Ancaman

Sesaat sebelum Oxanna berteriak. Langkah kaki kecilnya membelah kegelapan dan kian masuk ke dalam ruang rahasia milik Aarav tersebut.

Oxanna meraba-raba dinding guna menemukan saklar lampu sampai kakinya tidak sengaja tersentuh sesuatu dan membuatnya terjatuh.

"Achh," ringis Oxanna kesakitan. Dia mengusap-usap kakinya tanpa melihat apapun.

Kemudian, Oxanna berteriak kesal karena tidak menemukan apapun. "Lampu hidup lah! Astaga—." Tepat ketika dia mengatakan kalimat pertama, penerangan di dalam ruangan benar-benar hidup hanya dengan perintah.

"Woah! Ternyata lampunya otomatis," kata Oxanna kegirangan. Matanya melihat ke sekeliling yang normal seperti kamar biasa. Perlahan, dia berdiri untuk melihat keadaan di sana.

"Ah, tidak ada apapun yang bisa kubuat untuk kabur dari sini," ujar Oxanna pelan ketika tidak mendapat apapun setelah dia menggeledah kamar tersebut. Sampai, dia berdiri di depan lemari pakaian yang belum tersentuh karena dikunci secara digital dan harus memasukkan kata sandi.

"Hm, apa ya? Aku tidak tahu tanggal lahir Aarav," gumam Oxanna berpikir keras di depan pintu lemari tersebut.

Lantas, Oxanna memasukkan nomor random. 1-2-3-4-5 pun tak berhasil juga. Dia terus mencoba hingga tersisa satu kali lagi akses untuk memasukkan kata sandi. Sampai, dia memiliki pemikiran untuk memakai tanggal pernikahan mereka yang dilakukan secara paksa kemarin.

Oxanna tidak ingin percaya tetapi bunyi kata sandi berhasil membuatnya tersenyum lebar di susul pintu lemari terbuka secara otomatis.

"Astaga, ternyata pernikahan kami memiliki kenangan tersendiri di benak Aarav, huh?" Oxanna mencibir sambil menatap isi lemari yang membuatnya terkagum-kagum.

Senjata api, pisau, samurai, bahkan ada tombak di dalam lemari tersebut dan dipakaikan alarm agar jika ada yang mengambilnya akan mengeluarkan bunyi sampai seluruh mansion terdengar. Di sisi bagian atas, Oxanna melihat sebuah box kaca yang menampilkan sesuatu tapi dia tidak terlalu melihat karena terdapat di posisi tinggi.

"Aduh, apa itu?" tanyanya. Demi menuntaskan jiwa penasarannya, Oxanna mengambil sebuah kursi di pojok ruangan lalu membawa ke depan lemari tersebut. Dia naik ke sana guna sampai ke sisi bagian atas.

"Apa sih ini?" Oxanna bergumam bingung ketika melihat cairan berwarna merah dan ada benda banyak panjang kecil menggantung di atas yang berada di dalam box kaca tersebut. Digantung layaknya tengah dijual.

Oxanna semakin mendekati box dan alangkah terkejutnya ketika dia melihat jika benda yang digantung tersebut adalah sebuah jari-jari manusia yang masih terdapat darah dan dibekukan di dalam box kaca itu!

"Aaaaaaaaaa!"

Oxanna berteriak panik sekuat tenaga dan spontan ingin mundur tanpa berpikir jika dia tengah di atas kursi. Membuatnya bergoyang lalu terjerembab ke belakang dengan kepala terbentur lantai ruangan.

Selanjutnya, Oxanna tidak sadarkan diri.

***

Beberapa saat yang lalu.

"Sir, Nona Oxanna memasuki ruang rahasia kamar anda," ujar Morevo memperlihatkan rekaman CCTV di mana Oxanna baru menemukan pintu tersembunyi yang Aarav rancang.

Aarav yang tengah bermain game di komputer pun menghentikan permainannya lalu merampas iPad di genggaman Morevo. Seringai lebarnya mengawasi Oxanna yang saat ini berada di ruang rahasia miliknya. Sebelum ini, tidak ada yang pernah masuk ke sana. Bahkan, Morevo sekalipun.

Rekaman CCTV dilanjutkan ke dalam ruangan yang telah memiliki pencahayaan karena Oxanna menghidupkannya secara tidak sengaja. Karena penasaran apa yang dikatakan oleh Oxanna, Aarav menghidupkan suara CCTV yang sebelumnya dimatikan.

Aarav tidak bereaksi ketika Oxanna yang kagum melihat senjata-senjata miliknya. Namun, dia sedikit gelisah saat istrinya ini mengambil sebuah kursi kecil demi melihat box kaca yang berisi koleksi pribadi miliknya berada di sisi paling atas lemari.

"Sir, Direktur Demond Company ingin Anda ikut dalam pertemuan di lapangan golf," ucap Morevo mengingatkan saat dia memiliki firasat jika Aarav akan menghampiri Oxanna.

Aarav berdiri. "Kau urus saja semua sendiri," katanya lantas berlalu pergi dari ruang kerja di lantai 1. Sedangkan kamarnya berada di lantai 4. Dia memasuki lift dan menuju kamar.

"Oxanna, kau menarik," gumam Aarav ketika telah berada di depan Oxanna yang pingsan di atas lantai. Kemudian, dia mengangkat tubuh wanita itu dan memindahkannya ke tempat tidur lalu tak lupa mengganti kata sandi lemari tersebut.

Sekitar satu jam berlalu, Aarav setia menatap Oxanna yang terlelap begitu nyenyak sambil berpikir, hukuman apa yang pantas untuk istri pembangkang. Di tengah keheningan melanda, lenguhan Oxanna yang mulai bangun dari tidur membuat seringai Aarav tersemat.

"Hei, Princess. Kau sudah bangun, hm?" Aarav berkata dalam setelah Oxanna mengumpulkan nyawa akibat pingsan.

Oxanna sontak menoleh ke arahnya. "Kau!"

Aarav terkekeh lalu mengubah ekspresi menjadi begitu datar. "Kau .., berani sekali memasuki wilayah rahasiaku?" desisnya tak suka sambil berjalan mendekati Oxanna yang tengah menelan ludah dengan gugup.

"Kau tahu, tidak ada satupun yang berhasil keluar dari dalam sana," lanjutnya. Aarav menghentikan kalimatnya sesaat dan mencengkeram pipi Oxanna. "Karena tidak ada yang berani masuk ke sana."

"Sakit," gumam Oxanna meringis.

"Kau melihat koleksi pribadiku, bukan? Itu semua milik orang-orang pembangkang yang tidak menuruti perintahku. Jika kau memiliki niatan ingin seperti itu, maka selanjutnya kesepuluh jarimu lah yang akan menggantikan semua di sana," ancam Aarav bernada dingin dan kejam, bak psikopat yang mendapatkan mangsa.

Oxanna berusaha untuk tidak gentar, tapi sulit! Dia termakan bius tatapan Aarav yang sudah sekali untuk berpaling.

***

Menurut Oxanna, Aarav itu bipolar!

Beberapa jam yang lalu, pria itu mengancamnya dengan mengatakan ingin mengambil semua jari-jarinya tapi sekarang, dia mengajak—ouh, lebih tepatnya memaksa Oxanna agar ikut dengannya keluar.

Tentu dengan beberapa syarat!

Pertama, dia tidak boleh bicara. Jika ditanya klien, jawab ya, tidak, atau tersenyum manis saja. Kalau sampai Oxanna membocorkan sikap Aarav kepada klien maka dia akan menjadi makanan ikan piranha.

Kedua, harus berada di sisi Aarav apapun yang terjadi. Jika Oxanna hilang, maka dia akan dikurung di kamar peliharaan Aarav yakni Singa.

Ketiga, dia tidak boleh melirik pria lain apalagi sampai ketahuan oleh Aarav. Atau, matanya akan dijadikan koleksi pria kejam itu.

Awalnya, acara berjalan lancar. Namun, Oxanna telah bersumpah untuk tidak melanggar syarat Aarav. Tetapi, dia gagal. Dia melanggar syarat kedua.

Karena seseorang membekap mulutnya dan menyeret tubuh Oxanna pergi dari pesta pejabat di Milan. Mereka menuju rooftop bangunan.

"Kau terlena menjadi Mrs. Skalov?" desis seseorang di telinga Oxanna.

Oxanna sangat mengenal siapa pria ini, yaitu Kadiocy!

Dia sangat bahagia karena memiliki seseorang yang begitu mengenalnya. Tetapi senyuman Oxanna luntur ketika Kadiocy mencengkram lehernya begitu kuat.

Nafas Oxanna tidak beraturan. Wajahnya telah memerah, dia berusaha melepaskan cekikan Kadiocy yang mana kakinya menggantung di atas lantai.

"Kau tak berguna, Oxanna. Lebih baik kau mati saja," desis Kadiocy.

Oxanna pun merasa demikian. Sebab, dia merasa sulit untuk bernapas saat ini!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!