Ia mulai terlihat menarik tirai panjang yang terjuntai pada jendela kamarnya, berpikir ingin segera melarikan diri dari tempat jahanam ini.
Dengan keterampilan seadanya, ia mencoba menyambung tirai putih tersebut dengan cepat, lalu mengikatnya di pegangan balkon lantai dua, berpikir bisa melarikan diri melalui jalan pintas sederhana yang dua buat.
"Ayah maaf putrimu akan segera pulang," gumam Valesha dengan lirih, menyiratkan betapa luka di hatinya yang masih belum juga usai.
Dia melepas sepatu pengantin yang dia kenakan, lalu membuangnya ke permukaan lantai di bawah sana, untuk memudahkan dia turun melalui tirai ini nantinya.
Ia yang masih mengenakan gaun putih perkawinannya itu pun terlihat mulai turun dari lantai dua menggunakan jalan tirai yang dia julurkan ke bawah.
Namun tak perlu memakan waktu yang lama, dia yang memang sangat cekatan dan lihai akhirnya bisa menuruni lantai dua dengan kemahiran dan kecepatan pergerakannya.
Ia menapaki pelataran rumah Axelo yang selama ini dia sendiri bahkan tak pernah menginjaknya.
Axelo memang tak pernah mengajak Valesha datang ke tempat ini, entah sekedar bermain, atau apapun, Axelo tak pernah mengizinkannya.
Kini wanita itu berjalan dengan perlahan, bak maling yang takut ketahuan oleh sang pemilik rumah, wanita itu nampak berjalan menuju pintu gerbang rumah besar dan megah itu dengan sangat ketakutan.
Namun betapa beruntungnya dia, yang tidak menemukan siapapun di sana. Dia yang memiliki nyali penakut memang harus di acungi jempol saat mencoba melintasi pagar tinggi berukuran dua setengah meter itu.
Tak membutuhkan waktu lama, wanita yang ahli dalam memanjat itu pun akhirnya bisa melalui pagar besi di depan rumah Axelo tanpa hambatan, meski ia mengenakan gaun pengantin sekalipun.
Namun naas, dua pria bertubuh kekar terlihat keluar dari rumah Axelo dan mendapatinya sudah berdiri menapaki jalan raya di balik pagar.
"Hey! Mau kemana kamu!?" Teriak salah seorang dari mereka ke arah Valesha membuat wanita itu terkejut.
"Ah? Sial!" Umpat Valesha sambil meraih sepatunya, dan kemudian berlangsung pergi meninggalkan tempat itu dengan cepat.
Aksi kejar-kejaran pun akhirnya tetap harus terjadi. Dua pria berotot dan berbadan kekar itu akhirnya menyusul langkah kakinya, membuat dia bisa atau tidak harus berlari dengan sangat cepat untuk mengindari mereka berdua.
"Berhenti kamu!!"
Tak tak tak tak tak!
Lari mereka cepat juga, bahkan Valesha tidak bisa mengambil nafas dengan baik karena mereka terus saja mengejarnya, sampai akhirnya, kini ia telah berada di sebuah hutan.
Ia tak lagi peduli mau kemana dia melangkah. Asal bisa lari saja dari kejaran dua pria itu, di dalam hutan pun tak masalah baginya.
Terus saja dia lajukan kecepatan larinya, sampai akhirnya nafasnya seolah tak mau sinkron.
Berhentilah dia karena nafasnya telah terpenggal-penggal, mengisyaratkan kepadanya paru-parunya sudah tak kuat lagi untuk di ajak berlari.
"Ayolah, Valesh, kau harus segera menjauh dari mereka!"
Valesha mencoba untuk melangkah kembali, tapi sekuat apapun dia memaksa diri, tetaplah dia tak lagi sanggup berjalan.
Ia akhirnya harus terjatuh dengan pasrah, apa lagi saat ia dapati dua pria itu telah berdiri dengan gagahnya di depan matanya.
"Mau lari lagi?"
.........
Brakk!!
"Arkh!"
Pekik Valesha sesaat setelah tubuhnya di banting, membentur meja ruang tengah tempat di mana Axelo dan kekasihnya tengah asik bermesraan.
Pria itu tak menggubrisnya, hanya terus memainkan rambut kekasihnya yang bernama Sheilin, kekasih yang menemaninya selama lebih dari dua setengah tahun.
"Bos! Dia berusaha lari dari sini!" Ucap salah seorang pria yang berhasil menangkap Valesha beberapa saat yang lalu.
Mendengar perkataan salah satu anak buahnya, Axelo jadi berhenti dari aktivitasnya.
Ia berhenti mengelus dan memainkan rambut Sheilin, dan kemudian berdiri perlahan mendekati Valesha.
Pria itu terlihat membuang nafasnya dengan berat, hingga duduklah dia memilih menemani Valesha berada di atas lantai.
"Axelo, tolong lepaskan aku, hu.. hu.. aku ingin pulang ke rumahku.." Ucap Valesha membuat perasaan Axelo semakin bertambah panas.
"Pulang? Kau ingin pulang? Apa kau yakin ayahmu tidak akan terkejut? Aku tak yakin apa dia bisa menahan nyawanya saat tahu kau pulang di malam pertama kita!"
Valesha terdiam membisu. Hanya terdengar isak tangisnya yang mulai samar-samar hilang dari pendengaran, lalu di susul air matanya yang kemudian juga berhenti menitih.
Di pikirkan olehnya keadaan sang ayah yang sakit keras, dan tidak boleh terkena tekanan apapun. Jadi apa yang akan terjadi selanjutnya jika sang ayah melihat dirinya pulang di malam pertamanya bersama Axelo?
Ya, benar kata Axelo, ia tak akan mungkin bisa menjamin keselamatannya.
Pria itu mendekat ke arah Valesha, lalu mengangkat dagu wanita itu, menatap kedua matanya yang sembab berkantung sebab sejak sore tadi terus saja menangis tanpa berhenti.
"Lihatlah dirimu! Begitu bodohnya kau! Sampai-sampai kau tak berpikir sejauh itu," ucap Axelo dengan tatapan tajamnya, "aku tidak suka saat orang yang aku tahan di rumahku, berusaha melarikan diri! Atau dia, sudah tak sayang lagi pada nyawanya.."
Pria itu terlihat membuang dagu Valesha, dan kemudian memalingkan mukanya, seolah jijik sekali melihat Valesha di depan matanya.
Di bangkitkan saja tubuhnya mencoba meninggalkan Valesha, lalu dia arahkan tangan kanannya mencoba merangkul tubuh kekasihnya.
"Sayang, kau ingat malam ini kau punya janji?!" Tanya Axelo pada Sheilin, sembari mendekatkan bibirnya ke arah rambut wanita itu.
"Ya, mari kita menikmati malam pertamamu.." jawab Sheilin sembari memasang wajah penuh ledekan untuk Valesha, seolah bangga sekali bisa berada di sisi Axelo, dan menghina Valesha habis-habisan.
Dua iblis itu mulai bergerak meninggalkan Valesha di tempat itu sendirian, menuju ke kamar Axelo, dan kemudian berperang di malam pertama pernikahan Axelo dengan Valesha.
Dua iblis yang sangat menjijikkan, ingin sekali menghancurkan wajah mereka, mencabik-cabik keduanya sampai hancur lebur tak berbekas, rasanya memang sangat pedih saat melihat kemesraan keduanya di depan mata.
Kejam sekali, di saat seharusnya bahagia menyelimuti Valesha, namun wanita iblis itu malah merenggut semua yang harus menjadi milik Valesha.
Wanita itu bahkan tak menampakkan wajah ibanya pada Valesha saat Axelo menjatuhkan dan menghancurkan perasaan Valesha di malam pertama mereka.
Kini hanya sekedar tangis penuh penyesalan yang mengiringi kehidupan Valesha di masa depan. Kehancuran yang melanda hatinya, pun melanda rumah tangganya, tapi apalah daya, ia tak sanggup lari. Ibarat kata, maju salah, mundur pun lebih salah, tak ada yang bisa membuat dia terbebas dari dunia kejam dan penuh dendam milik Axelo, sekali Axelo mendapatkannya, maka ia tak akan pernah bebas, kecuali Axelo sendiri yang menginginkannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments