Happy reading....
"Mengapa kamu yang datang?" kata Ayahnya pada Rayn.
"Mengnya lucu ya pa? Kalau aku pulang ke rumahku?" balas Rayn dengan mimik wajah yang super bingung.
Yah, bagi Tuan utama keluarga Rusdiantoro mungkin terasa memalukan jika sampai orang-orang tau kalau Putera kembarnya tertukar. Tapi bagi Rayn justru lebih membingungkan dan memalukan jika sampai Reyn tau orang yang menaninya dari dalam kandungan malah merebut kekasih hatinya.
"Pa, kenapa ngga nyuruh orang buat cari Reyn sih? Mungkin sesuatu sedang terjadi dengannya." kata Rayn dengan wajah semakin cemas dan panik menjadi satu.
Tuan Rusdiantoro manggut-manggut sambil memijit kepalanya. Yah, ia juga sama bingungnya dan semua hal membuatnya cemas. Tapi, bagaimana ia bisa menyuruh orang-orang nya mencari Reyn jika ia tidak mengatakan pada orang-orang kalau yang menikah itu bukanlah Reyn dan malah menjadi Rayn.
Tak ada pun seorang yang tau tentang fakta yang sebenarnya termasuk keluarga dari pihak Cherry. Bahkan tadi Cherry sempat mengatakan kalau ia setuju saja jika Papa mertuanya itu menukarkan identitas suami sah nya dengan calon suaminya sebelumnya.
"Aku terlanjur sakit hati dengan Reyn. Aku tidak akan memaafkannya karena telah berani membuatku malu, dan yang paling utama aku tak akan keberatan kalau Papa menukarkan identitas mereka. Toh, yang mengucapkan janji suci di depan Tuhan bersamaku bukan Reyn. Jadi yang sekarang suamiku juga bukan dia." kata Cherry tadinya.
"Kamu sangat baik hati, Cherry. Akh, kenapa Reyn berani melakukan hal yang begitu jahat pada kita? Apa yang kurang dengannya?" kata Ayah Reyn semakin frustasi.
"Pokoknya, apapun keputusan Papa aku akan menerimanya. Tapi Papa juga harus berjanji tak akan membuat malu keluargaku." kata Cherry lagi.
Tak pernah terbayang olehnya ia akan menyesali keputusan ini kelak di suatu hari. Mereka memang kembar identik, tapi tetap saja mereka berbeda satu sama lain. Yang di kencaninya Reyn pasti jauh berbeda dengan Rayn. Tapi saat ini harinya memang benar-benar sakit, sampai ia kesulitan walau sekedar bernafas saja.
Selanjutnya Cherry memang menangis di kamar pengantin yang kelak akan dipakainya bersama Rayn. Yah, ia membenci Reyn secara nyata dan ia tak akan memaafkannya lagi apapun alasannya. Jika saja orang tuanya tau hal itu, mungkin ia tak akan jadi menikah. Namun, membatalkan pernikahan di saat seperti ini adalah hal yang paling memalukan bagi setiap wanita .
"Mengapa engkau melakukan ini padaku, Reyn?" katanya bermonolog sambil membanting banyak dan menghancurkan tataan yang rapi.
Saat itu tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dan masuk begitu saja. Yah, ia adalah pengantin Pria yang telah resmi menjadi suami sah Cherry meskipun ia hanyalah saudara kembar dari sang kekasih. Ia tidak tersenyum dan sama sekali tak berkomentar saat melihat sprai yang hancur kacau balau.
Bahkan ia segera membuka tuxedo yang tadi dipakai nya tanpa ucapan ijin sepatah kata-pun. Jelas Cherry merasa tak nyaman sehingga ia berbali. Yah, jika ia keluar saat ini tak akan baik pada akhirnya.
"Kenapa tidak menelepon Reyn?" kata Rayn tanpa menatap isterinya itu.
Cherry menghela nafas. "Udah siap? Kamu tau aturan kan kalau_"
"Kenapa? Kamu tidak nyaman melihatku telanjang seperti ini?" kata Reyn memotong ucapan Isterinya.
"Husss, kamu memang beda dengan Reyn."
Rayn tersenyum dan menepuk bahu Cherry dari belakang. Tentu saja ia sudah berpakaian sopan dan terkesan menawan. "Bicaralah pada Reyn dan jujurlah pada Papa kalau kamu tak mau menerima aku menjadi suamimu." katanya.
Cherry berbalik dan menepis tangan Rayn. "Aku tak akan mempermalukan keluargaku." katanya ketus.
"Lalu kamu menerimaku menjadi suamimu?"
Cherry menelan ludah sukar. "Kamu berani mengucapkan janji suci dihadapan Tuhan dan seluruh umatnya. Bagaimana bisa_"
"Aku tidak mencintaimu Cherry, dan mungkin aku tidak akan pernah mencintaimu karena aku selalu berjanji tak akan merebut barang berharga bagi Reyn." balas Rayn lagi-lagi memotong ucapan Cherry.
Cherry mendengkus kesal." Kamu pikir aku mencintaimu? Jangankan mencintaimu, menyukaimu saja aku tak sudi." katanya seolah ia tak akan terpengaruh selanjutnya.
"Tapi kamu bergantung padaku." kata Rayn memperingati.
Cherry tau Rayn benar adanya. "Aku akan dihukum dan dikucilkan jika orang tuaku tau pernikahanku dipermainkan. Dan mungkin keluarga kalian juga akan kena imbasnya," katanya.
Rayn menghela nafas panjang yang berat. Yah, ia tau dampak yang akan diterima keluarganya jika fakta pernikahan ini terungkap. Dan tadinya juga Ayahnya sudah menyuruhnya untuk mengubur fakta itu dalam dalam.
"Papa tidak mau tau, Rayn. Mulai sekarang kamu adalah Reyn. Papa akan mengaturkan hal sebaliknya jika anak durhaka itu datang." kata ketua utama Rusdiantoro itu dengan wajah merah padam.
"Papa tak bisa bertindak sesuka Papa dong, ini masalah hati, masa depan Reyn." tolak Rayn mentah-mentah.
"Persetan dengan urusan hati mereka. Papa tak pernah mengajarkan kalian menjadi laki-laki yang pengecut dan tak bertanggung jawab kan? Yang paling penting adalah harkat dan martabat keluarga ini tidak boleh jatuh ke dasar jurang. Apa jadinya jika kita membuka fatka itu sekarang? Kamu mau Papa hancur?" kata Rusdiantoro matah.
"Papa mau mengorbankan aku dan Reyn? Bukankah Papa_"
"Papa tidak perduli soal semuanya, yang penting kalian berdua harus tetap hidup."
"Pa, aku sama sekali tidak mencintai Cherry dan mungkin aku tak akan pernah mencintainya."
Untuk pertama kalinya sosok tangguh Rayn tampak goyah. Ombak dimatanya beriak, dan matanya segera memanas. Ia sangat kecewa dengan fakta yang harus dilakukannya sekarang ini. Bukan hanya tentang Reyn, ia juga punya seseorang yang ia sukai jatuh disana.
"Urusan cinta ibaratkan biji tanaman, Rayn. Kamu tidak akan tau kapan ia akan tumbuh, tapi kalau kamu menyiram dan memupuknya dengan rajin ia pasti akan tumbuh." kata Rusdiantoro lagi.
"Aku punya seseorang yang aku cintai dan ingin aku nikahi, Pa." Suara Rayn mendadak serak.
"Dia pasti mengerti kalau kamu mengatakan kamu sudah menikah, Rayn." balas papanya lagi.
Yah, ia juga tau seberapa hancur hati kedua anak kembarnya itu.
Tapi tetap saja itu kenyataan yang harus mereka terima. Ia menepuk bahu Rayn, "Kamu berjanji di hadapan Tuhan bahwa kamu akan menjalani pernikahan ini sampai maut memisahkan kalian. Itu salah satu tanggung jawab juga Rayn." katanya.
Rayn sudah tak bisa mengucapkan sepatah katapun karena ia tau ia sudah tak punya kata-kata lagi. Sekarang yang harus ia pikirkan hanyalah bagaimana caranya menemukan Reyn dan segera meminta maaf padanya karena telah merebut sesuatu yang sangat berharga untuknya.
"Akh, di mana kamu Reyn?" gumamnya khawatir.
BERSAMBUNG ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments