Dengan cekatan Gea langsung memasukkan lauk yang akan dibawa oleh Tuan Zidane untuk bekal ke kantor. Hampir saja dia terlambat menyusulkan bekal itu karena Tuan Zidane terlalu lama menunggu hingga dia bersiapn menjalankan mobilnya.
"Maaf, Tuan, saya terlambat," ucap Gea menunduk dengan hormat.
"It's okey, kamu letakkan saja di sini." Tuan Zidane pun menunjuk kursi samping kemudi. Dengan hati-hati Gea meletakkan bekal itu sesuai yang sesuai tempat yang ditunjuk oleh Tuan Zidane. Tidak lupa Gea mencuri pandang lagi kepada Tuan Zidane.
"Aku berangkat dulu." Sekali lagi, Gea hanya mengangguk tanpa menjawab perkataan Tuan Zidane. Jangankan bisa menjawab hatinya malah sibuk dengan getaran-getaran halus yang mulai terasa semakin nyata. Gea menatap mobil Tuan Zidane hingga menghilang di balik pintu gerbang rumah mewah itu. Gea termenung sendiri.
"Gea, kok sudah melamun lagi," tegur seniornya ikut nimbrung Gea di parkiran mobil.
"Heheh, tidak Mbak, aku hanya sedang …." Belum selesai Gea berbicara, seniornya bernama Ranti itu menyela perkataan Gea.
"Jangan berandai-andai terlalu tinggi." Ranti seakan sudah tahu apa yang dipikirkan Gea. Wajar sekali jika seorang hawa menyukai tuan Zidane karena dia adalah gambaran pangeran yang sempurna.
"Heheh, aku tidak berpikir kok, Mbak, hanya saja mengaguminya." Gea malu-malu menjawab pernyataan Ranti.
*
Selama bekerja Gea melakukan tugasnya dengan baik. Dia baru saja diberitahu sudah bisa mengerjakan apa saja. Jadi Ranti lumayan bisa santai. Beginilah nasib orang datangnya belakangan, kerap kali mendapatkan tugas tambahan namun Gea tidak mengeluh sama sekali. Semua itu doa lakukan dengan hati senang, karena mengingat jika doa tidak mendapatkan pekerjaan di rumah ini pasti tidak akan bisa membayar kontrakannya. Dengan usahanya kini adik dan ibunya selamat tidak menjadi gelandangan.
"Gea, kamu sudah makan siang belum?" tanya Ranti membawa nampan berisi nasi dan lauknya ke belakang. Meski dirumah ini diperbolehkan untuk makan di ruangan tapi sebagai pelayan mereka sadar akan posisinya masing-masing. Memilih untuk makan di belakang dekat taman saja.
"Belum Mbak," jawab Gea. Mana sempat dia makan, pekerjaan saja seabrek banyaknya tidak kunjung selesai. Peluh mengalir di pelipis Gea.
"Ya sudah, ayo makan dulu daripada nanti kamu kelaparan." Ranti mengajak Gea makan.
Menu mereka hari ini cukup sederhana, ayam goreng ditambah sambal terasi dan sup brokoli. Itu saja bagi Gea sudah lebih dari cukup bahkan istimewa.
"Gea, kok kamu mau soh bekerja kasar begini?" tanya Mbak Ranti disela-sela makan.
"Ya keadaan lah, Mbak." Gea asyik menyuwir paha ayam dan mencocolkan ke sambal tadi.
Sebenarnya Ranti sudah penasaran dengan Gea pasti tidak pernah bekerja kasar sebagai pelayan atau asisten rumah tangga. Menilik dari kulitnya yang mulus serta perawakan anggun. Lebih pantas diganjar sebagai model daripada asisten rumah tangga. Meski secara gaji mereka lebih besar dari pelayan yang lainnya.
*
Zidane sedang mendengarkan para bawahannya mempresentasikan tentang kinerja mereka masing-masing. Ia menatap dengan serius siapa saja yang sedang melaporkan perusahaan saat ini.
"Jadi laba kita bulan ini bisa mencapai 50%?" tanya Zidane mengerjap tidak percaya. Ini merupakan laba cukup besar dan sangat jarang mereka mendapatkan semua ini.
"Benar sekali, Tuan, perusahaan kita untung besar bulan ini," sahut kepala bagian keuangan dengan bangganya. Zidane pun tersenyum ikut bahagia.
"Berikan bonus untuk karyawan semuanya, tanpa mereka perusahaan ini tidak akan pernah bisa maju. Apresiasi mereka," titah Zidane menyilangkan tangan di dadanya. Baginya karyawan bukanlah bawahan tetapi rekan kerja yang harus mendapatkan hasil sesuai kinerjanya. Apabila perusahaan sedang untung besar maka perusahaan wajib memberikan imbalan tambahan diluar gaji pokok mereka.
"Tuan, silakan tanda tangani berkas ini." Zidane mengambil pulpen di saku kemejanya lalu menorehkan tinta di bagian yang tertera namanya.
Rapat rutin perusahaan pun telah berakhir. Semua karyawan sudah kembali ke ruangannya sendiri. Zidane pun demikian, dia juga kembali ke ruangannya.
Jam sudah hampir pukul 12 siang perut Zidane terasa melilit padahal tadi agi dia sudah sarapan. Ia pun membuka bekal 6ang telah disiapkan oleh Gea tadi.
Saat membuka bekal dari Gea, ia teringat gadis yang baru bekerja di rumahnya tidak lebih dari 24 jam. Cukup lama Tuan Zidane melamunkan tentang Gea.
Seorang sekretaris mengetuk pintu Tuan Zidane.
"Ada apa?" tanyanya malas. Baru saja ingin bersantai malah sekretarisnya datang.
"Pak, ada tamu dari perusahaan x."
"Oke, suruh saja menunggu aku akan ke bawah." Sekretaris itu pun mengangguk dan menutup pintunya kembali.
Zidane berdecak kesal. Bagaimana tidak, dia akan makan siang malah ada tamu yang datang tidak tahu waktu. Terpaksa Tuan Zidane pun menutup bekalnya kembali.
Klien dari perusahaan x merupakan klien yang sangat potensial. Di mana mereka sudah menginvestasikan sebagian besar saham untuk perusahaan Tuan Zidane.
"Selamat siang, Tuan," sapa utusan dengan senyuman mengembang. t
Tuan Zidane pun mengangguk dan kemudian mempersilahkan duduk di sofa yang sudah tersedia.
Mereka berbincang seputar kelanjutan kerjasama antar perusahaan tersebut. Dari percakapan mereka berdua dapat disimpulkan jika Tuan Zidane menyetujui bila perusahaan itu kembali melakukan kerjasama dengan perusahaan Zidane.
*
Hari sudah menjelang malam matahari pun mulai tenggelam perlahan-lahan bumi diliputi oleh kegelapan. Beberapa lampu di kota sudah menyala untuk menerangi jalanan para pengguna jalan yang terus berlalu lalang bergantian. Gea melirik jam sudah menujan pukul 07.00 malam tetapi tuan Zidane belum juga pulang. Hari ini kedua orang tua Tuan Zidane pun berangkat ke luar negeri. kata Mbak Ranti, mama dan papa Tuan Zidane pun sering keluar negeri karena mereka memiliki bisnis kuliner di luar negeri sana. Semakin kesini Gea pun semakin kagum ternyata Tuan Zidane bukan hanya seorang pebisnis muda yang sukses yang telah memiliki perusahaan tetapi kedua orang tuanya pun juga merupakan seorang sukses.
Mungkin karena kedua orang tuanya Tuan Zidane tidak ada maka untuk makan malam keluarga ini pun ditiadakan jadi tugas kaya dan Mbak Ranti semakin ringan karena hanya menunggu sampai Tuan Zidane pulang.
Seperti kebiasaan yang sudah dia lakukan sejak lama dan Zidane pun lembur di perusahaan hingga pukul 10.00 malam. Ini merupakan kesempatan bila orang tuanya tidak ada di rumah maka dia akan mengerahkan tenaganya untuk bekerja di perusahaan, tidak peduli sampai jam berapapun yang penting perusahaannya bisa maju dan sukses.
Gea yang menunggu di meja makan hampir saja tertidur. Matanya berat untuk membuka. Beberapa kali dia sudah menguap matanya pun semakin merah dan berair. Semakin lama matanya pun semakin menyempit dan akhirnya dia tertidur di meja makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments