Imel tahu ada yang tidak beres saat Damar, orang yang merupakan kepercayaan papinya menjemputnya ke sekolah saat jam pelajaran tengah berlangsung, dugaan Imel semakin kuat saat melihat raut wajah Damar yang terlihat sendu.
"Om, apa yang terjadi, tidak terjadi sesuatu yang burukkan dengan papi." tanya Imel khawatir, gadis manja itu benar-benar takut kalau terjadi sesuatu sama papinya, dia hanya memiliki papinya didunia ini.
Damar menoleh ke arah Imel dan menatap gadis itu dengan rasa kasihan, gadis yang merupakan putri kesayangan atasannya, Damar juga sayang sama Imel, dia adalah gadis ceria, periang dan ramah kepada setiap orang, melihat wajah Imel, dia jadi tidak tega untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Om." tegur Imel karna bukannya menjawab pertanyaannya, laki-laki itu malah menatapnya, "Om kenapa diam saja, papi gak kenapa-napakan om, tidak terjadi sesuatu hal yang buruk sama papikan om, jawab Imel om." desak Imel penasaran.
Damar terlihat menghela berat, "Nanti nona bisa lihat sendiri." jawab Damar tidak memuaskan rasa ingin tahu Imel.
"Tidak bisakah om memberitahunya saja sekarang."
Damar menggeleng, dia rasanya tidak sanggup menceritakan semuanya sama Imel, "Nona bisa lihat sendiri nanti."
Damar kemudian menjalankan mobilnya keluar dari area sekolah tempat dimana Imel menuntut ilmu.
Imel bertambah khawatir saat Damar menghentikan mobilnya dirumah sakit, Imel menatap Damar dengan pandangan penuh pertanyaan.
"Om, jangan bilang papa..."
"Ayok turun nona." potong Damar dengan suara terdengar lemah.
"Ya Tuhan papi, apa yang terjadi." Imel mulai terisak, sudah bisa dipastikan papinya kenapa-napa.
*****
"Papiiiii." jerit Imel saat melihat papinya terbaring tidak berdaya, beberapa selang menancap dibeberapa bagian tubunya untuk menunjang kehidupannya.
Imel memeluk tubuh papinya yang terbaring tidak berdaya, Imel terisak, "Papii, kenapa bisa begini papi, jangan tinggalkan Imel, Imel tidak mau hidup sendiri." suara Imel benar-benar memilukan membuat orang yang mendengarnya sedih, tidak terkecuali Damar.
"Om." Imel membalikkan tubuhnya ke arah Damar, dia ingin meminta penjelasan kepada orang kepercayaan ayahnya itu tentang apa yang sebenarnya terjadi, "Apa yang terjadi, kenapa papi bisa seperti ini."
Damar tidak langsung menjawab pertanyaan Imel, dia menunduk sejenak untuk mencari kata-kata yang tepat untuk disampaikan kepada Imel, "Perusahaan papi kamu mengalami kebangkrutan Imel."
"Apa." Imel tidak percaya mendengar penjelasan dari bibir Damar.
"Perusahaan mengalami kerugian besar, dan itu bisa dipastikan membuat perusahaan yang selama ini dibangun oleh papi kamu mengalami kebangkrutan."
Imel menutup bibirnya, air matanya semakin deras mengalir, "Ya Tuhan, cobaan apa yang kau berikan kepada kami." rintih Imel.
Damar mendekat ke arah Imel, laki-laki yang juga menyayangi Imel sudah seperti anak kandungnya sendiri itu mengelus punggung Imel, "Kamu yang sabar Imel, ini adalah cobaan."
Imel mengangguk, Imel tidak masalah kalau dia dan papinya hidup miskin nantinya, yang sekarang dia inginkan hanya kesembuhan papinya.
Setelah pulang sekolah, ketiga sahabat Imel, yaitu Nuri, Gebi dan juga Juli datang ke rumah sakit menyusul Imel, mereka bertiga tentu saja tahu ada sesuatu hal buruk yang terjadi kepada Imel, sehingga Nuri meminta Imel untuk memberitahukan dimana keberadaannya saat ini, dan begitu tahu dimana posisi Imel, ketiga sahabatnya itu langsung bergegas menyusul Imel.
Mereka berempat berpelukan dan menangis bersama meratapi papi Satya yang terbaring lemah dibankar rumah sakit, satu yang mengalami masalah, yang lainnya ikut merasakan.
