Hari itu cuaca mendung, langitpun mulai menitikkan titik-titik kecil dari langit.
Didalam sebuah mobil yang melaju dijalan raya, tampak sepasang kekasih tengah berdebat seru, entah yang mengakari penyebab perdebatan tersebut.
"Pokoknya gue gak suka ya Mel lo ganjen sama setiap cowok yang lo temui, seharusnya elo hargai gue donk sebagai pacar lo donk."
"Lo jangan sembarangan ya kalau ngomong Rio." Imel jelas tidak terima dengan kata-kata Rio yang mengatakan kalau dirinya ganjen, "Cowok itu tersenyum sebagai sebuah sopan santun sama gue, apa salahnya kalau gue balas, masak iya gue cuekin."
"Itu ganjen namanya Imel." ngotot Rio tidak mau dibantah, "Lo makanya ya Mel, mulai sekarang jangan genit-genit sama cowok."
"Menyebalkan banget sieh lo jadi cowok, turunin gue disini." biasalah cewek, kalau berantem dikit-dikit minta diturunin.
Rio adalah pacar Imel yang baru tiga hari ini dipacari oleh Imel, tampan dan kaya sieh, tapi percuma saja tampan dan kaya kalau posesif dan suka ngekang.
Dan Rio yang juga kesal dengan Imel dan mendengar permintaan Imel menghentikan mobilnya dipinggir jalan.
"Hah, sik brengsek ini beneran mau nurunin gue disini." gumam Imel menatap Rio.
Meskipun siek cewek setengah mati minta diturunin, tapi bukan berarti keinginannya itu ingin dituruti seih.
"Apa yang lo tunggu Mel, sana turun, bukannya lo ingin turun ya." ejek Rio.
"Oke, gue akan turun sekarang." Imel membuka pintu mobil, namun sebelum benar-benar keluar, Imel berbalik menghadap Rio, "Dan satu lagi Rio, mulai sekarang kita putus." padahal mereka baru saja jadian tiga hari yang lalu, dan kini Imel sudah mendeklarasikan putus saja.
"Oke." Rio mengabulkan, "Masih banyak wanita yang jauh lebih cantik dari elo yang bisa gue dapatkan."
"Dasar brengsek." umpat Imel dan menutup pintu mobil Rio dengan kasar.
Begitu mobil Rio berlalu, Imel mengumpat panjang pendek, dia benar-benar sangat kesal dengan laki-laki yang tidak bertanggung jawab seperti Rio.
"Dasar cowok brengsek gak bertanggung jawab, tega-teganya lo nurunin gue ditengah jalan begini."
Imel sieh tidak sakit karna berakhirnya hubungannya dengan Rio karna memang sejak awal dia tidak pernah menyukai Rio, dia menerima Rio hanya sekedar iseng doank, ya begitulah yang terjadi sebelum-sebelumnya, Imel selalu menerima setiap cowok yang mendekatinya hanya sekedar iseng doank.
"Ihhh mana ujan gini lagi, benar-benar sial gue hari ini."
Imel merasakan ada sesuatu yang tebal menyelebungi tubuhnya, Imel menoleh kesamping dan menemukan seorang laki-laki tampan menatapnya dengan pandangan tajam yang tapi menghanyutkan, Imel merasakan jantungnya berdetak cepat, apalagi aroma parfum yang masih menempel dijaket yang laki-laki itu kenakan ditubuhnya benar-benar memabukkan.
Dan tanpa bicara sepatah katapun, laki-laki yang tidak lain adalah Qianu itu menaikkan kupluk jaketnya untuk menyelubungi kepala Imel supaya terhindar dari rintik-rintik air hujan.
"Pergi sekarang, hujan-hujanan tidak baik untuk kesehatan." ujar laki-laki itu dengan suara beratnya sebelum berlalu meninggalkan Imel yang terpaku menatap Qianu.
Imel benar-benar terhipnotis dengan ketampanan Qianu, sampai saat laki-laki itu menjauh, barulah Imel sadar dari keterpanaannya.
"Heiii, nama kamu siapa." Imel berteriak.
Qianu berbalik dan tersenyum misterius tanpa membalas pertanyaan Imel dia kembali berbalik dan berjalan pergi.
"Ahhh sepertinya gue jatuh cinta pada pandangan pertama." Imel memegang jantungnya yang berdetak cepat.
"Ini laki-laki yang selama ini gue cari, gentle dan bertanggung jawab, tidak seperti sik brengsek Rio itu yang meninggalkan gue tanpa perasaan seperti ini."
*****
Seharian ini Qian menghabiskan waktunya dengan berkeliling kota, meskipun dia tidak pernah ingin kembali ke kota kelahirannya itu, tapi karna dia sudah kembali, fikirnya tidak ada salahnya berkeliling hanya untuk melihat-lihat, karna dia ingin menikmati waktunya sendiri, oleh karna itu Qian pergi sendiri tanpa pengawalan dari anak buahnya, meskipun begitu, dibalik bajunya, Qian selalu menyimpan senjata api, sebagai laki-laki yang memiliki banyak musuh, dia memang harus siap siaga karna musuh bisa saja menyerang kapan saja.
Dan saat ini, setelah lelah berkeliling, ditengah langit menumpahkan rintik-rintik air dari langit, Qian memilih untuk berteduh sebuah cafe, karna Qian duduk didekat dindin kaca cafe tersebut, pandangannya tidak sengaja tertuju pada gadis yang baru turun dari mobil, Qian memiliki ingatan yang bagus, dia mengenali gadis yang saat ini berdiri dengan bibir manyun dibawah rintik-rintik hujan, entah dorongan darimana sehingga Qian beranjak dari tempatnya, tujuannya adalah menghampiri gadis tersebut.
Mata lebar gadis yang dia temui saat dipamakaman kemarin membuatnya terhipnotis, mata itu benar-benar indah, fikir Qian, gadis itu tidak mengenalinya mengingat gadis itu tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dia mengenali Qianu.
"Matanya benar-benar cantik." puji Qian dalam hati.
Dan kini saat dia sudah berada didalam mobilnya, mata lebar gadis itu masih membayangi fikirannya, wajah gadis belia itu seakan menempel dan tidak pernah lepas dari pelupuk matanya.
Qian menggelengkan kepalanya untuk menghalau bayangan gadis tersebut, "Kamu gak boleh jatuh cinta Qian, cinta hanya akan membuatmu lemah, fokuslah sama misi balas dendamu." Qian mencoba mengingatkan dirinya dengan tujuan utamanya datang kembali ke tanah kelahirannya.
*****
"Makasih ya pi." Imel mencium pipi papinya saat akan turun dari mobil saat mengantarkannya sekolah.
"Belajar yang rajin anak kesayangan papi."
"Siap papi." Imel berpose hormat.
Laki-laki bertubuh tambun itu tersenyum melihat kelakuan putri semata wayangnya, gadis kecilnya yang saat ini mulai beranjak dewasa, putrinya itu benar-benar cantik, kecantikan yang diwariskan dari almarhum sang mama.
Sopir pribadi yang mengantarkan ayah dan anak itu membuka pintu penumpang disamping Imel.
"Imel masuk dulu ya papi." Imel mencium pipi papinya sebelum benar-benar keluar dari mobil.
Satya Cahya Abadi mengangguk melepas kepergian putrinya tercintanya, putri yang begitu sangat dia cintai.
"Om Anto, hati-hati ya bawa mobilnya, tolong antarkan laki-laki tambun kesayanganku itu tiba dengan selamat ke kantor." pesan Imel pada sopir papinya yang bernama Anto.
"Perintah dilaksanakan nona muda yang cantik."
"Bye papi." Imel melambaikan tangannya dan memberikan kiss bye sebelum masuk ke gerbang sekolah.
"Bye sayang."
Setelah acara perpisahan tersebut, mobil yang membawa Satya Cahya Abadi melaju menuju perusahaannya, perusahaan peninggalan orang tuanya yang selama ini dia kembangkan dan besarkan sehingga menjadi besar seperti sekarang ini.
Kembali pada Imel, gadis itu berjalan dengan senyum merekah ke kelasnya, yahh saat ini dia tengah berbunga- bunga karna dia jatuh cinta dengan laki-laki yang tidak jelas, tidak jelas karna dia jatuh cinta sama laki-laki yang tidak dia kenal namanya apalagi latar belakangnya, laki-laki yang baru dua kali dia temui, tapi pertemuan pertamanya tidak diingat sama Imel.
"Mell."
Mendengar namanya dipanggil, Imel reflek menghentikan langkahnya, dia berbalik dengan malas-malas ke arah sumber suara, pasalnya dia mengenali pemilik suara tersebut, pemilik suara yang tidak lain adalah Rio, mantan yang baru kemarin dia putuskan.
Rio tersenyum lebar dan mendekati Imel.
"Mau ngapain dia manggil gue, pakai senyum-senyum segala lagi, difikirnya gue akan terpesona apa sama dia." batin Imel.
"Mell, sorry ya masalah kemarin, gue benar-benar menyesal."
"Sudahlah lupain, gue juga ogah mengingatnya." tandas Imel ketus, karna kalau mengingat hal kemarin hanya membuatnya kesal saja, tapi ada untungnya juga sieh Rio menurunkannya ditengah jalan begitu karna dia bisa bertemu dengan pujaan hatinya.
"Ohh oke."
"Oke kalau gitu, karna kita gak ada masalah lagi, gue masuk kelas dulu." Imel siap kembali berbalik, namun Rio menahannya dengan memegang pergelangan tangannya.
Karna tidak sudi dipegang oleh Rio, Imel menghempaskan tangan Rio dengan kasar, "Apaan sieh lo pegang-pegang."
"Sorry Mel, apakah bisa kita kembali."
"Hah, kembali, maksud lo."
"Iya kita menjalin kasih kembali Mel."
"Ogahh." jawab Imel tanpa perasaan dan dengan cepat berbalik pergi, dia gak mau ditahan lagi sama Rio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments