BAB 5

"Jadi Almeda itu bukan keponakan kamu, mas?" tanya Miranda.

"Kamu tahu dari siapa?" tanya Abryal.

"Wajah kamu dengan Abryal tidak ada kemiripan," kata Miranda.

"Namanya keponakan terkadang tidak ada kemiripan dalam soal wajah," ucap Abryal. Miranda mengerutkan dahinya mendengar alasan Abryal.

"Oh, aku pikir kalian seperti pasangan kekasih. Atau bahkan seperti pasangan suami istri. Apalagi saat aku melihat kamu dengan Almeda melakukan sholat berjamaah di siang hari kemarin," kata Miranda. Abryal menyipitkan bola matanya menatap ke arah Miranda.

"Jadi kamu merasa cemburu saat melihat aku dengan Almeda melakukan ibadah sholat berjamaah saat itu?" sahut Abryal.

"Eh? Em, apakah aku pantas untuk cemburu sedangkan aku dengan kamu tidak ada komitmen. Kita bukan pasangan kekasih atau sedang berpacaran," kata Miranda. Abryal mengerutkan dahinya meneliti wajah Miranda.

"Apakah sebenarnya kamu menyukai aku?" sahut Abryal. Sukses pertanyaan dari Abryal itu membuat terkejut Miranda.

"Aku? Eh, em, sebenarnya aku menginginkan hubungan lebih dari sekadar teman dengan kamu. Tapi apakah mungkin? Jika aku dengan kamu berbeda server. Aku dan kamu berbeda jauh. Apalagi kamu lahir dan besar di keluarga santri," urai Miranda dengan pandangan jauh ke depan. Saat ini keduanya sedang berada di suatu kafe. Siang itu mereka sengaja bertemu untuk makan siang bersama di jam istirahat.

"Kalau begitu salah satu di antara kita harus bisa mengalah supaya tidak ada lagi perbedaan itu," kata Abryal.

"Dan itu tidak mungkin kamu kan? Aku yakin itu! Kamu tidak mungkin mengikuti ku sementara kamu memilih pondasi keimanan yang cukup kuat. Ditambah lagi lingkungan dari keluarga besar kamu yang notabene seorang ahli dalam agama. Berbeda dengan aku!" sahut Miranda. Abryal tersenyum lebar mendengar pernyataan dari Miranda.

"Kamu juga tidak mungkin merelakan semua yang sudah kamu yakini selama ini. Dan mungkin itu kamu yakini dari semenjak kecil. Jadi aku pikir kita tidak akan pernah sama. Dan mungkin saja tidak akan pernah bersatu. Karena kita memiliki perbedaan itu sendiri yang salah satu dari kita tidak ada yang mengalah melepas lalu mengikuti kepercayaan salah satu dari kita," kata Abryal.

"Kalau begitu, aku menantang kamu Abryal! Jika aku melepaskan keyakinan ku lalu aku mengikuti ajaran agama yang kamu anut, apakah kamu akan menjanjikan aku menjadikan istri kamu atau pasangan kamu sampai menua bersama-sama, Abryal!?" ucap Miranda panjang lebar.

"Miranda!? Suatu keyakinan dan kepercayaan ini bukan lah keterpaksaan. Jika kamu ingin merubah server seperti diriku hanya lantaran ingin menjadi kekasih bahkan istri aku, itu tidak dibenarkan. Jika kamu hendak memutuskan berpindah server, semua harus didasari dengan keyakinan dan kemantapan dalam hati kamu. Bukan alasan yang lain karena keterpaksaan supaya menghilangkan perbedaan di antara kita," ucap Abryal.

"Hem, jadi kamu tidak yakin kalau kita sudah sama dan tidak ada pembeda di antara kita, aku dan kamu tidak berjodoh? Kamu masih takut menghadapi orang tua kamu dan juga keluargaku?" kata Miranda.

"Maaf, Miranda! Percakapan kita terlalu jauh, Miranda!?" sahut Abryal.

"Abryal!? Katakan dengan jujur padaku!? Terlepas kita memiliki perbedaan itu. Apakah sejatinya kamu mencintai aku, Abryal?" kata Miranda.

"Eh?" Abryal menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Katakan dengan jujur Abryal!? Supaya aku merasa lega dengan sikap kamu yang selalu penuh perhatian padaku," ucap Miranda. Miranda dengan nekat memegang pergelangan tangan Abryal. Jangan lupakan Abryal kalau sekarang ini dia hanya diam saja dan tidak mau menarik tangannya saat tangan nya digenggam oleh Miranda.

"Katakan Abryal!? Katakan kalau kamu sebenarnya juga menyukai aku," kembali Miranda bertanya.

"Eh, em tidak tidak! Kita hanyalah berteman saja!? Aku menyayangimu lantaran kita saling memberikan perhatian sebagai seorang sahabat," kata Abryal.

"Kamu bohong Abryal!?" jawab Miranda.

Jauh dari keduanya duduk di kafe itu, diam-diam ada yang memperhatikan gerak-gerik keduanya. Dia adalah Almeda yang sejak tadi membuntuti Abryal kemana pun dia pergi. Almeda merasa memiliki hak karena dirinya adalah istri sah Abryal. Walaupun sampai saat ini dirinya tidak pernah disentuh oleh Abryal. Bahkan mereka tidur di kamar yang berbeda-beda dan tidak satu kamar.

"Jadi Miranda menyukai mas Abryal? Tapi mas Abryal sendiri tetap tidak mau mengakui perasaan nya. Walaupun sebenarnya aku tahu dan yakin kalau keduanya sama-sama saling menyukai," gumam Almeda.

"Baiklah!? Selagi mas Abryal tidak terlalu jauh berhubungan dengan Miranda, aku tidak akan mempermasalahkan nya. Lagipula aku sangat yakin kalau mas Abryal sendiri sangat paham, mana yang baik dan salah," pikir Almeda.

"Abryal!? Kita pacaran saja yuk!? Aku butuh hubungan yang pasti dengan kamu. Aku tahu kalau kamu juga mencintaiku, Abryal," kata Miranda.

"Tidak, Miranda!? Aku tidak suka berpacaran. Kita tetap saling mengenal seperti ini saja," sahut Abryal.

"Eh?!" tentu saja Miranda kecewa dengan ucapan terakhir dari Abryal yang masih belum mau mengakui perasaan nya yang sebenarnya terhadap Miranda.

Terpopuler

Comments

syamil mauza

syamil mauza

kenapa selalu ada kata eh? disetiap percakapan

2023-05-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!