Sudah mulai posessif

Hari ini lyra tak berangkat ke kantornya, tapi ia masih tetap harus bekerja daru rumah menggunakan tab dan megontrol semua anak buahnya dari sana. Ia duduk bersandar menyamping dari sofanya sibuk dengan segala pekerjaan yang ada, sementara vian tengah sibuk untuk mengoles salep pada beberapa luka dan memar yang masih ada.

Vian menurunkan kain yang menutupi dara lyra dan mengoles salep disana, sedangkan lyra terus fokus pada tabnya. Sesekali ia menelpon asisten dan beberapa pengawas untuk melaporkan setiap kejadian yang ada.

"Nona tak apa? Vian mengatakan jika nona sakit hari ini. Apa perlu...?"

"Tidak, kinan. Hanya sedikit meriang, dan beberapa hari lagi akan sembuh. Vian ada disini untuk menjagaku," balas Lyra padanya.

Hp dimatikan, saat itu lyra menatap vian yang tengah fokus mengoles salep di bagian paha dan masuk sedikit ke pangkalnya. Lyra sengaja memakai rok pendek agar tak mempersulit vian, lagipula ia juga tak kemanapun dan hanya dirumah yang bahkan ia bebas jika tak mengenakan apapun ditubuhnya.

"Roknya kurang pendek?" tanya lyra yang semakin membuka pahanya.

"Aku akan membuang semua rok pendekmu dan membakarnya jika kau berani mengenakannya keluar." Vian menatapnya datar sembari membereskan semua perlengkapan obat lyra di kotaknya. Ia kemudian meninggalkan lyra ditempatnya untuk membereskan kembali aparteman yang masih berantakan itu.

"Wah, sudah mulai posesif rupanya. Tapi tak apa, aku suka. Apa yang akan kita lakukan hari ini, apakah ada pelajaran. baru?" Pertanyaan lyra membuat vian menatapnya dengan tajam. "Ayolah, aku ingin seperti malam tadi." Lyra merengek lagi seperti anak kecil di depan supir tampannya itu.

Vian masih saja diam dan terus membereskan semuanya, membiarkan lyra yang terus menatapnya manja dan penuh dengan permohonan. Hingga vian kini membereskan meja bawah tv dan menemukan jejeran DVD film panas didepan matanya yang kemudian membulat kaget. "Apa ini? Kau menontonnya?"

"Riko yang punya. Kami sempat menonton berdua dan_"

"Ckk!!"

"Tapi aku bersumpah kami tak melakuakan apa-apa. Jika penasaran, ambil jackpotmu sekarang juga agar bisa membuktikan semuanya." Lyra terus membujuk Vian, tapi pria itu memang tak terbantahkan. Ia tetap diam dan membereskan semuanya hingga bersih tak tersisa.

"Atau, aku akan menghukummu kali ini." Vian kemudian menatap tajam pada lyra dan memberikan senyum miring padanya. Ia meraih kembali satu kaset dan memutarnya ke DVD yang ada di depan mata, membuat Lyra seketika membulatkan matanya.

"Kau, kenapa mengajakku menonton itu jika kau belum mau menyentuhku? Nanti aku_"

"Bukankah ku bilang itu hukuman? Nikmatilah," jawab vian yang kemudian duduk didekat lyra saat itu dan memastikannya untuk tak beranjak dari sofa. Ia juga meminta lyra untuk terus memperhatikan video yang mulai terputar dilayar besar televisinya.

"Sudah ku bilang aku tak melakukan apapun dengan dia, kami hanya menonton saat itu."

"Bahkan kau tak paham maksudnya yang terus merang sangmu. Aku tak percaya jika dia tak menyentuhmu sama sekali, padahal kau sudah berjanji jika kau hanya milikku sejak saat ini."

Vian terus mengomel sembari menatap lyra yang mulai gelisah dengan degan yang terputar didepan matanya. Matanya sayu dan beberapa kali berusaha mengarahkan pandangan pada pria tampan yang ada disampingnya, bisa bisanya ia begitu tenang ketika melihat adegan yang sama dan memasang wajah datar disana. Padahal lyra sudah begitu ngilu disekujur tubuhnya.

Suara-suara erotis itu memenuhi seisi ruangan yang ada dihuni oleh lyra dan vian, hingga tak akan ada pengalihan lain bagi lyra apalagi vian selalu meraih wajah lyra dan mengarahkan pandanganya kembali ke layar kaca.

"Aku mengaku! Dia pernah menyentuhku beberapa kali, tapi aku tak begitu meladeninya saat itu. Mungkin, karena itu dia selingkuh dan mencari wanita yang bisa memuaskan dahaganya. Pasti aku sangat membosakan baginya,"

Vian menatap lyra semakin sayu, hingga lama kelamaan menatap urat leher dan sekujur tubuhnya yang mulai menegang didepan matanya. Bahkan lyra telah meraba dadanya sendiri berusaha sedikit untuk melampiaskan hasratnya yang telah menggulung di dalam diri.

"Vian, ampun, Vian... Jangan seperti ini, kau justru mengingatkan kenangan pahit bersama riko. Aku jijik ketika ingat bahwa ia pernah menyentuhku meski tak seintens dirimu, jangan menghukumku seperti ini."

Mendengar permohonan itu Vian segera meraih tubuh lyra dan membawanya duduk diatas pangkuan. Ia mendekatkan bibir ketelinga lyra, terasa hembusan napas hangatnya yang semakin memperpanas suasana tubuh lyra saat ini. "Bagian mana yang sempat ia sentuh, katakan padkaku,"

Lyra mengangguk, kemudian meraih tangan kanan vian dan mendaratkannya di salah satu bukit indah dan ranum miliknya. Ia mengatakan disana riko sempat menyentuhnya, dan meraih tangan kiri Vian untuk menyentuh bibirnya karena riko pernah beberapa kali menikmatinya.

"Apa kau menikmatinya?"

"Kau yang harus menghilangkan semua bekas itu sekarang," lirih lyra yang meremaaskan tangan vian dibukit kenyal miliknya, hingga ia mendesaah sendiri dengan sentuhan itu. Bahkan ia menyumpal sendiri mulut mungilnya dengan jari jemari vian lalu melumaatnya dengan begitu sensual.

Vian hanya diam menyaksikan, menerima dan menikmati semua yang dilakukan sang nona padanya. Berusaha tetap tenang meski bagian tubuh lainnya meronta dan terasa begitu ngilu dibuatnya, hingga tubuhnya sendiri ikut memanas dan meraih tengkuk lyra agar ia dapat menikmati bibir manisnya. Benar-benar manis hingga ia serasa begitu sulit untuk menyudahi pangutan dan belitan lidah mereka.

Sangking tak sabarnya Vian lantas merobek tanktop yang saat itu lyra pakai, dan apalagi lyra memang tak mengenakan bra karena takut menggesek beberapa bagian yang nyeri di dadanya. Saat itu vian segera menyantap apa yang ada didepan matanya, mengecap, memainkan lidahnya hingga lyra memekik lirih dengan sensasi geli namun nikmat yang terasa hingga menyentrum setiap syaraf ditbuhnya.

"Terus, Vian, terus." Tangan lyra bahkan menekan kepala vian agar semakin dalam menghisapnya.

Tangan vian yang menganggur itu perlahan menelusup ke dalam rok mini yang lyra pakai, merayap terus hingga menemukan sebuah lembah hangat yang mulai basah disana. Ia membelainya, begitu lembut dan pelan karena masih harus menjaga daerah yang terluka. Ia terus menggerakkan tangannya disana hingga menggeser panty yang menutup bagian intinya.

"Vian!!!" pekik Lyra yang kembali merasakan sensasi luar biasa ditubuhnya saat ini. Ia mendongakkan kepala dengan mulut yang ternganga membuang segala suara indah yang ada, yang semakin membangkitkan hasrat vian padanya.

Kedua paha itu mengapit tangan vian yang terus bergerilya disana, yang terus mengobrak abrik hingga inti terdalam lyra dengan kekuatan dahsyatnya. Lagi lagi hanya jari, tapi sudah membuat lyra sampai seperti ini. Rasanya lyra sudah tak tahan menunggu hari mereka tiba dan vian mengambil jackpotnya.

"Kau terus memuaskanku, kapan giliranmu? Adakah cara lain untuk memberikanmu kepuasan yang sama?" tanya lyra dengan napas terengah-engah usai mendapatkan pelepasan dahsyatnya. Ia memeluk kepala vian hingga nayris tenggelam didadanya saat itu, bahkan terasa vian masih terus menecup meninggalkan beberapa tanda disana.

"Giliranku, adalah ketika aku mengambil jackpotku. Dan kau harus ingat, jika itu hanya akan menjadi milikku" Vian mendonggakkan kepala lalu mengecup dagu lyra dengan begitu mesra.

Terpopuler

Comments

💝F&N💝

💝F&N💝

aaaaaaaaa romantis sekali kamu Vian.😍😍😍😍😍
aku suka aku suka
lanjut

2023-05-17

2

Riana

Riana

tahan napas bacanya🙄

2023-05-16

1

𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉

𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉

duh kak novel ini bener2 hot😅

2023-05-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!