Kepentok Cinta Kembaran CEO

Kepentok Cinta Kembaran CEO

Mendadak Nikah

Happy reading...

Suasana di kediaman Reynald Rusdiantoro masih tampak tenang meskipun sebagian keluarga besar sudah menunjukan sikap panik. Bagaimana tidak, pernikahan akan digelar sebentar lagi namun pengantin pria tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Yah, Cherry Bramasta Yangs, sebentar lagi akan mengucaokan janji pernikahan pada calon suami yang telah memenangkan hatinya. Dia mulai gelisah dan selalu berdoa meski hanya dalam hati saja.

"Aku yakin Reyn tak mungkin mengingkari janjinya,'' kata Cherry dalam hati sembari berharap kalau ucapannya itu kelak menjadi terkabul.

Tidak hanya Cherry, seluruh anggota keluarga tampak panik dan cemas. Pendeta yang sedari tadi menunggu, juga mulai menunjukkan kalau ia tak bisa berlama-lama lagi. Ini sudah hampir telat tiga jam dan itu akan membuat pekerjaan Pendeta bertambah karena ia harus menghemat waktu ke perjalanan selanjutnya.

"Apa yang dilakukan Reyn? Beraninya dia membuat kita malu!" kata Ayahnya dengan muka berang.

Yah, semalaman ia sudah bertanya pada Puteranya itu tentang kesiapannya. Bagaimana mungkin di waktu yang sudah tak panjang lagi Putranya itu melakukan hal seperti ini. Ia mengepal tangan geram karena tak bisa menahan marah lagi.

Sementara itu, di dalam ruangan luas dan terkesan sangat mewah Reyn bangun dan mengucek matanya bertanda kalau ia masih sangat ngantuk. Ia merasa kelelahan yang luar biasa sampai tertidur begitu lama dan ia masih merasakan ngantuk. Ia menggeliat santai, dengan harapan merasa lebih baik. Tapi sialnya matanya malah terbuka lebar tatkala jantungnya berdegup kencang.

"Hari apa ini?" gumamnya sendiri.

Seketika ia melirik jam tangannya dan bagaimana kagetnya dia menyadari kalau hari sudah merangkak ke jam 12 siang. Bagaimana ia bisa terlambat di hari penting seperti ini, pasti Cherry akan cuek dan membiarkannya beku setahunan jika hari ini tak berjalan sesuai rencana.

"Mimpi apa sih aku?" katanya memukul kepala sendiri.

Dengan gerak cepat Reyn melangkah keluar ruangan yang ia sebut sebagai tempat kerja dengan pikiran yang kacau balau. Ia sangat kecewa pada dirinya sendiri, apalagi Cherry dan keluarga besarnya. Pasti mereka sudah menunggunya disana selama berjam-jam tanpa hasil.

"Sial!" gumamnya kesal sembari membanting stir.

Yah, seharusnya tidak seperti ini. Jalanan malah macat dan menyusahkan diri Reyn yang sudah di ujung tanduk. Semua itu karena Wenny, wanita tak tau malu yang sangat menyukai Reyn, meskipun jelas-jelas Reyn sudah menolaknya dan mengatakan kalau ia akan segera menikah.

Semalaman Reyn disibukkan karena pekerja, dan Wenny masuk mengantarkan dokumen penting dan pastinya ia memasukkan obat tidur pada kopi disamping Reyn.

Akh, mengingat semuanya ini jelas-jelas membuat Reyn sakit kepala dan vertigo mendadak. Ia membanting stir lagi dan berusaha memohon dalam hati agar semuanya berjalan lancar. saat sedang asik-asiknya larut dalam kemarahan, ia merasakan getar ponsel di saku celananya.

Matanya langsung berubah gugup tatkala melihat nama Cherry yang tertulis di sana. Ia tau jika ia diam dan bersikap pengecut, kekasihnya yang sudah sepulug tahun berjuang padanya itu akan sedih. Tetapi, jika ia mengangkat panggilan itu alasan apa yan harus ia berikan.

"Kenapa semuanya jadi seperti ini?" katanya sembari menghela nafas.

"Halo, Hanny ...."

'Kamu serius denganku, Reyn?'

Kata-kata yang terkesan lembut namun mengandung bawang itu meluncur mulus dari telinga Cherry dan direspon oleh telinga Reyn. Bukan bagaimanapun, sikap Cherry yang seperti inilah yang membuatnya sangat terikat dan sulit untuk berpaling. Wanita yang selalu memberikan support terbesar bagi Reyn tak perduli apapun yang terjadi.

"Maafkan aku, Cherry. Aku akan segera datang, macat panjang sedang ...."

'Akan? Kamu sengaja membuat aku malu,Reyn? Please jangan buat keluargaku malu juga kalau kamu memang tak mencintaiku.' kata Cherry dari sebrang sana.

Tak bisa ia pungkiri, air mata jatuh juga saat ia mengatakan hal itu. Ia bicara apa adanya, dan tak akan membiarkan keluarganya juga malu karena dirinya yang salah memilih Reyn. Ia menghapus air matanya kasar, dan memutuskan hubungan telepon.

Suasana benar-benar riuh, karena Pendeta sudah bangkit dan mengatakan akan pulang.

Yah, ia pasti tidak sesantai yang keluarga ini pikirkan sampai hari penting seperti ini pun hancur begitu saja.

"Tunggu tiga puluh menit ke depan, Pak. Saya akan menurunkan untuk bergegas." kata Ayah Teyn meyakinkan pak Pendeta agar jangan pergi.

"Tiga puluh menitnya dimulai dari kapan?" kata Pak pendeta lumayan kesal namun ia tahan karena sadar kalau ia bekerja atas nama Tuhan yang maha pengasih dan penyayang.

"Saya akan memastikan pengantin pria segera datang,'' kata Ayah Reyn sembari mengangguk hormat.

Pak Pendeta menghela napas panjang berat sembari menutup mata sejenak kemudian membuka dan menatap orang tua yang tengah mengemis kebaikan darinya ini. Sial, jika bukan ia seorang Pendeta pasti saja ia suda pergi daripada harus bermain dengan orang tak bisa menghargai orang lain.

"Baiklah. Saya berikan waktu dia puluh menit mulai dari sekarang. Jika pengantin pria tak juga muncul, mohon maaf saya harus segera pergi," kata pak Pendeta.

Setelah berucap seperti itu yang langsung diaminkamboleh keluarga besar Rusdiantoro sembari mencoba menghubungi Reyn lagi. Sementara Cherry sendiri sudah lemah dan mendadak terpaksa duduk dan menahan air matanya agar jangan menetes.

Disaat kegalauan yang semakin menjadi itu, muncullah sosok Reyn yang mengenakan pakaian biasa. Dengan cepat, ayahnya menarik tangannya dan memaksanya mengenakan tuxedo karena waktu sudah sangat singkat.

"Ayah, aku---''

"Jangan membuatku malu. Segera lakukan pernikahan ini jika kamu masih ingin dicatat sebagai anggota keluarga ini!" potong Ayahnya cepat dengan raut wajah kesal bercampur marah yang disatukan.

Tampaknya semua orang sama saja. Tak ada yang perduli bahwa sosok Reyn yang mereka kenali bukan Rayn yang baru pulang dari liburan paniangnya di luar Negeri. Tentu saja Rayn kaget bukan main dengan pernikahan dadakan ini, tapi ia masih tak punya kesempatan untuk bicara.

Akhirnya pernikahan itu segera dilangsungkan dan semua orang berdoa untuk kebahagiaan kedua mempelai yang sangat serasi ini. Kini tibalah saatnya untuk kedua mempelai mengucapkan janji suci untuk saling mencintai dan menghargai seumur hidup.

Saat Ryan mengucapkan janji suci itu, mendadak wakga Cherry pucat pasi saat menyadari kalau pria yang sedang bersamanya bukan sang kekasih, melainkan saudara kembarnya yang memang identik dengannya. Mendadak tangannya bergetar hebat, sehingga ia kesulitan untuk bicara.

'Sial! Mengapa harus Rayn yang datang?' kata Ayahnya dalam hati.

Kepala keluarga Rusdiantoro itu mendadak kaget bukan main. Tapi, demi menjaga harga diri dan martabat keluarganya, ia memberikan kode pada Rayn yang juga menatapnya dari sana agar jangan mengungkapkan fakta yang sebenarnya.

BERSAMBUNG....

Terpopuler

Comments

🌈Rainbow🪂

🌈Rainbow🪂

👣

2023-04-05

1

Kar Genjreng

Kar Genjreng

Ku simpan dulu Thor Aisyah..ok 👍

2023-04-01

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!