TABRAKAN

Dengan mengenakan pakaian serba hitam ditambah dengan mengenakan kaca mata hitam yang membingkai matanya, Qian keluar dari pesawat pribadi miliknya, dibandara sudah menunggu sejumlah anak buahnya yang juga menggunakan pakaian serba hitam.

Qianu ditemani oleh Hugo, laki-laki botak bertubuh kekar yang merupakan orang kepercayaannya selalu mengikuti kemanapun dia pergi.

"Selamat datang tuan." sapa salah satu anak buahnya saat Qian turun dari pesawat pribadinya.

"Hmmm." respon Qian dengan wajah datar dan dinginnya.

Qian bisa merasakan embusan angin lembut yang menerpa wajahnya, sejenak, dibalik kaca mata hitamnya, Qian memejamkan matanya merasakan hembusan angin ditanah kelahirannya, tanah yang tidak pernah dia rindukan karna kembali kilasan-kilasan masa lalu kelam itu kembali memenuhi fikirannya, kilasan tentang bagaimana dia melihat jasad mama dan papanya yang terbujur kaku karna ulah laki-laki bernama Satya Cahya Abadi, karna laki-laki itulah Qian kembali, kembali untuk membalaskan dendam orang tuanya.

Qian tersenyum kecut, "Sebentar lagi masa-masa kehancuranmu brengsek, mama, papa, sebentar lagi putramu ini akan membalaskan rasa sakit kalian." tangan Qian mengepal, setiap mengingat apa yang terjadi pada kedua orang tuanya membuat Qian emosi.

Selama tinggal diluar negeri, Qian meminta anak buahnya yang ada Indonesia untuk mencaritahu semua tentang Satya Cahya Abadi, Qian sendiri tidak pernah bertemu dengan laki-laki itu secara langsung, dia hanya melihat foto laki-laki itu, dan setelah mengetahui semua tentang laki-laki yang telah menghancurkan keluarganya tersebut, Qian yang memiliki perusahaan besar mengajak perusahaan milik Satya Cahya Abadi untuk melakukan kerjasama, cara itu merupakan langkah awal yang dilakukan oleh Qian untuk menghancurkan Satya, dan tentu saja tawaran kerja sama dari perusahaan besar itu diterima dengan tangan terbuka tanpa berfikir oleh Satya, laki-laki itu tidak pernah punya firasat buruk sedikitpun kalau kerjasama itu merupakan awal dari kehancurannya.

"Saya mau ke makam mama dan papa terlebi dulu." perintah Qian pada anak buahnya yang juga bertindak sebagai sopir, sementara beberapa mobil lainnya mengikuti dibelakang.

"Baik tuan."

Tempat yang pertama dituju oleh Qian tentu saja adalah tempat peristirahatan mama dan papanya setelah sekian lama dia tidak pernah menjenguk mereka.

*****

"Hai ma pa." sapa Qian didepan pusara mama dan papanya.

Laki-laki yang selalu menampilkan wajah datar dan bengis itu memperlihatkan sisi lemahnya dihadapan makam mama dan papanya, suatu hal yang tidak akan mungkin dia tunjukkan didepan anak buahnya apalagi didepan musuh-musuhnya, oleh karna itu, Qian menyuruh anak-anak buahnya untuk menunggu dimobil dan membiarkannya berada dimakam kedua orang tuanya sendirian supaya dia bisa mengekpresikan kesedihannya yang selama ini tersimpan dengan sangat baik direlung hatinya yang paling dalam.

"Maafkan putra kalian ini ma, pa yang baru datang menjenguk kalian." Qian duduk diantara makam mama dan papanya yang berdampingan, "Lihatlah, putra kalian ini sekarang sudah besar dan berkuasa dan segani oleh rekan-rekan bisnis Qian dan ditakuti oleh musuh-musuhnya, Qian bukan lagi seorang bocah yang lemah dan cengeng,

putra kalian ini sudah sangat siap untuk membalaskan rasa sakit hati kalian kepada laki-laki brengsek yang telah menyebabkan kalian menderita."

"Qian merindukan kalian, selama ini putra kalian ini telah melewati hari-hari yang berat tanpa sosok kalian berdua, tapi yang membuat Qian kuat dan tetap bertahan sampai saat ini adalah dendam kalian, Qian tidak akan membiarkan orang yang telah menghancurkan keluarga kita hidup bahagia sementara keluarga kita hancur berantakan, Satya Cahya Abadi akan Qian buat menderita dan merasakan apa yang kalian rasakan."

"Qian beruntung, karna om Damar menemukan Qian dan membawa Qian bersamanya, dialah yang telah banyak berjasa sehingga membuat Qian menjadi seperti sekarang ini." Qianu curhat didepan makam mama dan papanya seolah-olah kedua orang tuanya bisa mendengarnya.

"Beristirahatlah dengan tenang ma, pa, Qian berharap suatu saat kita bisa berkumpul kembali." Qian mengakhiri sesi curhatnya sebelum meninggalkan pemakaman tersebut.

****

"Hai mami, mami apa kabarnya, maaf ya mami, karna anak mami yang super duper cantik ini baru datang menjenguk mami." tidak jauh dari posisi Qian berada seorang gadis cantik bernama Imel juga tengah berziarah dimakam ibundanyan tercinta.

"Tahu gak mami, papi ngajakin Imel liburan ke jepang lho sebagai hadiah karna Imel naik kelas, papi bersyukur banget karna anak kesayangannya ini bisa naik kelas."

Maklum saja sieh mengingat Imel memiliki iq dibawah standar, sehingga tidak heran, sebagai bentuk rasa syukurnya, papinya Imel tidak hanya mengajak putri kesayangannya itu jalan-jalan ke Jepang saja, dia bahkan sampai memberikan santunan kepada anak yatim dan janda.

"Coba kalau mami ada, pasti liburannya akan tambah seru deh." gadis cantik itu curhat didepan makam maminya, dia memang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu karna maminya meninggal setelah melahirkannya, dan saking sayangnya kepada Imel sehingga papinya lebih memilih tidak menikah sampai sekarang, papinya Imel lebih fokus memberikan kasih sayang seutuhnya kepada putri semata wayangnya itu daripada memikirkan dirinya sendiri, selain itu juga papinya Imel berfikir kalau ibu tiri adalah orang yang jahat, dan hal tersebut merupakan salah satu alasannya untuk tidak menikah sampai sekarang.

"Mi, papi itu ya, meskipun jelek, gendut, dan perutnya buncit tapi banyak yang mau lho sama papi, tapi satupun dari perempuan-perempuan yang mendekatinya tidak ada yang papi gubris, papi benar-benar cinta mati sama mami, mami beruntung dicintai sama papi, Imel juga berharap suatu saat ada laki-laki yang mencintai Imel seperti papi yang mencintai mami, Imel berharap mendapatkan suami seperti papi."

Imel seperti anak perempuan pada umumnya yang berharap mendapatkan suami seperti ayah kandungnya, "Sifatnya maksud Imel mi, tapi kalau wajahnya janganlah, hehe, bercanda mi."

Setelah sesi curhat tersebut, Imel kemudian beranjak dari makam maminya, dia sudah cukup lama berada disana.

"Imel pulang dulu ya mi, nanti Imel akan kesini lagi." janji Imel.

Saat dalam perjalanan menuju mobilnya, Imel mendapat notifikasi pesan yang dikirim oleh sahabatnya digrup watshap.

Nuri : Woee, lo dimana sieh, kami udah nungguin lo nieh dirumah lo.

Imel : Elahh, masalah oleh-oleh saja lo pada gercep.

Juli : Gue gak kayak gitu ya, Nuri dan Gebi tuh yang maksa-maksa gue ikut ke rumah lo.

Gebi : Dihh sik panjull, sok-sok'an dia.

Nurii : Halo Cahyo Abadi, dimana sieh lo sebenarnya, cepat balik lo woee, kaki kami sudah berakar dan menancap diubin karna kelamaan nungguin lo.

Imel : Iya iya, gak sabaran banget elahh, ini juga baru mau balik dari makam mami

Nuri : Lo dimakam mami ya, sorry deh, lanjut deh, kami sabar kok nunggu

Imel : Gue udah mau balik ini

Karna sibuk membalas pesan sahabat-sahabatnya sehingga Imel tidak memperhatikan jalan sehingga dia menabrak sesuatu yang kokoh, dan hal tersebut berhasil membuatnya terjatuh dengan bokong duluan menyentuh tanah.

Imel meringis kesakitan, dia yang salah, karna jalan sambil main ponsel sehingga menabrak orang, tapi karna dia yang jatuh makanya Imel menyalahkan orang yang dia tabrak, "Lo kalau jalan pakai..." Imel langsung menghentikan omelannya saat mendongak dan melihat siapa yang dia tabrak, seorang pria tinggi tegap dengan wajah super datar dengan pakaian serba hitam dengan kaca mata hitam, wajah dan pakaian serba hitam yang dikenakan oleh pria yang dia tabrak itu sukses membuat Imel ketakutan.

"Astagfirullah, gue menabrak mafia." Imel buru-buru memungut ponselnya dan berdiri.

"Maaf maaf, maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja." setelah mengucapkan kata maaf tersebut, Imel buru-buru ngacir sebelum pria itu melakukan hal-hal yang tidak diinginkan kepadanya, intinya Imel benar-benar takut dan ingin segera menjauh dari laki-laki yang berpenampilan seperti mafia itu.

Yahh, laki-laki yang ditabrak Imel adalah Qianu, dan Qianu bukan hanya berpenampilan seperti mafia, tapi dia memang mafia sesungguhnya.

Qianu yang melihat gadis itu hanya menggeleng, "Dasar gadis kecil." desisnya dan melanjutkan perjalanannya.

Imel menarik nafas lega begitu sudah jauh dari Qianu, dia mengelus dadanya, "Syukurlah dia tidak mengejar gue dan membiarkan gue pergi, gue fikir tadi dia akan menculik gue dan mengambil organ dalam gue untuk dijual." Imel bergidik ngeri membayangkan hal tersebut, Imel memang berlebihan.

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!