berharap jika ada sebuah pintu rahasia yang bisa membawanya pergi dari kamar Aarav.
Usahanya sia-sia membuat Oxanna berjalan menuju balkon. Saat memiliki niatan untuk lompat, Oxanna berpikir ratusan kali setelah melihat betapa tingginya dia saat ini. Dengan lemas, dia kembali masuk ke dalam.
Lelah tidur, Oxanna menghampiri lemari berisikan buku-buku tebal. Matanya terfokus kepada salah satu judul di punggung buku. Buku kedokteran.
"Sistem yang Melumpuhkan Saraf Manusia," kata Oxanna bergumam. Sontak, matanya melebar setelah mencerna makna dari judul tersebut.
Tanpa berpikir panjang, Oxanna menarik buku tersebut. Baru sedikit dia menariknya, Oxanna merasakan getaran bak gempa bumi di susul lemari buku yang bergeser ke samping.
"OMG," lirih Oxanna tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Namun, dia tidak takut melainkan bahagia karena keinginannya terwujud. Menemukan ruangan rahasia!
"Yes. Aku akan segera pergi dari penjara ini," kata Oxanna bahagia dan dia segera masuk ke dalam ruang rahasia yang gelap tersebut tanpa berpikir lagi.
Baru beberapa menit di sana, Oxanna berteriak panik dan terkejut. Lalu, keheningan menyapa. Sampai, Aarav masuk ke dalam kamar dengan wajah datar.
"Oxanna, kau menarik," ujar Aarav penuh makna sebelum masuk ke ruang rahasia tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments