04. Denis

Hanya nama saja quality control, padahal waktu kerjaku habis untuk centang dan mengisikan data palsu. Jika saja jujur dan benar-benar membuat pengecekan, di satu ruang proses saja waktuku tidak akan cukup. Dan ini adalah rahasia umum bagi kami, para QC. Hanya mengharap akan ridho Allah pada kehalalan gaji kami.

Tapi tidak berlaku untuk miss Yong. Dia adalah wanita intolerir. Atasan penuntut disiplin kerja dan serba kesempurnaan. Jarang ada yang bertahan di divisi QC dengan lama. Sudah berapa orang saja bulan ini pekerja baru keluar masuk di QC. Ada yang mengajukan pindah divisi dan ada yang kabur begitu saja.

Efeknya ya seperti ini, kekurangan anggota di tim kerja. Sehingga tidak ada pilihan lagi bagi kami. Sangat terpaksa menempuh cara pintas, yakni melakukan kecurangan kerja dan data.

Miss Yong tidak menerima alasan apapun jika pekerjaan kami tidak kelar sesuai waktu dan prosedur. Maka jalan ninja terbaik adalah mengisi data dengan tenang di tempat. Kami menuliskan result palsu berdasar riset belaka. Mungkin memang sesat, tapi ini adalah solusi sangat tepat sementara.

"Mbak, ada kabar apa? Nampak seru banget ngobrolnya,," tanyaku pada mbak Ita. Baru saja nampak bicara serius dengan salah satu line leader di packing. Dia sedang jaga packing line area production, sedang aku di back end, area pembuatan dan penggorengan mie minggu ini. Dan kami akan bertukar tugas tiap minggu dengan rutin.

"Kabarnya, pengganti supervisor Andrew akan datang siang ini. Tapi barusan ada kabar, nggak jadi datang, sakit," ucap mbak Ita menerangkan padaku. 

"Jadi kapan datangnya, mbak?" tanyaku tanpa minat.

"Enggak tahu, Ling," jawab mbak Ita sambil membuka seal dari kardus mie yang akan di inspection olehnya.

Andrew adalah salah satu sepervisor yang mengendalikan area packing. Dan hampir seminggu ini, tak nampak batang hidungnya sedikit pun. Kabarnya, pak Andrew kena pecat oleh manager setelah kedapatan meloloskan salah bumbu mie berpalet-palet banyaknya. Entah bagaimana ceritanya, mie instant yang sudah terkemas rapi dalam kardus dengan jumlah belasan palet itu bisa tak terdeteksi salah masuk bumbu.

Hilangnya pak Andrew, bersamaan dengan mundurnya QC Mira, rekan kerjaku yang sempat diumpat habis-habisan oleh boss QCku, miss Yong. Setelah mendapat cacian menyakitkan pagi itu, Mira langsung ke locker, mengambil segala barang untuk dibawa pulang dan tidak sekalipun kembali. 

Sebab, Miralah yang sedang berjaga di packing line malam itu. Entah bagaimana ceritanya, mie instant yang sudah terkemas rapi dalam kardus dengan jumlah belasan palet itu bisa tak terdeteksi salah masuk bumbu olehnya. 

Belasan palet berisi kardus mie siap kirim, terdeteksi salah bumbu saat kak Vira, QC bagian lab, mengambil dua bungkus mie untuk dibawa ke lab sebagai sampel product. QC bagian lab selalu mengambil acak sample untuk product yang jalan di sebuah mesin packing per harinya. Dan kebetulan product yang diambil adalah paket mie yang salah bumbu itu.

"Mbak, aku istirahat dulu ya," pamitku pada mbak Ita. Ini adalah waktu break lima belas menit untuk sarapan pagi pukul sembilan.

"Iya, bentar lagi kususul," bisik mbak Ita sambil nyengir menunduk. Ada CCTV pengintai, kami tidak bisa nampak gigi di area produksi.

"Nggak mungkin,,!" seruku lirih sambil mencibir. Ketahuan break bareng,,, bisa dikuliti kami sama miss Yong. Kami wajib istirahat bergiliran…

 🕸

Makan nikmat ini sedikit tidak fokus. Datang dan duduk di sebelahku seorang lelaki yang aku tidak kenal. Memakai celana hitam dan kemeja legan panjang sangat rapi. Yakin jika lelaki berkulit putih itu adalah staff baru di perusahaan. Tak sengaja, pandangan kami bertemu saat kami sama-sama sedang menoleh. Kulempar senyum manis dan dibalas sangat hangat olehnya.

"Hei, kamu staff?" tanya lelaki tampan itu sambil memperhatikan baju seragamku.

"Bukan, hanya tim QC departement,,," jawabku sambil menggeleng tersenyum.

"Iya, itu sudah masuk ke staff," sahut lelaki itu padaku. Kantin sedang sepi, hanya aku saja yang berseragam staff di antara pengunjung kantin.

"Abang pegawai baru?" tanyaku ingin tahu. Lelaki itu tidak berseragam. Berkacamata, dengan kemeja lengan pendek sangat rapi.

"Iya.. Di bagian PPIC," terang lelaki itu. Yang menurutku adalah seorang Cina. Dan jawabannya itu mengejutkan. 

"Abang kepala bagian PPIC,,?" tanyaku dengan berusaha nampak tenang.

Dia mengangguk membenarkan. Sedang aku juga tahu, kepala divisi PPIC atau Production, Planning, dan Inventory Control yang lama telah mengundurkan diri. Pulang kampung ke tanah Singapura.

"Namaku Denis,," ucap pegawai baru yang sambil menyelesaikan urusan minum dan makannya itu.

"Aku Lingga,," sambutku tersenyum.

Merasa agak segan dengannya. Denis sama jabatan dengan miss Yong. Bahkan bisa jadi lebih tinggi. Tapi, lelaki ini sangat ramah dan tidak sombong kayak miss Yong. Entah juga jika dengan anak buahnya sendiri di lapangan.

"Sudah Lama kerja di sini, Ling?" tanya Denis padaku.

"Belum, masih jalan lima bulan, bang," jawabku.

"Mandiri apa ikut rekrut depnaker?" tanya Denis terus menyelidik.

"Ikut rekrut. Di sini nggak ada siapa-siapa, jadi nggak ngerti mandiri," jelasku padanya.

"Dari mana?" tanya Denis dengan menyimak mataku.

"Blitar, Jawa," jawabku dengan jujur dan berpaling muka darinya.

"Sekarang tinggal di mana?" tanya Denis lagi.

"Di perumahan bawah," jawabku dengan cepat.

"Perumahan? Bukankah anak rekrut harus tinggal di asrama?" tanya Denis menyelidik tiba-tiba. Dan aku sangat terkejut.

Oh, ya Robb, aku kelepasan mengatakan. Nah,,nah, ini nih yang bikin aku serba salah. Antara jujur dan enggak. Mungkin aku nampak gugup sekarang.

"Kenapa, kamu nampak takut padaku. Tenang, Ling. Aku bukan mata-mata perusahaan," jelas Denis dengan tersenyum lebar-lebar.

"Bang Denis paham??" tanyaku heran.

"Iya. HRD kita itu kawanku. Aku pernah ikut dia ke blok asrama anak pabrik," ucap Denis menjelaskan.

"Apa sebab kamu masuk staff, jadi tidak di asrama?" tanyanya kian menyelidik.

"Seharusnya sih iya, tinggal di asrama. Tapi aku terpaksa kos di luar." Aku menerangkan akhirnya, tapi berharap agar Denis tidak usah lagi bertanya lebih detail.

"Kenapa?" tanya Denis. Dan ini yang tidak kusuka.

"Di asrama gaduh sekali," jawabku singkat. Menyembunyikan fakta lain yang tidak perlu kubilang padanya. Rasanya lega saat kulihat lelaki di sampingku manggut-manggut.

"Bang, aku duluan.. Nanti kelebihan," ucapku berpamit ke Denis sambil melirik jam dinding di kantin.

"Sidak lagi?" tanya Denis sebelum kubalik badan ini.

"Iya, bang. Marii,," pamitku dan berbalik. Kemudian melesat pergi untuk kembali berperang di production. 

Risau jika lebih menit istirahat. Miss Yong suka turun lapangan di jam istirahat dan akan mengaudit kami tiba-tiba. Dia bukannya ikut membantu sidak lapangan, tapi keluar ke area hanya untuk menyelidiki hasil kerja kami. Entah itu record data, atau real prodak di lapangan. 

Jika ada kesalahan dan prodak di luar spek, anak buahnyalah yang diciduk dan dihardik. Bukan membantu memberi somasi pada orang produksi, tapi lebih suka memberikan presure tinggi pada kami. Para QC bekerja di bawah tekanan yang meresahkan darinya.

🕸🕸🕸

Terpopuler

Comments

Yulie_82

Yulie_82

ini kisah authorkah?

2023-04-26

2

As Lamiah

As Lamiah

masih ngikutin lingga mau kemana tujuan hidup nya ? semangat terus untuk karya barumu Kaka autour semoga sehat dan sukses selalu 😘😘😘🥰

2023-04-05

1

Indah Rahayu

Indah Rahayu

Selalu suka dengan karya mu

2023-04-03

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!