Bersama Tuan Zidane

Tidak terasa Gea sudah bekerja selama sebulan di rumah Tuan Zidane. Kini dia sangat bahagia menerima gaji pertamanya. Tentu yang separuh untuk membantu melunasi hutang kepada agen penyalur tersebut dan yang separuhnya lagi akan diberikan kepada ibu dan adiknya di rumah. Biasanya para pekerja yang berada di rumah tuan Zidane, bila sudah menerima gaji nya mereka akan mendapatkan libur sebanyak 2 hari. Tentu hal ini membuat Gea merasa bahagia karena kesempatannya untuk pulang.

Selain itu bekerja di rumah tuan Zidane juga masih membolehkan Gea untuk berkuliah asal dia tetap tanggung jawab dengan pekerjaan tersebut. Dia pun mengucapkan banyak terima kasih kepada sang tuan rumah karena masih diberi kesempatan untuk bekerja dan menuntut ilmu secara bersamaan.

Tuan Zidane memanggil kelima asisten rumah tangganya untuk berkumpul.

"Kalian hari ini akan menerima gaji." Terpancar raut bahagia wajah dari kelima asisten tersebut. Orang bekerja memang yang diharapkan adalah gaji dan kesehatan.

Di rumah tuan Zidane ada seorang koordinator pelayan yang bertugas untuk membagikan gaji mereka masing-masing namun terkhusus untuk pelayanan di dalam rumah yang mengurusi dapur dan bersih-bersih bagian lantai 1 dan 2 sebagai tempat tinggal Tuan Zidane mendapatkan gaji khusus dari Tuan Zidane.

Satu persatu anggota pelayan di rumah itu mendapatkan amplop coklat dari tuan Zidane.

"Setelah ini kalian boleh libur tetapi ingat harus bergantian dan jatah libur kalian hanyalah dua hari." Mereka mengangguk bahagia kemudian meninggalkan ruangan Tuan Zidane dan itu satu persatu.

Ini tentu tidak akan disia-siakan oleh Gea sudah sebulan dia tidak tidur di rumah ibu dan adiknya.

"Gea, kamu akan mengisi liburan mau ke mana?" tanya Tuan Zidane karena kebetulan dia yang terakhir keluar.

"Saya akan pulang, Tuan untuk 2 hari ini."

"Oke, balik ke sini jangan sampai telat jam 08.00 sudah harus berada di rumah ini."

"Bolehkah saya menginap?" tanya Gea takut bila tidak diperbolehkan Tuan Zidane untuk menginap di rumah ibunya. Sebelum menjawab Tuan Zidane pun tertawa kecil.

"Astaga, apabila kamu ingin mengunjungi orang tuamu, silahkan tanyakan kepada karyawan lain apa aku pernah melarang mereka bertemu dengan orang tercintanya?"

Lega sekali hati Gea mendapatkan jawaban dari tuan Zidane yang seperti itu. Segera dia berkemas dan membawa tas ransel berwarna hitam.

"Enak nih, Gea, mau mudik," kata Mbak Ranti mesam-mesem melihat Gea menenteng tas seperti orang mau pindahan.

"Heheh, jauh dari ibu dan adik kangen juga makanya Gea mau pulang dulu." Gea nyengir dengan barang bawaannya yang begitu banyak. Selain ransel ada juga kardus sebanyak 2 buah.

"Iya tapi kamu itu bawaannya kayak orang mau minggat." Mbak Ranti terus menerus menahan tawa.

Sengaja Gea memesan taksi online agar bisa lebih leluasa.

"Gea, kamu pulangnya pakai apa?" Tiba-tiba Tuan Zidane pun berdiri di belakang Gea yang menanti taksi onlinenya dekat rumah.

"Eh, saya anu Tuan sudah memesan taksi online."

"Kebetulan saya juga akan ke rumah salah satu teman saya dan kita searah jadi gimana kalau kamu bareng saja sama aku?" Gea menahan salivanya sebentar. Bareng dengan tonsidan adalah impiannya tetapi dia juga merasa sungkan jika satu mobil dengan sang bos.

"Terim kasih Tuan, tapi tidak usah nanti malah merepotkan," kata Gea malu-malu.

