Hati Lin lega saat ia membuka pintu dan ternyata bukan Nyonya yang berdiri di sana, melainkan Rian.
"Selamat pagi, kok bangunnya kesiangan?" tanya Rian.
"Iya nih, saya kira masih terlalu pagi," sahutnya sambil menguap dengan lebar. Sepertinya ia masih sangat mengantuk.
"Kamu harus berusaha bangun pagi supaya Nyonya tidak selalu memarahimu!" saran Rian.
Kemarin-kemarin Rian merasa kasian melihat Lin dibentak-bentak oleh Nyonya karena selalu terlambat bangun.
Lin mengangguk lalu menutup pintu kamar karena ia mau siap-siap untuk kerja.
Siang hari saat ada waktu untuk beristirahat, Rian mengajari Lin untuk menggunakan ponselnya. Tak lupa ia mengetik nomornya dan menyimpan lalu mengajarinya bagaimana cara jika hendak menghubungi nomor yang sudah tersimpan di dalam.
Lin mencoba menghubungi nomor tersebut dan seketika itu juga ponsel yang ada di saku Rian berderinng.
"Saya berhasil..., saya berhasil!" seru Lin dengan riang.
Kini giliran Rian yang menghubungi ponsel milik Lin lalu mengajarinya bagaimana cara untuk menjawab.
Tak lama kemudian suara Nyonya terdengar keras memanggil keduanya. Rian dan Lin segera mengantongi ponselnya dan bergegas untuk melakukan pekerjaannya.
Setiap ada kesempatan Lin selalu mengambil ponselnya dan belajar menulis pesan lalu mengirim kepada Rian.
Semakin hari semakin banyak aplikasi yang sudah bisa ia gunakan membuatnya hampir setiap hari selalu terlambat bangun.
Rian selalu mengingatkan agar cepat bangun tapi Lin tetap saja tidak bisa mengubah kebiasaannya.
Suatu pagi Rian membangunkan dengan cara meneleponnya tapi tidak diangkat. Ia kembali mengulang panggilannya dua sampai tiga kali tapi hasilnya tetap nihil.
Apa yang dikhawatirkan oleh Rian kembali terjadi. Nyonya benar-benar datang mendekati kamar Lin dan menggedor-gedor pintu dengan kasar karena waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB tetapi Lin masih tidur.
Tak lama kemudian Lin membuka pintu dengan wajah yang sangat kusut.
"Heyy, kalau besok-besok kamu masih begini, saya akan memecatmu!" ancam Nyonya dengan muka garang lalu pergi meninggalkan Lin yang masih berdiri mematung.
Semalam Lin begadang karena selalu berkirim pesan dengan Rian melalui aplikasi WhatApp. Sedangkan tidak begadang ia selalu bangun kesiangan, apalagi kalau sudah begadang.
Setelah Nyonya berlalu, Rian datang menghampirinya.
"Kamu sih, nggak dengar kalau saya ngomong, tadi juga saya menelepon tapi kamu nggak jawab," ujar Rian penuh sesal.
"Gimana kalau kamu dipecat oleh Nyonya?" sambungnya lagi.
Lin tertunduk karena merasa bersalah lalu ia cepat-cepat pergi ke belakang untuk mencuci piring.
Selama beberapa minggu Lin bangun tepat waktu karena takut dipecat. Ia memasang alaram pada ponselnya dengan bunyi yang keras sehingga bisa membangunkannya di pagi hari.
Rian senang mellihat Lin yang sudah bisa merubah kebiasaannya untuk bangun pagi.
"Nah, gitu dong!" puji Rian saat mendapati Lin yang baru saja membuka kamarnya padahal hari masih gelap.
Lin tersenyum manis membuat Rian gelagapan. Ia ingat pesan yang semalam dikirim kepada gadis ini tapi tidak dibalas. Mungkin Lin tidak paham maksudnya sehingga tidak membalasnya.
Siang itu ketika Lin sedang merapikan perabotan yang sudah ia cuci, Rian datang lagi menemuinya.
"Lin, apa kamu sudah punya pacar?" tanya Rian dengan suara pelan.
Lin menggeleng dengan wajah bersemu merah. Ia malu untuk menatap wajah Rian.
Melihat keadaan sekitar lagi sepi karena karyawan yang lain sedang istirahat. Biasanya jam segini ada jeda waktu yang agak lama bagi karyawan untuk beristirahat karena waktu makan siang sudah lewat jadi rumah makan sepi.
Rian memegang tangan Lin dan mengelusnya dengan perlahan. Perasaan Lin seolah melayang merasakan elusan jari-jari tangan yang walaupun terasa kasar tapi membuat getaran-getaran yang indah.
"Saya suka sama kamu dan mulai sekarang kita resmi jadi sepasang kekasih!" tutur Rian membuat jantung Lin berdegup kencang tak beraturan.
"Kita ketemuan nanti malam setelah jam istirahat!" samnung Rian lagi.
"Di mana?" tanya Lin.
"Nanti saya chat, tempat pertemuannya di mana," sahut Rian.
Keduanya membubarkan diri karena salah seorang karyawan yang bertugas sebagai pelayan di rumah makan itu berjalan ke arah mereka.
Lin melanjutkan pekerjaannya dengan hati yang berbunga-bunga. Waktu dirasakan berjalan sangat lambat. Ia sudah gelisah menantikan jam istirahat segera tiba.
***
Lin menunggu pesan dari Rian dengan gelisah. Ia berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya dan tidak lama kemudian ponselnya berdering tanda ada sebuah pesan yang masuk.
Dengan cepat ia membukanya. Wajahnya tampak kecewa karena yang mengirim pesan bukan Rian tapi Sita.
(Saya ingin mengajakmu besok keluar sebentar, boleh nggak?") pesan dari Sita.
(Oke, jemput saya pada jam istirahat siang!") balas Lin.
Lin menutup ponselnya namun kembali berdering.
Saat membukanya, Lin tersenyum melihat nama pengirim pesan.
(Tunggu saya di kamarmu sekarang!") pesan dari Rian.
(Siap!") balasnya cepat.
Dada Lin berdebar-debar setelah balasan chatnya terkirim.
Suara ketukan di pintu membuat jantungnya hampir copot. Ia bergegas membuka pintu dan terpana dengan penampilan Rian yang sangat keren. Rian mengenakan baju kaos warna hitam yang dipasangkan dengan celana pendek warna cokelat muda, serta jaket levis yang juga berwarna hitam. Wajahnya sangat segar dan wangi parfumnya harum menusuk hidun.
Tanpa menunggu dipersilahkan, Rian masuk ke kamar dan duduk di pinggir ranjang. Ia memperhatikan penampilan Lin yang kumal, baju yang dikenakan tadi siang masih melekat di badannya.
Kamar yang berukuran kecil itu sangat berantakan dan bau membuat Rian tidak betah berada lama-lama dalam kamar tersebut.
"Kamu nggak mandi tadi yah?" tanya Rian penuh selidik.
Lin menggeleng.
"Malam ini kita batal berkencan!"
"Kenapa batal?"
"Bagaimana kita mau jalan-jalan kalau badan kamu bau karena tidak mandi, malu loh sama orang-orang! Jadi besok kamu harus mandi, sikat gigi, dan kenakan baju yang bagus!"
Sebenarnya Rian sangat kecewa. Semangat yang berkobar tadi telah hilang melihat kenyataan di depannya. Lin sangat malas dan tidak peduli dengan penampilannya. Rian harus sabar menghadapi Lin yang sembrono karena pikirnya, mungkin ia tidak pernah diajari oleh orang tuanya soal kebersihan.
"Satu lagi, tolong rapikan kamar ini dan cuci pakaian yang kotor biar kamar ini rapi dan bau!" ujar Rian sebelum meninggalkan kamar tersebut.
Ia pun kembali ke kamarnya dengan perasaan kecewa.
"Kok, cepat bangat pulang? Katanya mau kencan sama pacar baru," seru pak Mamang yang membukakan pintu buat Rian.
"Kencannya batal," sahut Rian sambil mengeluarkan jaketnya yang tadi ia sudah semprot dengan parfum.
"Kenapa batal? Apakah pacar baru kamu itu punya kekasih lain?" tanya pak Mamang karena penasaran.
"Nggak, cuman kencannya diundur sampai besok soalnya ada sedikit urusan." Rian menjelaskan lalu berbaring di tempat tidur.
Sementara itu, Lin tidak bisa tidur karena pusing memikirkan kata-kata Rian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments