Happy reading...
Cherry merasa aneh saat melihat tubuh Rayn diam membeku. Tatapan matanya masih sama dalam waktu yang lebih dari satu menit. Ia bahkan mengibaskan tangannya di depan suaminya itu tapi tetap tak mendapatkan respon.
"Kenapa dia? Apa dia mati berdiri?" katanya pada diri sendiri.
Ia mengulurkan jarinya menyentuh pundak Rayn dengan sangat hati-hati dan pelan, dengan harapan pemuda itu akan segera merespon. Tapi tampaknya Rayn masih larut dalam lamunan panjangnya sehingga ia sama sekali tak merasakan sentuhan halus Cherry.
"Rayn?" panggilnya perlahan.
Menyadari yang dipanggil tetap membisu, membuatnya semakin takut dan bingung. Berbagai ancam pertanyaan dan perkiraan muncul di kepalanya mulai dari yang baik sampai yang buruk. Bagaimana jika memang Rayn sudah mati berdiri, apa yang harus ia lakukan?
"Rayn?" kali ini ia mengeraska panggilannya.
Namun masih sama seperti sebelumnya, Rayn masih diam membeku. Dengan helaan nafas panjang, Cherry bersiap berteriak keras untuk mengagetkan Rayn karena ia tak ingin bertanggung jawab nantinya jika sesuatu yang tak diinginkan terjadi.
Namun sebelum ia melaksanakan niatnya, Rayn malah bergerak dan membekap mulut isteri nya itu. Ia tak bisa bayangkan bagaimana jika Cherry sampai berteriak dan suaranya terdengar ke luar kamar. Bisa jadi ia dihukum lagi lebih parah dari hukuman pernikahan yang tertukar ini. Ayahnya pasti akan menganggap kalau ia cari masalah.
Yah, ia memang melamun panjang tadinya. Tapi ia mendengar semua yang keluar dari mulut Cherry. Saat Cherry mengatakan kalau ia sudah mati, sebenarnya ia sangat ingin tertawa tapi malah muncul ide untuk menjahili Cherry.
Namun jangan sebut namanya Cherry jika ia tak bisa berbuat lebih jahil lagi. Dengan sekuat tenaga, ia menggigit tangan Rayn yang tengah membekap mulutnya. Tentu saja Rayn secepat mungkin melepaskan tangannya dan merintih kesakitan.
"Kamu anjing apa manusia sih?" katanya mengibaskan tangannya agar rasa sakitnya berkurang.
"Bisa liat kan? Atau ngga punya mata?" kata Cherry tak kalah kesal.
"Manusia, tapi tukang gigit." kata Rayn semakin kesal.
Yah, jika saya keluarganya tak mengajarkannya tentang hal menghargai dan berlaku sopan pada wanita, mungkin saat ini ia sudah bersikap kasar pada Isteri barunya itu.
"Ngapain juga bekap mulut aku?"
"Siapa yang nyuruh teriak?" kata Rayn sewot.
Keduanya terlibat percakapan dan kegiatan saling menuduh satu sama lain sampai seorang pelayan keluarga Rusdiantoro yang ditugaskan memanggil Nona dan Tuan mudanya itu hanya bisa senyum-senyam di balik pintu masuk kamar pengantin itu.
"Mereka sudah _"
"Sssssst, kita bicarakan saja." kata pelayan itu pada temannya yang kebetulan menyusulnya.
"Apa?"
"Kamu tak akan mengerti bagaimana rasanya karena kamu belum menikah." lanjutnya membimbing rekannya agar menjauh.
"Tapi mereka harus makan bersama Tuan dan Nyonya besar." kata rekannya tampak kurang setuju.
"Waktu makan masih tersisa 20 menit lagi, kita akan kembali sepuluh menit lagi."
Yah, siapapun orangnya pasti mengira mereka tak bertengkar tapi saling bercanda penuh kebahagiaan karena mereka sudah berhasil memiliki satu sama lain. Dan pastinya semua orang berbahagia untuk hal itu juga. Sementara itu, Rayn da Cherry masih meneruskan perseteruannya sampai keduanya sama-sama menang dan kalah.
"Apa yang kamu pikirkan?" kata Rayn pada Istrinya yang diduk di pinggir ranjang.
Yah, mereka sengaja saling membelakangi satu sama lain dengan harapan akan mengurangi kecanggungan dan rasa marah diantara mereka berdua. Cherry masih terlihat kesal melebihi Rayn yang merasakan tangannya masih panas akibat gigitan itu.
"Kamu mendengar aku berbicara?" kata Rayn lagi.
"Aku pikir aku tak perlu menjawabnya." balas Cherry.
"Kenapa?"
"Kamu sudah tau jawabannya. " katanya bangkit dan merapikan pakaiannya.
"Kamu tidak khawatir pada Rayn?" kata Reyn lagi.
Lama-lama ia penasaran juga pada kepribadian isteri barunya itu. Mood Cherry yang berubah-ubah sangat sulit buat dipelajari nya. Duluaran sama ia termasuk juga playboy kelas kakap yang bisa menaklukkan setiap jenis wanita tak perduli bagaimana rating kecantikannya. Tapi, Cherry tampak menerimanya meski dimatanya masih jelas terlihat ia tak menyukai Rayn.
Cherry tampak berfikir sejenak, lalu melebarkan senyumnya yang manis. Yah, menurutnya ia berhasil untuk tersenyum tapi tag terlihat hanyalah lengkungan yang patah. Ia tak bisa membohongi diri dengan cara seperti itu, ia masih terlalu rapuh dan tak bisa direngkuh.
"Jangan bicara kalau kamu merasa terluka." cegah Rayn.
Cherry tersenyum dan menggeleng meski bulir dimatanya hampir jatuh juga. "Aku tidak akan menyimpannya lebih lama lagi. Toh, semuanya sudah berakhir sekarang." katanya.
"Ini hanya _"
"Ini adalah kesalahan terbesar ku, Rayn. Seandainya aku tak terlalu menuntut Reyn menikahiku secepatnya mungkin ia tak akan menyakitiku dengan cara seperti ini. Kamu tau rasanya?"
Cherry benar-benar menitikkan air mata. Ia menghela nafas panjang yang berat lalu menatao wajah suaminya itu. "Aku ingin membantu keluargaku agar bertahan dan terbang lebih lama lagi, dan aku begitu mencintai Reyn. Apakah aku salah memintanya segera menikahiku? Aku sangat takut jika suatu hari nanti posisiku akan tergantikan di hatinya. Saat pagi tiba aku menerima sebuah undangan dan tentara Reyn meninggalkan aku."katanya terisak.
"Reyn juga pasti_"
"Aku pikir ia memang mencintaiku sehingga aku bisa menciptakan alur happy ending dalam hidupku. Tapi nyatanya, endingnya memang tak akan pernah berubah. Ia tetap meninggal aku. Ia mengingkari janji yang terucap dari mulutnya sendiri," katanya pilu.
Saat itu, naluri laki-laki Rayn mengatakan kalau wanita di hadapannya ini memang sedang membutuhkan sandaran. Ia mengulurkan tangan dan menarik Cherry ke dalam pelukannya dan membiarkannya menumpahkan air matanya di sana.
Yah, ia memang tak mencintai wanita ini tapi menjadikannya berharga adalah suatu kewajiban.
"Aku akan menjagamu, Cherry. Sampai kamu benar-benar menemukan cinta sejatimu."bisiknya.
"Kamu tidak perlu kasihan padaku. "kata Cherry seolah ia menolak kehadiran Rayn. Tapi, ia malah membenamkan kepalanya kian dalam di pelukan orang yang sudah menikahinya itu. Yah, saat ini hatinya memang masih milik Reyn. Tapi menghindari Reyn adalah pilihan terbaik yang ia punya.
"Aku hanya bingung kenapa harus kita yang ditumbalkan. Toh, seharusnya orang tua kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik tanpa harus mengorbankan kua seperti sekarang ini," kata Rayn.
Cherry menggeleng. "Jadikan aku istrimu di atas kertas dan aku akan menjadikan kamu suami penaku. Aku tak akan melarang kamu mencintai ataupun mengencani wanita lain selain aku dengan catatan kamu bisa menghindari kemarahan keluarga besar kita," kata Cherry.
"Kamu berkorban terlalu banyak, Cherry."
"Aku akan lebih baik dengan itu."
"Akh, mengapa Reyn tega menyakiti wanita tulus dan baik sepertimu," bisik Rayn dalam dan mengelus puncak kepala Cherry lebih dalam.
BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments