Pagi yang cerah dan tenang harusnya diisi dengan kesunyian agar hati semakin tenang. Namun, tidak dengan perempuan yang baru saja tiba dirumah yang dianggapnya sebagai istana tersebut.
“Ha?” Anna terkejut dan hampir saja melompat dari kasur kalau saja dia tidak merasa ngilu di bagian kepalanya. Kepalanya mulai mengingat apa yang terjadi tadi malam. Bagaimana akhirnya dia berakhir di kamar asing ini.
Anna mulai turun perlahan dari kasur dan merasakan betapa dinginnya lantai rumah ini serta dengan kebodohannya yang rasanya sudah mendarah daging. Dirinya melupakan ponsel yang seharusnya diambil dari rumahnya. Akan tetapi, mana sempat ia mengambil dengan keadaan yang begitu ribut kemarin.
Terpampang jelas pukul 07:50 di jam dinding kamar yang baru saja terlihat saat ia mulai memperhatikan kembali kamar ini. Rasanya benar – benar aneh dan seperti terbangun di sebuah istana mewah. Setelah memastikan dirinya tidak terlalu berantakan, Anna mulai keluar dari kamar dan menuruni tangga. Tidak ada tanda – tanda kehidupan rasanya.
“Non anna sudah bangun ya. Sarapannya sudah siap di meja makan, non.” Karena belum terbiasa dengan semua hal di rumah ini. Lagi – lagi ia harus dikagetkan dengan suara bi ramsi yang menyambutnya di lantai bawah. Apa tadi? Sarapan. Ya Ampun, iya sih Anna memang tidak pernah memasak selalu ibu yang akan menyiapkan masakan. Namun, bukan berarti Anna baik – baik saja dirumah ini.
Apalagi Chandra memang memintanya untuk tinggal di rumah ini dalam beberapa waktu kedepan. Entah sampai kapan, ia juga belum mengetahuinya. Mungkin sampai Anna bisa melunasi hutangnya. Ya, siapa juga yang mau membebaskan orang yang mempunyai hutang dengannya sebesar itu tanpa jaminan apapun. Jadi, satu – satunya jaminan yang dia punya hanya dirinya seorang.
“Bi ramsi. Chandra..”
“Den chandra berangkat pagi – pagi sekali, non. Katanya ada meeting mendadak. Jadi den Chandra hanya berpesan kalau non sudah bangun langsung suruh sarapan dan siap – siap nanti dijemput jam 10.” Jelas Bi Ramsi dengan panjang dan jelas.
‘Untuk apa? Mungkin untuk penyelesaian hutang.’ Anna pikir. Berarti dia bisa pulang ke rumah dan mengambil beberapa pakaiannya sendiri.
Sebenarnya, Chandra sudah menyiapkan pakaiannya tapi, untuknya itu terlalu mahal dan rasanya agak sedikit lancang. Sudah ditolong dan harus tahu diri. Memang nya Anna nyonya dirumah ini sampai harus pakai baju sebagus itu.
Sayangnya, ia tidak begitu mengenal daerah rumah Chandra dan dirinya tidak memegang uang sama sekali. Sialnya, mengapa hidupnya harus seburuk ini sih.
Setelah perdebatan panjang dengan dirinya sendiri yang cukup takut memakai baju pemberian sang tuan rumah. Akhirnya, Anna tetap memakainya dengan was-was dan terpaksa. Mau bagaimana lagi, kan tidak mungkin jika ia tidak memakai apapun.
Benar kata Bi Ramsi bahwa jam 10, Chandra menjemputnya. Benar-benar orang yang tepat waktu dan disiplin. Lagi-lagi Anna hanya dapat mengungkapkan pujian tersebut di dalam hatinya saja.
“Kantor polisi?” Mobil melaju dan langsung menuju ke tempat yang Anna bingungkan. Memangnya untuk apa ke kantor polisi? Apakah ia akan ditangkap? Memangnya apa kesalahannya?
“Nanti juga tahu.” Chandra yang memang memiliki suara agak berat mampu mengintimidasi Anna. Padahal Chandra tidak membentaknya hanya bicara biasa tapi sang perempuan sudah terdiam.
Tanpa banyak bicara Chandra langsung keluar dari mobil dengan diikuti Anna yang sedang mencoba menyamakan langkah besarnya. Begitu masuk kantor polisi, ia sudah dapat melihat keluarganya yang terduduk di ujung ruangan dengan kepala menunduk. Anna berjalan cepat untuk menghampiri mereka. Akan tetapi...
“Sialan. Heh perempuan sialan.” Seseorang menghadangnya dan hampir memukul wajahnya kalau saja tidak ada Chandra yang menghalangi. Polisi langsung mengamankan mereka lagi. Orang – orang yang Anna lihat kemarin dan yang mengejarnya semua berkumpul disini dan menghadap masing – masing polisi.
“Nak.” Panggil ibunya yang langsung membuat Anna memeluknya. Memperhatikan satu – satu anggota keluarganya dengan teliti. Memastikan tidak ada luka berat atau hal yang perlu dikhawatirkan.
“Ibu.”
Selagi Anna menangis haru dengan keluarganya karena, akhirnya sebentar lagi mereka terbebas dari mereka. Chandra menghampiri salah satu polisi yang bisa dipastikan kepala polisinya.
“Jadi, disini saya yang akan membayar lunas hutang dari keluarganya Anna. Akan tetapi, kekerasan ini tetap ingin saya kasuskan.” Ucap chandra tegas tanpa ampun. Siapapun bisa melihat kewibawaannya dalam berbicara.
“Siapa lo?!. Kekerasan gak akan ada kalau mereka bayar!” Salah satu dari mereka menunjuk Chandra sambil membanting kursi yang didudukinya. Lagi – lagi polisi harus menindak lanjuti dengan memborgol tangan mereka agar tidak kembali berulah lagi.
“Saya tahu betul bahwa kekerasan dalam bentuk apapun tetap tidak diperbolehkan. Apalagi saat keluarga masih menyanggupi untuk membayar hutang. Dilihat dari tempo waktunya pun masih ada beberapa hari sebelum pembayaran.” Ucapannya mampu membuat semua orang yang terlibat atas kekerasan keluarganya Anna terdiam seketika. Tidak ada yang berani membantah lagi karena sebuah fakta telah dilontarkan.
“Bangsat.”
“Tolong jaga ucapan. Anda sedang di kantor polisi.” Polisi menegur mereka karena dirasa sedari awal mereka datang tidak ada penyesalan. Dan susah sekali untuk diajak bekerja sama dalam interogasi.
“Mohon ditangani dengan serius, pak. Saya tidak ingin ada korban lainnya lagi.”
“Baik akan kami tangani, pak. Terima kasih atas laporannya.”
Begitu selesai Chandra langsung berdiri dan berjalan ke arah Anna beserta keluarganya yang masih sangat lemas. Dapat dipastikan mereka lelah secara mental karena kalau dilihat tidak ada fisik yang terluka serius, hanya beberapa goresan yang sudah dipastikan oleh polisi bisa menjadi bukti atas tindak kekerasan yang debt collector itu lakukan. Saat melihat chandra berjalan ke arahnya maka, Anna bergegas berdiri dan menghampirinya.
“Chan? Ibu mau ngomong sama kamu, boleh?” Chandra masih berdebar kala sang perempuan memanggilnya dengan panggilan yang asing. Seumur-umur belum pernah ada yang memanggilnya dari depan seperti barusan.
“Fine.”
“Terima kasih ya nak. Terima kasih sekali. Anna barusan sudah menjelaskan semuanya. saya justru merasa sangat berhutang kalau Anna harus tinggal dan bekerja dengan kamu. Tapi saya tahu itu untuk jaminan atas bantuan ini. Jadi, kami sekeluarga benar – benar berterima kasih.” Tulusnya sang ibu yang coba mengerti keadaan dan keputusan yang telah dibuat sang lelaki untuk anak semata wayangnya.
Chandra hanya memperhatikan bagaimana seorang ibu yang sangat berterima kasih karena sudah menyelamatkan keluarganya. Chandra sudah sering merasakan perasaan seperti ini. kepuasan karena seseorang bisa merasa lega karena hidupnya akan kembali aman.
Namun, mengapa orang tua Anna sangat berbeda? Mengapa terasa begitu lembut hingga Chandra tidak tega kalau harus meminta uangnya dikembalikan?
Dilihatnya Anna yang masih berdiri di samping sang ibunya dengan setia memeluknya. Mengapa keluarga ini terasa hangat?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Bunda Titin
masih lanjut...........😊
2023-05-22
0