chap 4

Bab 4

"Tiara, bisa-bisanya kamu ngomong kaya gitu," gerutu Bu Ismiyati kecewa pada sang menantu.

Padahal maksud hati Bu Ismiyati baik. Wanita paruh baya itu hanya ingin mendisiplinkan menantunya. Bu Ismiyati hanya berharap menantunya bisa mengurus rumah dan suami dengan baik.

Ibunda dari Dimas itu pun bergegas menyingkir dari pintu dan tidak ingin lagi menguping pertengkaran antara Dimas dan Tiara. Setelah terlibat adu mulut, Tiara pun keluar dari kamar dan pergi meninggalkan rumah.

"Tiara, kamu mau ke mana?" tegur Bu Ismiyati pada Tiara yang sudah berjalan menuju pintu keluar.

"Mau beli lauk buat makan malam," sahut Tiara singkat. Tiara sudah tidak peduli lagi jika ibu mertuanya akan marah dirinya tidak memasak. Tiara lelah dan tidak ingin memaksakan dirinya untuk mengurus pekerjaan rumah.

Begitu Tiara pergi, Bu Ismiyati pun segera menghampiri putranya. Dimas terlihat murung setelah bertengkar dengan Tiara.

"Dimas, bisa kita bicara sebentar?" pinta Bu Ismiyati pada Dimas.

"Ada apa, Bu?" tanya Dimas.

Keduanya pun segera mencari tempat duduk yang nyaman dan berbicara empat mata selamat Tiara tidak ada di rumah. "Kamu bertengkar sama istri kamu, ya?" tanya Bu Ismiyati langsung pada intinya. Saat beradu mulut, Dimas dan Tiara berusaha sekeras mungkin untuk tidak mengeluarkan suara kencang. Tapi sayangnya pertengkaran antara mereka tetap ketahuan oleh Bu Ismiyati.

"Kita cuma berdebat kecil, Bu. Nggak perlu cemas," sahut Dimas.

"Berdebat kecil? Kamu nggak perlu bohong lagi sama Ibu! Ibu dengar semuanya!" timpal Bu Ismiyati. "Ibu nggak habis pikir sama Tiara. Ibu benar-benar kecewa. Ibu cuma pengen Tiara jadi istri yang disiplin. Tapi Tiara justru ngira Ibu nyiksa dia."

"Bukan begitu, Bu!"

"Kamu nggak perlu belain istri kamu lagi! Istri kamu memang keras kepala dan nggak bisa dikasih tahu!" omel Bu Ismiyati.

"Istri-istri haman sekarang emang banyak yang malas! Nggak kaya istri-istri jaman Ibu dulu," sambung Bu Ismiyati mulai membandingkan antara dirinya dengan sang menantu.

"Sekarang udah beda jaman, Bu. Tolong jangan di samaratakan!"

"Mau di jaman apa pun juga, tugas istri nggak akan pernah berubah sampai kapan pun!" tegas Bu Ismiyati. "Selama di kampung dan ngurus bapak kamu, Ibu nggak pernah mengeluh. Memang tugas Ibu sebagai istri itu harus bisa memasak dan mengurus rumah. Ibu selalu bangun pagi. Ibu selalu masak makanan buat bapak kamu. Ibu nggak pernah beli. Ibu juga bisa mengurus rumah dengan baik. Rumah selalu bersih dan rapi di tangan Ibu. Pakaian dan piring kotor juga nggak pernah menumpuk kaya di sini. Ibu juga sering bantu bapak kamu di ladang. Ibu nggak pernah mengeluh sedikitpun."

Dimas hanya diam dan mendengarkan perkataan sang ibu sampai habis. "Memangnya kenapa kalau istri kamu bekerja? Mau dijadiin alasan buat malas-malasan begitu? Ibu dulu juga bekerja di ladang bantuin bapak kamu! Tapi rumah tetap bisa terurus. Bapak kamu juga bisa ke urus. Semuanya tergantung istri kamu mau bersikap disiplin atau enggak!" sambung Bu Ismiyati.

Wanita paruh baya itu tetap ngotot ingin memaksakan kebiasaannya pada sang menantu. "Kamu harus bisa didik istri kamu lebih baik lagi! Istri kamu mulai jadi pembangkang! Istri kamu mulai malas-malasan! Kamu mau seumur hidup tinggal sama istri yang nggak bisa ngurus suami kaya Tiara?"

"Jangan ngomong gitu, Bu! Aku yakin kok Tiara juga sedang berusaha. Nanti Dimas coba bujuk Tiara lagi. Maaf sebelumnya ya Bu kalau ada kata-kata Tiara yang membuat ibu tersinggung," ucap Dimas kemudian. Pria itu memang tidak bisa membantah ibunya. Dimas akan menurut dan mencoba membujuk Tiara lagi agar lebih patuh.

****

Hari berikutnya, Tiara masih sama saja seperti sebelumnya. Bahkan bertambah parah. Tiara kembali membeli makanan di luar dan mencuci baju di tempat laundry.

Tiara tak mau lagi menuruti kemauan ibu mertuanya. Di saat wanita itu merasa lelah, Tiara pun lebih memilih untuk beristirahat.

Bu Ismiyati pun menjadi lebih diam selama beberapa hari terakhir. Wanita paruh baya itu tidak memberikan banyak komentar pada apa pun yang dilakukan oleh Tiara.

"Ya udah kalau nggak mau masak, aku juga bisa masak buat anakku sendiri," gumam Bu Ismiyati tanpa ingin mengusik Tiara lagi. Kalau memang Tiara tidak mau diberitahu, lebih baik bu Ismiyati menyerah dan mengurus putranya sendiri.

"Bu, mau ke mana?" tegur Dimas pada sang ibu yang hendak keluar dari rumah di pagi buta.

Bu Ismiyati sudah selesai membersihkan rumah. Kini giliran wanita paruh baya itu memasakkan sarapan pagi untuk sang putra sebelum Dimas berangkat kerja.

"Mau ke warung," sahut Bu Ismiyati.

"Mau beli apa? Biar Dimas yang beliin. Nanti juga Tiara boleh lauk ke warung," timpal Dimas.

"Ibu bukan mau beli lauk matang. Ibu membeli sayur," jawab Bu ismiati. "Ibu mau masak. Nggak bagus juga kalau kamu jajan tiap hari. Nggak sehat."

"Nggak perlu repot-repot, Bu. Ibu bisa istirahat di rumah," cetus Dimas tidak ingin membuat ibunya kelelahan mengurus rumah.

Bu Ismiyati mengulas senyum tipis. "Nggak repot kok. Ibu pengen anak Ibu makan masakan rumah."

Bu Ismiyati pun bergegas mencari warung yang menjual sayur di dekat rumah. Untungnya ada warung komplek yang tidak jauh dari rumah sang putra. Bu Ismiyati segera menyambangi warung tersebut untuk berbelanja kebutuhan dapur.

"Silakan, Bu! Ada sayur, ada daging, ada tempe. Sayur matangnya juga ada, Bu!" tawar pemilik warung pada Bu Ismiyati.

Saat Bu Ismiyati tiba di warung tersebut, Bu Ismiyati berpapasan dengan pasangan suami istri yang juga hendak berbelanja di warung itu. Pasangan suami istri itu tersenyum pada Bu Ismiyati dan menyapa wanita paruh baya itu untuk sekedar berbasa-basi.

"Mau belanja, Bu?" sapa seorang wanita bernama Manda.

"Iya, Mbak!" sahut Bu Ismiyati dengan ramah. "Belanja sama suami, ya?"

"Iya Bu. Ini suami saya. Ibu warga baru di komplek ini, ya?" tanya Manda.

"Oh, nggak! Kebetulan anak saya punya rumah di komplek ini. Saya tinggal di rumah anak saya," ungkap Bu Ismiyati.

Ibunda dari Dimas itu pun berkenalan dengan pasangan suami tersebut. Pasangan suami istri itu tidak lain ialah Manda dan Adam.

Manda dan Adam terlihat begitu harmonis hingga membuat Bu Ismiyati merasa iri. Apalagi melihat Adam menemani istrinya itu berbelanja.

"Mbak romantis banget sama suaminya. Sampai belanja ke warung aja ditemenin," komentar Bu Ismiyati.

"Saya memang suka ngintilin istri saya, Bu!" celetuk Adam.

"Iya, Bu. Suami saya emang tukang ngintil," timpal Manda sembari tertawa kecil.

Melihat Manda dan Adam nampak akur, membuat Bu Ismiyati mulai berandai-andai. Andai saja putra dan menantunya bisa menjadi pasangan harmonis seperti Manda dan Adam. Tapi yang ia lihat selama beberapa hari ini, justru hubungan Tiara dan Dimas semakin merenggang.

"Kapan aku bisa melihat Tiara dan Dimas saharmonis Manda dan Adam?" batin Bu Ismiyati penuh harap.

*****

Terpopuler

Comments

Windarti08

Windarti08

klo Ibu pulang kampung dan gak ngerecokin rumah tangga anakmu lagi, mungkin mereka bisa harmonis Bu...

2023-05-18

0

Windarti08

Windarti08

eh Bu Ismi... dulu Ibu ikut kerja cari duit buat bantu finansial suami gak?
klo gak kerja, gampang aja bilang bisa ngerjain semua kerjaan domestik seperti masak nyuci sampai beres-beres rumah karena seharian gak keluar rumah buat nyari cuan, ini posisi istri kerja, pulangnya aja lebih dulu suaminya, gimana mau ngerjain semuanya...
punya mulut jangan asal jeplak ya Bu...
jadi gemes emosi sendiri gue😖😖😖

2023-05-18

0

Riaaimutt

Riaaimutt

kita para istri yg kerja ngerasaain apa yg di rasain sm tiara. beh br bc aj uda berasa capek nya.. padahal baca nya sambil tiduran 😁😁

2023-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!