"Tidak masalah, jangan sungkan-sungkan dengan aku anggap saja kita ini sudah satu keluarga."

"Jadi keluarga pun saya juga mau," kata Gea dalam hati.

Tuan Zidane terus-menerus membujuk Gea agar naik mobil bersamanya. Akhirnya dia pun menurut dan membatalkan pesanan taksi online yang ternyata sudah sampai di depan rumah. Tuan Zidane pun mengganti rugi atas pembatalan tersebut.

Tuan Zidane masuk ke dalam mobilnya dan menyalakan mesin kemudian berjalan perlahan menghampiri Gea yang berdiri di dekat gerbang.

Dia segera memasukkan kardus dan ranselnya kemudian dia pun juga ikut masuk.

"Eh, kok duduknya di belakang, emang aku sopir kamu?" tanya Tuan Zidane begitu melihat Gea hendak membuka pintu belakang.

"Terus, saya harus dimana?" Gea malah seperti orang bego memegangi handle pintu tetapi tidak jadi membuka.

"Ya duduk bareng saya di sinilah," ucap Tuan Zidane sambil menepuk kursi di sebelah pengemudi meminta agar Gea segera masuk mobil.

Hati Gea semakin tidak bisa terkendali apalagi sekarang dia harus berjarak dekat dengan bosnya dan itu saja sudah membuat jantungnya tidak aman bergetar setiap saat.

"Maaf ya, Tuan," ucap Gea meminta izin kepada Tuan Zidane untuk duduk di sampingnya.

"Kamu ini, kayak sama siapa saja." Presiden berkata demikian sambil mengulaskan sebuah senyuman yang menurut dia sangat manis apalagi jika lesung pipinya terlihat.

Perlahan mobil pun meninggalkan halaman rumah itu menuju ke jalan raya yang suasana jalanan saat ini padat merayap karena kan mungkin karena weekend jadi banyak dari mereka yang memanfaatkan waktu untuk liburan dan berkunjung ke rumah orang tuanya.

Di perjalanan itu Gea sama sekali tidak membuka percakapan. Dia takut jika salah dan yang lebih parahnya hati Gea semakin lama semakin kencang bergetar bahkan tanpa sengaja Tuan Zidan hendak memegang handle rem malah memegang tangan Gea. Semakin tersetrum lah hati Gea rasanya bahkan dia merasa aliran darahnya terhenti saat tangan itu menyentuh telapak tangan dia dengan lembut.

"Maaf Gea, saya tidak sengaja," kata Tuan Zidane buru-buru memindah tangannya demikian pula dengan Gea dia langsung memangku tangannya. Gadis itu langsung menekuk wajahnya dan memalingkan pandangannya ke arah jalanan.

Suasana jadi canggung seketika. Demikian pula dengan Tuan Zidane, dia merasa tidak enak telah membuat Gea seperti itu.

"Rumahmu dimana, Gea?" Tuan Zidane menemukan cara agar bisa berbicara dengan Gea kembali.

"Depan sana terus masuk gang." Tuan Zidane pun mengangguk membelokkan mobil sesuai dengan arahan dari Gea.

Semakin masuk jalanan semakin sempit bahkan antara mobil dan motor tidak bisa saling bersimpangan jadi salah satunya harus mengalah terlebih dahulu. Beruntung saat ini kondisi jalan cukup sepi jadi Tuan Zidane dan leluasa menggunakan jalanan itu.

"Sudah dekat?" Gea mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata. Bukan karena marah kepada Tuan Zidane tetapi dia lebih kau menjaga hatinya agar berhenti bergetar. Mungkin saja wajahnya saat ini sudah memerah karena menahan malu sekaligus bahagia.

"Gea, maafkan sikap saya tadi ya," ucap Tuan Zidane mengulangi perkataannya karena dia merasa tadi dia tidak menyahut atau memang karena dia lupa jika Gea sudah menjawab permintaan maafnya. Sebenarnya tanpa meminta maaf, Gea sudah memaafkan sejak tadi.

"Iya, Tuan, maafkan juga saya, karena tidak sengaja menaruh tangan saya disana."

Terpopuler

Comments

Jastiah Tia

Jastiah Tia

semangat author

2023-04-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!