Vian menatap sekujur tubuh sang nona saat ini. Begitu berantakan dengan beberapa memar tampak dikulitnya. Rambut, wajah, dan bahkan lingerie yang ia pakai telah robek kemana-mana memperlihatkan bagian dalam tubuh indahnya.
Tapi lyra seperti gadis yang tengah mati rasa. Ia justru duduk diam meratapi nasib, bukannya segera mengganti pakaian atau menutupi tubuh sensualnya saat itu. Justru vian yang sedikit gugup, ketika menghampiri lyra dengan perlengkapan obat untuk lukanya.
"Aku akan mengobatinya," ucap vian melirik beberapa luka memar yang ada. Diwajah, dindada, dan bahkan dipahanya akibat tendangan super dari wanita tadi dengan hellsnya.
Vian mengobati satu persatu luka itu dengan segala ketelatenanya mengurus lyra selama ini. Si nona cerewet yang semua permintaannya harus dituruti.
Saat ini vian tengah mengobati bagian dada Lyra. Pemandangan begitu indah dengan dua bulatan sempurna menyembul dari sana dengan penuh goda. Ya memang, karena awalnya lyra akan menggoda kekasihnya malam ini. Tapi yang didapat adalah luka..
Vian menekan nekan bagian memar itu perlahan. Tepat ada dibagian pinggir salah satu puncak indah lyra yang hanya terbungkus kain tipisnya yang bahkan nyaris putus saat itu.
"Sssttt!" Lyra mendesis kesakitan karena perih yang ia rasakan.
"Harusnya Nona bisa menjaga emosi. Seperti ini, justru nona sendiri yang rugi. Coba lihat, begitu banyak luka ditubuh nona saat ini. Apakah tak butuh dokter?" Vian merasa, jika luka itu juga ada didekat area sensitif lyra. Ia sedikit segan untuk mengobati yang ada disana.
" Pergilah jika kau tak mau mengobatiku. Aku akan memanggil orang lain nanti. Paling, dia nanti akan menikmati tubuhku karena tak tahan." Lyra justru menantang vian. Ia sudah pasrah apa yang terjadi, duduk bahkan tak merapikan diri sama sekali.
Penampilannya berantakan, persis seperti hidupnya saat ini. Bahkan ia tak tahu, bagaimana lagi cara merapikan puing-puing hatinya yang sudah hancur lebur tak karuan. Ia sudah mengorbankan semuanya untuk riko, bahkan ia menentang papinya sendiri demi segala rasa cinta yang ia miliki.
"Riko breng sek! Baji ngan! Bisa-bisanya dia membawa wanita lain ke apartemenku. Atau, dia sudah sering melakukan itu, mereka melakukannya dimana saja? Di ranjang, di sofa, atau seluruh ruangan ini sudah mereka coba? Aaaarrrgghhhh!"
Lyra melempar gelas minuman yang ia pegang sejak tadi. Isinya sudah beberapa kali diganti, dan selalu ia habiskan bersih. Mungkin sebentar lagi ia akan pusing, karena ia tak bisa mabuk selama ini.
Emosinya membuncah, menggulung menjadi satu seperti gulungan salju yang besar dan siap menghantam apapun yang ada didepan mata. Apalagi ketika melihat cumbuaan panas riko dengan wanita itu yang masih selalu terbayang dan menari diatas kepala.
Gadis itu merebahkan diri diatas sofa. Ia tak perduli pakaiannya kemana-mana, karena disana juga ada vian yang tengah mengobatinya. Vian saat ini membuka bagian paha lyra, bahkan mengobati bagian pangkal paha yang begitu dekat dengan area intimnya.
"Aaarrh!" Lyra kembali kesakitan ketika rasa perih ia rasakan. Tapi tak seperih hatinya saat ini.
Vian menekan-nekan kembali bagian kulit yang tampak membiru itu. Sepertinya juga dalam, karna wanita itu menendangnya sekuat tanaga.
Sesekali juga lyra terdengar merintih. Mungkin karena obat pada luka cakaran di dada dan lengannya sudah mulai berfungsi. Mendengar rintihan indah itu, jiwa kelelakian vian sontak terpancing.
Bagaimana tidak? Ia adalah pria normal. Apalagi berhadapan dengan gadis yang nyaris polos didepan matanya saat ini. Mungkin hanya dengan sekali tarik, semua itu akan robek dan tak akan ada lagi yang menutup tubuh lyra didepan vian.
"Terlalu sayang air mata itu untuk menangisi pria seperti dia. Pecundang!"
"Auwwhh! Vian.... pekik lyra ketika vian kembali menyentuh lukanya.
Cukup parah memang dibagian paha. Saat itu vian terus mengompresnya sembari menahan jiwa lelakinya yang meronta, bahkan terasa sudah begitu ngilu bahkan hingga ke ubun-ubun. Lyra begitu sempurna dimatanya, apalagi saat ini dengan keadaan setengah polosnya.
"Yang ini, sampai biru. Ini juga," tunjuk Vian bergantian pada memar lyra.
"Aaah! Iya, itu sakit sekali rasanya. Baru terasa, atau mungkin besok akan lebih sakit dari ini. Aku tak bisa berjalan?"
"Ada aku. Aku masih bisa menggendongmu jika kau akan keluar dari sini." Vian berusaha menepis segala rasa khawatir lyra terhadap tubuhnya.
Vian mengalihkan pandangannya sedikit. Ia semakin gugup, bahkan tangannya gemetar hingga lyra menatapnya penuh tanya.
" Bagian sini. Itu dekat sekali dengan_... Bagaimana?" tanya vian.
"Jika tak diobati, itu akan infeksi? Kau akan dipecat jika membuatku sakit hanya karena keteledoranmu." Lyra justru meminta vian untuk tetap menanganinya, dimanapun luka itu berada.
Pria itu menelan saliva dalam-dalam, kemudian membuka sedikit lebar paha lyra agar dapat dengan mudah meraih lukanya. Jika seperti ini, ia semakin takut jika tak bisa menahan diri.
"Kau suka tubuhku? Kenapa kau melihatnya seperti itu?" tanya lyra menatap tajam wajah vian.
"Aku lelaki normal. Dan benar, tubuhmu sangat indah, Nona. Pria mana yang bisa tahan dengan godaan yang ada didepan mata." Vian menjawabnya dengan begitu santai meski berada ditengah tekanan yang begitu menyiksa.
Apalagi ketika lyra justru lebih melebarkan kedua pahanya. Itu spontan membuat vian memejamkan mata tajamnya. Tapi kembali harus membukanya karena takut justru akan semakin menyakiti sang nona.
"Kau pernah berhubungan dengan wanita? Seberapa jauh? Apa kau pernah menjamah tubuh mereka? Apa itu nikmat?" pertanyaan begitu banyak keluar dari bibir lyra untuk vian. Dan semua itu hanya dibalas oleh anggukan kepala saja oleh supirnya.
"Haish! Semua lelaki memang brengsek. Mereka hanya memikirkan selang kangan saja dalam kepalanya. Rasanya aku ingin memanggil seorang_"
"Jangan macam-macam, Nona. Anda bahkan tak bisa berjalan setelah ini."
"Jadi kalau sembuh, aku boleh? Kau mengizinkannya?" tatap lyra dengan senyumnya.
"Aku akan menghajar siapapun yang berani menyentuh anda."
Lyra suka dengan sikap possesif vian padanya. Tak hanya sebagai supir pribadi, nyatanya vian juga berfungsi sebagai bodyguardnya selama ini. Tubuhnya begitu atletis dengan bahu lebar, tubuh tinggi dan kekar. Lyra tahu, karena beberapa kali melihat vian berolah raga tanpa pakaian atasnya.
Usai mengoles salep, vian merapikan semua perlengkapannya. Ia akan menggendong lyra ke ranjang agar ia tidur setelahnya. Tapi ia lupa, melihat ranjang masih begitu indah dengan bentukan bunga yang ada. Ia kembali pada sang nyonya, dan tetap menggendongnya untuk masuk kekamar itu.
Lyra merangkul leher vian dan menatapnya lekat, hingga vian menurunkannya. Tapi lyra tak melepaskan rangkulannya sama sekali.
"Nona, lepaskan." Vian menatapnya datar, meski diam-diam ia tengah menjaga debaran jantungnya yang tak karuan.
"Vian... Hanya kau yang selama ini tulus dan perduli padaku. Apakah bisa, aku memberikan jackpot ini padamu?" bisik lyra mendekatkan telinga vian di bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Lisa Halik
jackpot untuk vian
2025-03-20
0
Vera Anzani
hadeuh deg2an bacanya😁
2023-10-31
1
Tiorida Rajagukguk
ngences lah Vian 🤣🤣🤭 siapa brani nolak,,😅
2023-10-26
0