"Lo yang sabar ya Mel, ini cobaan dari Tuhan." Juli berusaha membesarkan hati Imel saat Imel menceritakan apa yang menimpa papinya.
Imel mengangguk, gadis cengeng dan manja itu kadang bisa bersikap dewasa pada tempatnya.
"Lo jangan sedih ya Mel, kami akan selalu ada buat lo." sahut Nuri.
Gebi menimpali, "Benar Mel, kalau lo butuh bantuan atau apapun, jangan pernah sungkan untuk ngomong sama kami."
Imel menangis, dia terharu karna memiliki sahabat-sahabat yang begitu tulus, "Hiks hiks, terimakasih karna elo semua ada untuk gue."
Mereka berempat kembali berpelukan, "Itulah yang namanya sahabat Mel, pokoknya kami akan selalu ada untuk lo, lo jangan khawatir atau merasa sendirian oke."
Imel mengangguk.
*****
"Tuan, ada sesuatu hal yang harus anda ketahui."
Hugo mendekati sang boss yang kini duduk dikursi yang biasanya diduduki oleh Satya dengan angkuh, Qian benar-benar puas karna berhasil membalaskan dendam orang tuanya dan membuat laki-laki yang telah menghancurkan keluarganya itu kini menderita dan tidak punya apa-apa lagi.
"Apa yang ingin kamu katakan Hugo, apa kamu ingin melaporkan kalau laki-laki brengsek itu telah meregang nyawa."
"Bukan tuan."
Hugo menyerahkan amplop berwarna coklat yang sejak tadi dipegangannya kepada Qian, Qian memandang Hugo penuh tanya.
Mengerti makna dari tatapan sang bos, Hugo menjelaskan, "Satya Cahya Abadi ternyata memiliki seorang putri tuan."
Qian menatap Hugo tajam, dan itu berhasil membuat Hugo ketakutan, dia selalu takut saat melihat mata horor sang boss, Qianu memang berniat balas dendam kepada Satya sampai ke akar-akarnya, termasuk anaknya juga meskipun sebenarnya sik anak tidak bersalah, namun karna memiliki darah dari Satya, sik anak harus merasakan apa yang telah dilakukan oleh ayahnya dimasa lalu.
"Kenapa kamu baru mendapatkan informasi itu sekarang Hugo, apa saja pekerjaan kamu hah." Qian membenta
"Maafkan saya tuan, karna tuan meminta saya menyelidiki tuan Satya, saya berfokus kepadanya saja." Hugo mencoba untuk membela diri.
"Dan amplop ini, disini berisi foto dan data-data tentang putri dari Satya Cahya Abadi tuan."
Qianu mengambil amplop yang sejak tadi disodorkan oleh pengawal pribadinya tersebut.
Dari dalam map tersebut, Qian mengeluarkan beberapa berkas yang menjelaskan tentang anak dari musuhnya itu, dari data yang dia baca, dia tahu putri dari musuhnya itu bernama Imelda Cahya Abadi, berumur 17 tahun dan saat ini masih mengenyam pendidikan di SMA PERTIWI.
Qian kemudian mengeluarkan beberapa foto dari dalam amplop tersebut, dia terkejut saat mengetahui siapa gadis yang terdapat dalam foto itu.
"Bukankah gadis ini...dia adalah gadis yang waktu itu..." sebuah kebetulan yang tidak pernah diharapkan oleh Qian, "Jadi, gadis ini adalah anak dari sik brengsek itu."
"Apa kamu tidak salah Hugo, apa benar gadis ini anak laki-laki brengsek itu, mereka tidak terlihat mirip sama sekali."
"Tentu saja tidak tuan, gadis yang difoto itu adalah putri dari Satya Cahya Abadi, gadis itu memang tidak mirip dengan Satya yang notabennya berwajah jelek tuan, gadis itu lebih mirip dengan ibunya."
"Hmmm."
Melihat foto tersebut, bersilewaran rencana-rencana baru yang tersusun diotak Qian, rasa suka yang pernah hinggap dihatinya untuk gadis itu seketika menguap begitu mengetahui kalau gadis yang pernah dia temui dipemakaman itu ternyata adalah anak dari musuhnya, dan Qian ingin gadis itu juga merasakan apa yang telah ayahnya perbuat dimasa lalu.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments