BAB 4

"Halo Abryal!!" panggil seorang gadis dengan berpenampilan rapi dengan rambut pendeknya. Gadis itu mengenakan kemeja putih nya dengan rok span. Penampilan nya seperti seorang pengajar.

"Eh, kamu? Kok sudah di rumah ku?" tanya Abryal. Kini dirinya melihat ke arah gadis yang datang ke rumah nya dan Almeda secara bergantian. Gadis itu melihat ke arah Almeda yang tadi datang bersama dengan Abryal.

"Abryal! Kamu datang dengan siapa? Siapa gadis ini?" tanya gadis itu yang bernama Miranda.

"Eh, dia keponakan ku. Dia dia mau mencari kerjaan di kota ini. Namanya Almeda. Dia lulusan sarjana pendidikan. Mau mencari kerjaan sebagai seorang guru," jelas Abryal. Sukses jawaban Abryal membuat Almeda menyipitkan bola matanya. Abryal tidak mengakui dirinya sebagai istrinya.

"Oh, aku Miranda! Senang sekali bisa berkenalan dengan keponakan Abryal. Oh, iya nanti bisa aku bantu mencarikan sekolah untuk kamu bekerja sebagai seorang pengajar. Kebetulan pamanku memiliki yayasan pendidikan dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas," jelas Miranda.

"Eh, terimakasih mbak Miranda. Aku Almeda, sangat senang jika mbak Miranda bisa membantu saya dalam mencari kerjaan di kota ini," sahut Almeda.

Abryal memang sudah terbilang sukses merantau di kota. Abryal bisa membuktikan kepada abah dan ummi nya kalau dirinya bisa mandiri di kota. Bahkan dari usaha-usaha yang didirikannya serta dirinya sebagai seorang dosen serta pemateri dalam setiap seminar-seminar nasional, nama Abryal cukup dikenal oleh para ilmuwan serta pebisnis muda. Abryal sudah memiliki rumah sendiri hasil keringat nya. Keberhasilan Abryal ini cukup membuat beberapa orang ingin menjodohkan Abryal dengan anak perempuan nya. Namun dari sekian gadis-gadis yang mendekati Abryal, hanya nama Miranda yang sering bermain di rumah Abryal. Selain merasa dekat, Miranda merasa kalau Abryal seperti memberikan harapan pada dirinya. Walaupun sebenarnya Miranda beda server dengan Abryal yang statusnya sebagai seorang muslim yang tulen dan abah dan ummi nya pendiri pondok pesantren Assalam di kota tertentu.

Saat adzan dzuhur, Abryal mengambil wudhu. Almeda yang mendengar panggilan sholat itu segera ikut mensucikan diri. Setelah nya Almeda menuju ke mushola kecil di rumah Abryal. Di sana Almeda melihat sudah ada Abryal di mushola itu sedang sholat sunah dua rakaat sebelum sholat dzuhur. Setelah selesai, Abryal melihat Almeda dibelakang nya sudah mengenakan mukena yang siap untuk melakukan sholat dhuhur.

"Kamu mau ikut sholat berjamaah dengan ku?" tanya Abryal. Almeda menganggukkan kepala nya. Abryal melihat jauh di taman ada Miranda duduk menunggunya. Tentu saja melihat Abryal dan Miranda hendak melakukan sholat berjamaah. Cukup lama Abryal belum memulai sholat nya. Tatapannya masih tertuju pada Miranda. Tentu saja Almeda mengetahui kalau Abryal memperhatikan Miranda.

"Apakah Miranda mau ikutan sholat berjamaah? Atau mas Abryal mau menunggu nya?" tanya Almeda yang belum tahu dengan pasti kalau sebenarnya Miranda beda server atau keyakinan.

"Tidak! Dia beda aliran dengan kita?" jawab Abryal.

"Oh, dia aliran bengawan Solo yah? Sedangkan kita aliran sungai Brantas?" sahut Almeda.

"Bukan! Dia beda keyakinan dan agama seperti kita," ucap Abryal serius. Almeda menyipitkan bola matanya.

"Oh, jadi ini wanita yang disukai oleh mas Abryal. Namun beda keyakinan. Jadi ini toh? Alasannya kenapa mas Abryal tidak memperkenalkan Miranda pada abah dan ummi?" batin Almeda.

Abryal mulai Takbiratul ikram diikuti oleh Almeda. Keduanya dengan khusuk menjalankan ibadah sholat dhuhur berjamaah.

Di kejauhan Miranda memperhatikan Abryal yang sedang melaksanakan ibadah sholat dhuhur berjamaah dengan Almeda. Hati Miranda seperti ingin tergerak mengikuti nya. Namun dirinya masih berbeda dan belum menyakini kepercayaan seperti keyakinan Abryal.

"Mungkin perbedaan inilah yang membuat kita belum bisa bersatu. Sampai kapan aku dan Abryal saling berkomitmen?" gumam Miranda sambil melihat jauh ke arah Abryal yang sedang melakukan sholat dhuhur bersama Almeda.

🌼🌼🌼🌼🌼

"Almeda, kamu sudah tahu kan dimana kamar kamu? Bibi Ratna sudah menyiapkan kamar untuk kamu selama kamu tinggal di rumah ini, " kata Abryal.

"Iya, mas! Tadi bibi Ratna sudah menunjukkan kamar buatku," sahut Almeda.

"Baguslah! Suatu saat kalau abah dan ummi datang kemari untuk mengunjungi kita, kamu harus pindah ke kamarku. Jangan sampai mereka tahu kalau kita masih belum satu kamar. Kamu tidak apa-apa kan Almeda?" kata Abryal.

"Tidak jadi masalah, mas!" sahut Almeda.

"Terimakasih atas pengertian kamu, Almeda. Besok aku dan Miranda akan mencarikan kamu kerjaan di kota ini supaya kamu tidak jenuh jika tinggal di rumah terus. Walaupun aku tetap memberikan nafkah lahir itu kepada mu. Karena secara agama dan hukum, kita adalah suami istri," kata Abryal.

"Soal, nafkah batin aku belum bisa.... maaf Almeda!?" ucap Abryal.

"Iya, mas!? Aku paham mas, kalau sebenarnya mas Abryal menyukai mbak Miranda bukan?!" ucap Almeda.

"Eh?! Sok tahu kamu!?" sahut Abryal sambil menggaruk kepalanya sendiri yang tidak gatal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!