"Di mana Shila? Kenapa nggak dateng-dateng, sih?" keluh ketiga orang yang menunggu kedatangan Shila di sebuah cafe.
Malam itu juga mereka mengadakan pertemuan membahas pernikahan Raka dan Shanum.
"Emang tadi siang kamu telpon dia itu ngapain, sih?" tanya salah satu temannya mengernyit penasaran.
"Aku nggak tahu. Dia itu kayak yang capek banget gitu. Nggak tahu juga, sih. Dahlah, nggak usah dibahas." Ia mengibaskan tangan enggan membahas soal Shila tadi siang.
Mereka duduk memberengut, penasaran dengan suara yang disebutkan temannya itu. Beberapa saat menunggu, sosok yang mereka tunggu muncul bersama seorang laki-laki yang tak asing di mata mereka.
"Udah lama nungguin?" tanya Shila sembari duduk di kursi kosong dan meletakkan tasnya.
"Ya, lumayan. Ngapain aja, sih? Pake lama segala," sungut mereka sedikit kesal.
"Sorry. Mobilku masih di bengkel, jadi tadi nunggu dia dulu. Makanya lama." Shila melirik laki-laki yang datang bersamanya.
"Ben, bisa tinggalin kita dulu nggak? Kita mau ngomong serius sama Shila," pinta salah satu teman Shila.
Laki-laki bernama Benny melirik Shila, kedipan mata wanita itu sebagai isyarat untuknya menuruti perintah mereka. Ia menghendikan bahu, kemudian berdiri dan pindah ke meja lain.
"Kalian heboh banget, sih. Aku udah tahu, Raka nikah sama Shanum, 'kan? Ya udahlah, biarin aja. Laki-laki kere kayak gitu buat apa dipertahankan?" Shila bersungut-sungut jengah karena yang akan mereka bahas adalah soal pernikahan Raka dan Shanum.
Ketiga temannya saling menatap satu sama lain dengan mulut terbuka heran.
"Tahu dari mana kamu?" tanya mereka.
"Video-nya tersebar di internet. Aku cuma baca judulnya aja, sih, nggak lihat sampe selesai. Males. Dia pikir aku cemburu," jawab Shila menyeruput kopi milik salah satu temannya.
"Kamu pasti nyesel karena nggak lihat videonya sampe selesai." Mereka menggelengkan kepala sambil berdecak.
"Emangnya ada apa? Nggak ada apa-apanya juga, 'kan?" sahut Shila tak acuh.
"Ck ... ck ... ck!"
"Kamu harus lihat mas kawin yang dia kasih sama Shanum, Shil! Gila!" seru mereka melebih-lebihkan.
Shila tak acuh, menghendikan bahu tak mau tahu.
"Emangnya apa? Dia aja cuma bilang nyiapin seperangkat alat sholat. Apa lagi?" Shila menyeruput kembali kopinya.
"Emh ... kamu benar-benar nggak lihat videonya, ya. Bukan cuma seperangkat alat sholat, Shil, tapi seperangkat perhiasan emas dua puluh empat karat. Kamu tahu harganya nggak kurang dari seratus juta!" Mata mereka menjegil kesal.
Uhuk-uhuk!
Shila menyemburkan kopi di mulutnya, tersedak mendengar harga yang fantastis disebutkan oleh temannya. Shila menatap mereka dengan kedua mata yang melebar hampir keluar.
"Kalian pasti bercanda. Nggak mungkin karena dia bilang cuma nyiapin seperangkat alat sholat aja!" tolak Shila tak ingin percaya pada ucapan temannya.
Serentak mereka bersedekap dada, memandang remeh pada temannya yang sekarang membelalak.
"Coba kamu periksa videonya kalo kamu nggak percaya," ucap mereka menantang Shila untuk membuka video pernikahan Raka dan Shanum.
Dengan segera Shila mengeluarkan ponsel dan mencari-cari video viral tersebut. Kedua mata Shila membelalak lebar, napasnya ikut tercekat. Beberapa saat hanya mematung sambil menatap video tersebut.
"Kurang ajar si Raka! Dia bilang cuma bisa nyiapin alat sholat aja buat mas kawin, tapi kenapa ada perhiasan?" geram Shila sembari mengepalkan kedua tangan kesal.
"Makanya kalo lihat berita nggak usah judulnya aja, dilihat sampe tuntas, Neng!" ejek mereka kesal melihat tingkah Shila yang begitu terkejut.
"Gila! Kalo tahu begini, aku nggak akan kabur dari pernikahan. Lumayan, 'kan, perhiasannya itu. Sialan si Raka! Dia udah bohongin aku. Awas aja kalo ketemu!" ancam Shila dengan pandangan memicing tajam.
"Bener tuh, Shil! Kamu harus bales mereka. Seenaknya aja bohongin kamu, sekarang yang nikmati semuanya di ganjen itu." Mereka mengompori.
Shila mengepalkan tangan, rahang gadis itupun ikut mengeras. Dia selama ini membenci Shanum, merasa bersaing dengan gadis cantik nan manis itu.
"Kapan kamu mau labrak mereka?" Bertanya tak sabar ingin melihat mereka berdebat.
"Nggak sekarang-sekarang, tapi lihat aja. Aku nggak akan biarin mereka hidup tenang apalagi bahagia," kecam Shila.
Otak kecilnya merencanakan sesuatu yang busuk, sebuah rencana untuk menghancurkan Shanum.
****
Uhuk-uhuk!
Shanum tiba-tiba terbatuk membuat Raka yang hendak memejamkan mata terbangun dengan cepat.
"Kenapa, kok, tiba-tiba batuk?" Raka berlari mengambil sebotol air dari dalam kulkas dan memberikannya kepada Shanum.
Ditenggaknya air tersebut demi mengurangi rasa sakit yang mendera tenggorokan.
"Kayaknya ada yang ngomongin aku. Perih banget tenggorokan aku," ucap Shanum sembari meringis mengusap tenggorokannya.
Raka tercenung, pikirannya langsung tertuju pada Shila dan komplotannya. Siapa lagi jika bukan mereka? Selama ini mereka juga yang sering mengganggu Shanum.
"Udah malam. Tidur, yuk!" ajak Raka tak ingin berlarut dalam pikiran yang tidak-tidak.
"Udah sana masuk kamar. Aku mau tidur di kamar yang biasa aja," ucap Shanum terlalu malu bila harus satu kamar dengan Raka.
"Kita ini udah nikah, Sha. Aku nggak mau tidur sendirian, apalagi istriku ada di rumah." Raka menyahut malas. Meskipun hatinya masih tak normal, tapi tak akan mungkin dia membiarkan Shanum tidur di kamar tamu.
"Nggak usah bikin aku makin grogi, Ka. Udah sana, aku mau tidur di kamar aku aja." Shanum mendorong tubuh Raka untuk segera beranjak dari sofa.
Sebenarnya dia pun sudah mengantuk, tapi terlalu malu untuk mengajak tidur laki-laki itu lebih dulu.
"Ayo! Kamu tidur di kamar aku biar aku tidur di sofa. Yang penting kita satu kamar dulu! Biar biasa, Sha." Raka ngotot dan menarik tangan Shanum untuk segera pergi ke kamarnya.
"Aku malu, Kak!"
Terjadi tarik menarik antara mereka. Raka tidak kehabisan akal. Dia mengangkat tubuh Shanum ke dalam gendongan, seperti memanggul karung beras, Raka membawa Shanum ke lantai dua ke kamarnya.
"Raka!" pekik Shanum sambil memukul punggung laki-laki itu.
"Diem, Sha! Nanti orang tua kita bangun dan salah faham lagi," ucap Raka.
Seketika Shanum terdiam, dan membiarkan Raka membawanya ke kamar. Laki-laki itu menurunkan tubuh Shanum setelah di kamar, mengunci pintu kamar dan mengantongi kunci tersebut.
"Udah sana tidur. Aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku mau tidur di sofa aja," ucap Raka seraya mengambil bantal dan berbaring di sofa.
Tak tega, tapi terlalu malu untuk tidur satu ranjang dengan sahabatnya itu. Shanum berbaring memunggungi, menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.
Beberapa saat terpejam, Shanum tak dapat tidur jua. Rasa kantuk tak lagi menyapa, matanya kembali terbuka. Ia berbalik, menatap Raka yang sudah terpejam sambil bersedekap dada.
Dipandanginya wajah tampan itu, tersenyum bibir Shanum. Sungguh tak ada dalam pikirannya akan menikah dengan Raka, sahabatnya sejak kecil itu.
Nggak nyangka aja aku nikah sama dia. Ya Allah, aku tahu ingusannya.
Shanum tertawa di dalam hati, mencoba terpejam dan larut dalam buai alam mimpi. Diam-diam Raka yang ternyata belum tertidur, membuka mata. Menatap wajah sempurna sang istri.
Shanum lebih cantik secara fisik daripada Shila. Dia juga lebih baik secara tingkah laku, tapi Raka tak berniat menjadikannya istri.
Kenapa rasanya aneh gini, ya. Biasanya nggak pernah canggung, sekarang mau ngapa-ngapain serba canggung.
Raka tersenyum sendiri, takdir memang lucu. Menghela napas mengingat Shila yang hampir saja membuat keluarganya malu.
Aku nggak mau lagi mikirin dia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Yuliana Tunru
ceriamu bagus thor lain dari yg lain walaupun cm pengantin pengganti tp mrk iklas dan orru jg saling dukung..untung ndk jd nikahi shila yg nyata x jalang ..raka ayo yg mesra jgn ragu2 shanum kan jg cinta kamu...
2023-04-05
1