Malam yang semakin sunyi, masih menceritakan tentang malam pertama penuh luka dan menyedihkan yang Valesha alami.
Semilir angin di malam itu, jelas meledek Valesha, mempermainkan tubuh Valesha sampai rasanya dingin sekali, seolah sengaja di tusuk tubuhnya dengan kekuatan angin di malam pertamanya.
Apalah daya, jika seharusnya dia melalui malam pertama di rumah Axelo dengan penuh kehangatan dan juga kebahagiaan, nyatanya semua itu hanya mimpi semata.
Ia yang terlalu bodoh dan jelas tak punya kekuatan untuk melawan Axelo dengan sisa kekuatannya, pun pria itu selalu mengancam dia dengan kelemahan yang dia miliki, ayah kandungnya.
Kini malam pertama pun terlewat olehnya hanya dengan berlinang air mata, seolah membanjiri sekujur tubuhnya, bahkan membuat dirinya tenggelam dalam kesedihan yang amat luar biasa.
Bagaimanapun juga, dia tak memiliki kekuatan untuk melawan, ia juga tak punya pegangan yang erat jika suatu hari memilih untuk lari dari rumah ini.
Namun haruskah dia tetap melalui kehidupan di tempat neraka jahanam ini? Mengapa semuanya semakin terasa rumit? Ia yang pada mulanya memilih untuk menikah dengan Tuan Axelo Devandra Wicaksono, pengusaha terkenal dan ternama di kota X, memiliki dua puluh perusahaan yang sukses mempengaruhi pemasaran terbesar di kota, nyatanya semua itu hanya akan menjadi mimpi buruk Valesha di sepanjang hidupnya.
Ia kini harus terkurung di kamar berukuran kecil yang bersebelahan dengan kamar Axelo, dan harus mendengar pula jeritan menjijikan dari mereka berdua dengan sangat jelas.
Hampir satu malam penuh dia hanya bisa menggigit jarinya, mendengar lenguhan dari kamar sebelahnya, lenguhan dan suara yang sangat memuakkan di telinganya, hingga membuat dia terus berderai air mata, dan mencoba menutup kedua telinganya dengan tangannya, berharap dengan begitu dia dapat mengabaikan suara itu, dan lekas tertidur dengan lelap.
Bahkan hingga pagi harinya, Valesha nampak tak segar, akibat semalaman tidak bisa tertidur dengan nyenyak di kamarnya. Matanya berkantung, sembab dan merah, karena semalaman menangis tiada henti, mendengar dan merasakan kekejaman Axelo yang berbuah luka dan kesedihan di hatinya.
Ia beranjak dari tidurnya dengan sempoyongan, berlalu menuju ke arah kamar mandi, lalu mengguyur tubuhnya yang masih lemah.
Syuurrrrrr!
Suara shower mengeluarkan air hangat dengan deras menimpa tubuhnya, membuat sekujur tubuhnya yang malam tadi basah akibat air mata.
Ia membersihkan semuanya, juga mencuci mukanya, ingin terlihat lebih segar dan lebih baik. Meski ia pun tak dapat berbohong, air ini tak akan mampu menembus hatinya, dan mengobati lukanya, namun setidaknya, berusaha membuat diri lebih baik memang tak ada yang salah, bukan?
Tok tok tok!
Suara ketukan pintu dari arah luar membuat dirinya bergeming. Ia yang telah selesai dengan aktivitas mandinya pun akhirnya bergegas mengenakan handuk putihnya, dan berjalan keluar dengan wajah datar.
Cklek!
Seorang pelayan terlihat menundukkan kepalanya memberi hormat.
"Pagi, Nyonya.." sapa pelayan muda itu kepadanya, namun naasnya, ia malah membalsnya dengan tanpa ekspresi.
"Kenapa datang ke kamarku?" Tanya Valesha dengan ketus.
"Tu-tuan memintaku memanggil Nyonya, semuanya sudah menunggu di meja makan nyonya.." jawab pelayan itu dengan sangat sopan.
Pelayan itu melirik sedikit, mencoba melihat paras cantik yang sejak semalam ingin sekali dia lihat. Hanya sebentar saja, sampai akhirnya dia menyadari nyonya di depannya terlihat sangat bersedih dan kecewa atas semua yang terjadi.
Ia lalu menundukkan kepalanya lagi, tak ingin juga memandang wajah Nyonya Valesha yang tengah marah dan berselimut kecewa itu, baginya wajah seperti itu sangatlah menyeramkan.
"Baik, aku akan turun!"
Blam!
Hanya empat kata itu yang keluar dari mulut Valesha, membuat sang pelayan tak bisa mengatakan apapun lagi sebagai penutupan, karena Valesha lebih dulu membanting pintu kamar, dan meninggalkan wajahnya di luar seorang diri.
Setengah jam telah berlalu, Axelo sudah memainkan sendok di tangan kanannya sampai bosan, bahkan sendok itu seakan hampir bengkok di putarnya, hingga akhirnya, dia yang kesal memilih untuk membanting sendok di tangannya dengan kasar di atas meja.
Brak!
Semua orang di sana terkejut, termasuk juga Sheilin yang memang sudah memahami tabiat dari pria miliknya itu. Ia tahu Axelo pasti sangat marah menunggu istri sahnya keluar dari kamarnya.
Segera saja Sheilin memberi kode pada pelayan untuk kembali menjemput Valesha di kamarnya, tak ingin membuat Axelo semakin marah dan bisa merusak apa saja yang ada di depan matanya.
Seorang pelayan nampak bergerak memulai langkahnya, berpikir akan segera menjemput Nyonya Valesha dari kamarnya, sebelum sang tuan berubah menjadi monster penghancur di meja makan.
Namun baru beberapa langkah dia berjalan, sosok yang di tunggu malah terlihat mulai turun dari tangga, menampilkan kecantikan dan kesegaran tubuhnya di depan semua orang.
Riasan tipis-tipis di wajahnya, pakaian yang cantik nan anggun, dengan wangi parfum yang tak terlalu mencolok di hidung, dan rambut yang di gerai dengan indah.
Kaki-kaki jenjangnya terlihat sangat anggun saat memakai sepatu hak tinggi menuruni tangga, dan kemudian berjalan mendekat ke arah meja makan, membuat semua mata memandang ke arahnya, melahirkan kekaguman akan kecantikannya yang natural dan tanpa di buat-buat.
Satu orang merasa iri, pun mendadak merasa tersaingi. Entah mengapa Valesha terlihat lebih cantik darinya, dari segi manapun.
Di kepalkan kedua tangannya dengan penuh kebencian, di bangkitkan saja tubuhnya dengan cepat, lalu bergerak lah tangan kanannya mendekat ke arah Valesha, lalu menamparnya.
Plak!
Satu tamparan yang sangat keras, memang sangat keras.
Valesha bahkan sampai memalingkan wajahnya akibat pukulan tangan Sheilin itu. Ia merasa sangat panas pada bagian pipinya, perih, dan juga terluka di hatinya.
Ia yang menjadi Nyonya besar di rumah ini, tapi mengapa Sheilin malah menampar wajahnya? seolah dia hanya babu dan Sheilin lah yang memiliki kekuasaan di rumah ini.
Ck!
Dunia memang aneh, kadang tamu tak di undang malah semena-mena pada tuan rumahnya, ya, memang sangat aneh.
"Baru semalam tinggal di rumah Axelo, tapi lagakmu sudah seperti Nyonya! Bangun kesiangan, semena-mena membuat orang menunggu! Kau pikir dirimu siapa?! Hah!?"
Cih! Entah Valesha yang merasa benar, atau memang Sheilin yang sangat bodoh.
"Hahh! Bukankah kau sendiri juga tahu siapa yang Nyonya di rumah ini!?" Balas Valesha dengan menatap Sheilin penuh keberanian.
"Apa katamu?"
Merasa di tantang oleh ucapan Valesha barusan, Sheilin menjadi sangat marah. Pukulan yang sebelumnya dia layangkan, entah mengapa dia kembali berpikir untuk melakukannya, mencoba mendaratkan pukulan di wajah Valesha.
"Kurang ajar!!"
Plak!
Namun tangan nakal itu berhasil di genggam Valesha, di tangkap dengan penuh kekuatan, di tahan dengan segala amarah di hatinya.
"Axelo! Lihat istrimu ini! Dia sudah berani macam-macam denganku!!"
Valesha menatap Axelo, menunggu selanjutnya, apakah Axelo akan lebih berpihak padanya, atau pada wanita di depannya ini.
Semoga Axelo memilih jalan yang benar..
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
mom_abyshaq
lawan terus alesha....
2023-05-24
1
A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿
semangat terus lesha,, 🌹 untukmu 🤗
2023-05-08
2