Gea berniat mendatangi kantor agen penyalur kerja tersebut. Setelah menunggu cukup lama datanglah seorang perempuan yang diperkirakan usianya sekitar 40 tahunan duduk di meja kerjanya.
"Kamu yang bernama Gea?"
"Iya, saya sendiri, Bu." Dia pun menjawab dengan sopan sambil menganggukkan kepala. Kepala agen itu meniti pandangannya dari ujung kuku hingga ujung rambut Gea.
"Kamu beneran berminat ingin bekerja sebagai pelayan?"
"Asal pelayan yang halal-halal saja saya berminat." Seperti biasa nada bicara Gea memang terkadang terkesan sangat santai tapi sebenarnya dia sedang serius.
"Maksudnya tidak halal?"
"Ya, anu itu, jadi pelayan sugar daddy," jawab Gea sambil tersenyum kecil.
"Kamu ini ada-ada saja, kebetulan tadi pagi ada seseorang yang telepon dia membutuhkan asisten rumah tangga di rumah." Gea pun merasa tidak keberatan jika harus bekerja sebagai asisten rumah tangga tetapi masalahnya di sini dia harus meminta DP terlebih dahulu agar bisa melunasi uang kontrakannya sebelum jatuh tempo yang telah disepakati beberapa waktu lalu.
"Maaf sebelumnya saya boleh bertanya, Bu?" Gea harus meminta izin terlebih dahulu karena dia takut jika ternyata tidak diijinkan bertanya.
"Silahkan saja, apa yang ingin kamu tanyakan pada saya?"
"Boleh tidak sebelum kerja saya minta DP 5 juta." Kepala agen itu langsung mendengarkan percakapan Gea yang dirasa mengada-ada. Mana mungkin orang belum bekerja mah sudah meminta bayaran apalagi 5 juta rupiah itu bukan nilai yang sedikit.
"Kamu sudah gila?"
"Tidak, saya masih waras tapi saya memang membutuhkan pekerjaan ini." Gea pun tak mau kalah menjawab.
"Saya berjanji akan bekerja dengan sesungguhnya jika saya boleh meminta DP terlebih dahulu karena menyangkut nyawa seseorang." Gea mengacungkan jarinya hingga membentuk huruf v.
"Nyawa siapa yang terancam?"
"Bukan hanya nyawa ini juga menyangkut tentang harkat dan martabat warga saya jika sampai diusir dari kontrakan mau ditaruh mana adik dan ibu saya."
"Kamu tanya saya?" Gea menggeleng.
"Tidak, saya hanya berkeluh kesah siapa tahu anda bisa memenuhi permintaan saya."
Sebenarnya kepala agen sedikit tidak mempercayai ucapan Gea tetapi dia berusaha untuk mendapatkan seorang pelayan hari ini juga karena di rumah tuan besar itu sedang memerlukan pelayan.
"Oke, saya akan pinjamin kamu uang 5 juta tetapi setelah gajian kamu harus kembalikan semuanya pada saya." Mendapatkan angin segar seperti itu seakan membuat gaya langsung ingin berteriak dan memeluk kepala agen tersebut tetapi untungnya dia sadar diri cepat-cepat ia pun mengangguk dan mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
"Benarkah?" Kepala agen itupun mengangguk.
Singkat cerita, Gea akan berangkat ke tempat majikannya. Hari ini dia sengaja berangkat pagi menuju ke kantor agen sebelum bekerja di tempat majikan barunya. Tidak ada yang menyangka jika g adalah seorang mahasiswa teladan di kampusnya.
"Ingat kamu harus mentaati semua aturan di rumah Tuanmu."
"Siap." Dengan hati bergetar dia pun diantar agen penyalur hingga di dalam rumah.
Ruangan yang begitu megah bagi seorang Gea. Sofa berjajar rapi dialasi dengan karpet permadani yang sangat indah membuat Gea semakin kagum dengan ruangan tersebut apalagi dekorasinya berbagai macam pernik entah dia sendiri belum tahu dari mana asal benda-benda tersebut tapi yang jelas kelihatan begitu mahal.
"Sebelum melakukan apa tugas kamu silakan membawa koper ini ke belakang diantar oleh Bibi disini." Gea mengangguk menuruti majikan barunya.
Sungguh ini merupakan rumah mewah yang pernah Gea lihat. Seperti saat dia menonton sinetron yang melakukan shooting di sebuah rumah mewah bercat putih dan memiliki pilar 2 di depannya. Seperti itulah kira-kira gambaran rumah majikan Gea saat ini, yang membuatnya lebih bersyukur lagi dia bisa mendapatkan pinjaman 5 juta secara cuma-cuma dari kepala agen. Dia berjanji akan bekerja sungguh-sungguh setelah ini.
Sebelum bekerja Gea dijelaskan oleh seniornya bagaimana cara kerja di rumah itu. Tugasnya memang tidak begitu sulit, hanyalah menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga tersebut dan tentu saja menunggu tuannya bernama Zidane pulang dari kantornya. Jadi disini bisa dikatakan Gea menjadi pelayan pribadi untuk tuan Zidane.
"Bagaimana apa kamu sudah paham?" tanya sang senior.
"Iya, saya paham semua," kata Gea masa bahagia bisa diberi kesempatan bekerja di sini.
"Apakah Tuan Zidane sudah memiliki istri?"
"Hush, bukan ranahmu untuk membahas kehidupan pribadi Tuan Zidane, yang penting kamu melayaninya dengan baik dan dibayar itu sudah cukup." Senior itu menegur Gea agar tidak menanyakan apapun tentang pribadi Tuan Zidane.
"Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi."
Jam berdentang menunjukkan sekitar pukul 7.00 malam, artinya keluarga itu bersiap-siap untuk melaksanakan makan malam yang sudah menjadi rutinitas bersama. Gea dengan cekatan mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan oleh para tuannya. Bagi mereka yang siang hanya sibuk tentu momen makan malam adalah momen kebersamaan keluarga yang sayang sekali jika dilewatkan. Mereka akan bercerita tentang apa saja yang dilaluinya sepanjang hari ini.
"Ingat Gea, kamu harus tahan kantuk jangan sampai Tuan marah karena kamu mengantuk."
Suara klakson mobil berbunyi di garasi rumah itu. Seorang tuan muda dengan mengenakan kemeja warna krem, berperawakan menawan, hidung mancung dan kulit kuning langsat turun dari mobil mewah berwarna hitam.
"Tuan, Anda sudah ditunggu keluarga makan malam di dalam." Itu adalah Tuan Zidane.
"Baiklah, aku akan ke sana." Tuan muda itu pun melepas kacamatanya.
Dia berjalan dengan pelan menuju ke ruang makan. Gea melihat Tuan Zidane berjalan, seketika jantungnya seakan berhenti berdetak melihat ketampanan Tuan Zidan yang paripurna. Namun sebagai pelayan, Gea pun mengikuti arahan dari para seniornya yaitu bila tuan mereka datang maka diwajibkan untuk menundukkan kepala.
"Selamat malam, Ma, Pa." Tuan Zidane langsung mengecup pipi mama dan papanya dengan hangat.
"Hai, kamu masih sering pulang terlambat seperti ini?" Tuan Zidane pun menaikkan alisnya.
"Ma, lihatlah ini baru jam 7.00 artinya Zidane pulang terlalu sore." Gea semakin terkesima melihat tuan mudanya tersenyum menampilkan lesung pipi yang menawan.
"Kamu kebiasaan, sampai Mama pulang tadi saja kamu tidak menjemput Mama."
"Maafkan Zidane, tetapi Zidane tadi menandatangani kontrak besar jadi Zidan mohon maaf harap maklum." Kembali Tuan Zidane mengecup pipi namanya sebelah kanan dan kiri bergantian.
Makan malam keluarga itu pun selesai sekitar pukul 09.00 malam. Gea dan beberapa temannya langsung sigap merapikan seluruh sisa makanan yang disantap oleh tuannya. Hari ini Ghea merasa pekerjaannya masih sangat ringan, dia pun bersyukur memiliki teman kerja yang begitu baik dan pengertian terhadapnya. Namun ada sesuatu yang membuat hatinya bergetar saat ini, yaitu Tuan Zidane, mungkinkah dia jatuh cinta pada pandangan pertama? Gea terus melamunkan hal itu hingga tak sadar jika ada orang yang mendekatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments