Chandra bernafas lega begitu sampai di rumah. Kejadian tadi cukup membuat Chandra kelelahan. Dari mulai ban mobil bocor di tengah jalanan yang sepi, bertemu dengan perempuan yang berhasil membuat chandra kepikiran sampai sekarang.
“Kenapa ya?”Chandra masih mempertanyakan ada apa sebenarnya dengan gadis tadi. Bajunya yang lusuh belum lagi sebagian kancingnya yang tampak dipasang dengan random. Rambutnya yang tampak acak – acakan dan jangan lupakan sandalnya yang berbeda antara kanan dan kiri.
“Kenapa gue harus peduli?” chandra mempertanyakan dirinya sendiri. Akan tetapi, memang tipikal Chandra yang akan selalu khawatir tentang orang – orang disekitarnya. Paling tidak hari ini dia sudah menyelamatkannya dari para lelaki yang chandra yakini sempat menyakiti atau ingin menyakiti perempuan tadi. Chandra melajukan kembali mobilnya setelah melihat anna mulai tidak terlihat.
Hari ini sudah mulai memasuki malam hari. Saatnya pulang dan beristirahat. Inilah keseharian Chandra, sang pemimpin perusahaan. Ia tidak akan memperdulikan wanita yang bahkan tidak dikenalnya.
“Lari nak. Cari bantuan. Jangan datang sendirian ya.” Ucap ibu tepat saat Anna membuka pintu.
“Bu.” Suara anna mulai melirik melihat semua kekacauan yang ada. Bukannya mendengarkan suruhan ibunya, justru yang Anna lakukan semakin mendekat ke arah ibu dan ayahnya.
Tepat setelah Anna memasuki rumah neneknya terpampang pemandangan yang Anna sendiri tidak pernah berani membayangkan. Ayah dan ibunya diikat di kursi dan neneknya yang entah Anna sama sekali tidak melihatnya disana.
“Akhirnya datang juga. Cepat ikat dia.” Baru saja Anna akan melepaskan ikatan yang melingkari ibu dan ayahnya. Suara yang tidak asing justru menyapanya dan itu adalah orang – orang tadi yang hampir memperkosanya. Mereka yang membuat Anna harus berlari pergi meninggalkan rumah miliknya sendiri.
“Enggak enggak.” Anna berteriak dan meronta saat mereka mendekap tubuhnya. Badannya diseret untuk masuk semakin dalam ke rumah. Anna terus meronta berharap kekuatan kecil yang dimilikinya bisa membuahkan hasil.
Namun, memang pada dasarnya tenaga lelaki lebih besar ketimbang wanita. Bukannya terlepas Anna justru dijambak dan ditampar. Belum selesai menyadarkan pikiran yang sempat blank akibat tamparan. Tubuhnya terasa terbang dan menabrak dinding di belakangnya.
Terdengar suara tulang yang patah dari punggungnya. Bahkan matanya sekarang mulai sedikit terasa buram akibat benturan keras yang barusan ia rasakan. Anna berusaha sekeras mungkin untuk bangkit berdiri agar bisa lari dari manusia manusia gila ini.
Lain halnya dengan keinginan yang kuat, kekuatannya justru sangat lemah. Terlahir dengan imun tubuh yang memang agak lemah membuat Anna kesusahan dalam situasi seperti ini. Saat melihat dua orang lelaki itu mulai mendekatinya, ia berusaha menggapai guci yang ada di rumahnya. Berdiri dengan tertatih karena demi apapun rasanya ia ingin pingsan saja malam ini.
“Mau kemana manis.” Anna berdecak dalam hati. Sungguh menggelikan mendengar ucapan mereka yang justru terdengar seperti sampah. Anna bersiap melemparkan guci ini ke kepala salah satu dari mereka.
“Karena tadi lo udah menendang masa depan gue. Jadi, kali ini tidak gak ada sikap baik lagi.” Lagi – lagi ia berdecak siapa memangnya yang bisa bersikap baik dengan manusia tidak tahu adab seperti mereka. Anna semakin menggenggam erat guci itu dan..
Pranggg
Hari ini benar – benar hari yang melelahkan dan chandra hanya ingin beristirahat. Namun, memang hidup kadang tidak bisa berjalan sesuai dengan keinginan kita. Di jam 22:00 malam ini dengan tidak tahu dirinya telepon berdering yang tandanya ada panggilan masuk. Ingin rasanya chandra abaikan tapi sayangnya hati nuraninya menang.
“Ndra, Di tempat biasa.”
Ini adalah definisi teman yang tidak punya akhlak dan yang bener aja memangnya Arsen pikir dirinya ini babu. Karena Chandra orang yang sangat sangat baik sampai sampai tidak ada celah kejelekannya. Jadi, yang Chandra lakukan sekarang mengambil jaket dan kunci mobilnya.
“Sialan tu anak.” Pergi ke klub adalah salah satu hobi seorang Arsen Domino. Anak yang terlahir dari sendok emas itu kerap kali merepotkan Chandra untuk menjemputnya kala mabuk kian berat terasa. Sedikit informasi bahwa ini bukan pertama kalinya tapi justru kesekian kalinya.
Saat terlalu asik menikmati jalanan dan lagu yang terputar di radio mobil. Chandra dikejutkan dengan sosok perempuan yang terasa tidak asing untuknya. Sosok yang sepertinya sempat ia temui. Dengan langkah terseoknya dan tubuhnya yang Chandra perkirakan akan limbung dalam waktu sekejap.
Dirinya kaget melihat kejadian di depan matanya. Chandra saat melihat si perempuan tadi pingsan di pinggir jalan dan langsung menepikan mobilnya untuk melangkah keluar.
“Heh. Bangun.” Karena memang tidak ada sahutan dari si lawan jenis. Akhirnya Chandra mengangkatnya dan memasukkannya ke mobil. Sekarang yang ada dipikiran chandra hanya membawanya ke rumah sakit. Awalnya Chandra berniat membawanya ke rumahnya tapi saat melihat kepala si perempuan yang mengeluarkan darah. Chandra langsung berubah pikiran.
Kalau dilihat – lihat lukanya kali ini lebih banyak. Apa yang sebenarnya terjadi dengan perempuan ini?
Chandra memutuskan menghubungi seseorang begitu mengingat tujuan awalnya berkendara keluar rumah malam ini.
“Iya pak?” Jawab seseorang dari arah seberang. Fokus Chandra harus terbagi dua. Mengangkat telepon dan memperhatikan si perempuan kalau saja dia tiba – tiba bangun. Kan tidak lucu kalau misalnya Chandra dikira sebagai penculik seperti yang ada di serial film. Padahal niatnya sudah baik ingin menolong.
“Sam. Saya minta tolong kamu buat jemput Arsen di tempat biasa.” Ya benar. Sekretaris yang Chandra hubungi saat ini. Tidak ada orang lain lagi yang bisa dimintai tolong karena memang teman – temannya yang lain sedang memiliki urusan masing – masing yang lebih bermanfaat ketimbang anak sendok emas satu ini.
“Baik pak.” Tidak ada yang bisa mengalahkan ketakutan dan rasa pengabdian yang tinggi kepada bos selain sekretaris Chandra ini.
“Sus. Tolong ini darurat.” Begitu sampai di rumah sakit candra langsung menggendongnya dan memanggil suster untuk segera memberikan pemeriksaan. Darahnya menempel di kaos yang Chandra kenakan. Apalagi malam ini Chandra menggunakan kaos putih, makin terlihat dan sangat jelas warna merah pekat disana. Mirip pelaku pembunuhan yang telah selesai menghabisi targetnya.
“Silahkan isi formulirnya dulu pak.” Setelah melihat si perempuan di bawa ke ruang UGD, barulah salah satu suster mengantarkan Chandra ke bagian formulir. Menggaruk pelipis sejenak karena bingung harus menulis nama apa. Karena sekalipun mereka pernah bertemu tadi siang, mereka belum berkenalan dengan benar.
Dengan tingkat kepintaran yang sangat tinggi. Chandra menulis nama ‘Lavender’. Kenapa? Karena baju yang dipakai si perempuan tadi berwarna lavender. Jadi ya sudah seperti itu. Tidak perlu bersusah – payah mencari nama. Toh lavender juga tidak buruk.
“Baik silahkan di tunggu ya, pak.” Chandra memutuskan mendudukkan dirinya di kursi depan ruangan UGD. Kalau dipikir – pikir perempuan tadi itu kan memintanya menurunkan di halte bus. Apa orang – orang tadi berhasil mengejarnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments