Setelah hampir dua jam menunggu chandra setia menunggu penanganan si perempuan lavender tadi. Begitu melihat dokter keluar Chandra bergegas berdiri menanyakan bagaimana penanganannya.
“Gimana teman saya, dok?” tanya Chandra dengan harap – harap cemas.
“Benturan di kepalanya sudah ditangani. Tidak ada yang serius selain harus istirahat secara total untuk beberapa saat.” Barulah setelah mendengar penjelasan sang dokter, perlahan Chandra mulai bernafas dengan normal kembali.
Bahkan dirinya tidak mengerti apa yang sebenarnya dia khawatirkan. Mengingat bahwa mereka baru saja bertemu beberapa jam yang lalu dengan keadaan yang juga tidak bisa dikatakan baik.
Setelah dirasa kata dokter boleh masuk asal jangan sampai mengganggu pasien. Maka, Chandra memutuskan untuk masuk ke ruangan rawat.
Tidak pernah Anna duga bahwa kejadian akan seperti ini. Bahkan duduk dengan tenang di dalam mobil yang ia bayangkan tidak akan pernah bisa dibeli. Tangannya saling bertaut karena saking gugupnya berada dekat dengan orang asing yang justru malah menolongnya.
‘Dia gak akan jual aku kan?’
Itulah yang terlintas dipikiran Anna karena terlalu banyak melihat film thriller. Bayangkan saja orang kaya yang usianya juga Anna perkirakan masih dibawah 20 an akhir, tampan, dan mempunyai artikulasi kata yang yang sangat bagus mau menolongnya. Bahkan saudaranya yang lain saja tidak ingin menolongnya karena merasa malu.
“Jadi siapa nama lo?” Tanya Chandra begitu ia melihat sang perempuan mulai menyesuaikan diri dengan ruangan dan cahaya. Tenang saja Chandra tidak langsung bertanya apapun, ia memanggil dokter terlebih dulu lalu memberikan sang perempuan waktu untuk mencerna keadaan sekitar.
Saat merasa sudah membaik baru chandra memulai pertanyaan yang sedari awal terus mengganjal dalam pikirannya.
“Anna.” Bahkan suaranya masih bergetar hebat
“Jadi Anna, bisa saya tanya kenapa kamu bisa sampai seperti ini?”
Tidak ada keraguan apapun. Disitu anna menceritakan bagaimana saat orang – orang itu masuk ke dalam rumahnya dan menghancurkan semuanya. Tidak ada satupun yang terlewat. Semua hutang dan kehancuran yang baru saja ia alami bersama keluarganya.
Lalu disinilah Anna berada, di depan rumah yang bisa ia katakan lebih mirip dengan istana sangking besarnya. Ini kalau dibandingkan rumahnya sendiri masih belum ada seperempatnya dari rumah yang ada di hadapannya sekarang.
Anna hanya mengikuti chandra yang mulai berjalan memasuki rumah. Setelah berbicara dengan satpam yang ia sendiri juga tidak tahu apa yang mereka bicarakan, karena sedari tadi pandangannya hanya sibuk memperhatikan rumah istana ini.
“Malah bengong.” Anna tersadar begitu ada tangan lain yang menjentikkan jarinya tepat di depan wajahnya.
“Eh. Maaf.” Dengan instruksi bahasa tubuhnya chandra yang seakan menyuruh Anna masuk, maka ia berjalan perlahan di belakang sang lelaki yang terlihat begitu besar. Kalau tadi Anna sudah terkagum dengan bagian luarnya, kali ini justru ia dibuat terdiam dengan isi dari rumah ini.
“Ini beneran rumah?” Gumamnya perlahan yang tentu saja tidak sampai terdengar oleh telinga Chandra. Bisa memalukan kalau sampai dia tahu. Bayangkan kalau saja Chandra membatalkan bantuannya karena melihat Anna yang jusru terlihat sangat norak.
“Bi. Tolong tunjukan kamarnya Anna yang di sebelah kamar saya saja.” Ucapnya kepada seorang wanita tua yang berdiri paling depan di antara yang lainnya. Iya mereka ada 5 orang termasuk si wanita paruh baya itu yang sekarang beralih tersenyum dengan ramah ke arahnya. Anna merasa sangat terintimidasi dengan semua orang melihat ke arahnya dan sedikit menunduk.
“Baik, den.”
“Gue mau bersih – bersih. Gak papa kan kalau gue ngomong nyantai?” Kenapa harus bertanya? Itu yang sedang anna pertanyakan. Kalaupun Chandra bersikap tidak sopan padanya, akan Anna terima. Yang benar saja orang baik sepertinya yang sudah mau menolongnya dalam kurun waktu yang sangat sebentar masih bertanya tentang pendapatnya.
“Iya, pak.”
“Really?” Lengkingannya cukup mengagetkan dirinya hingga membuat tubuhnya agak sedikit menjengkit sebentar.
“Gue bukan bapak – bapak. Panggil nama aja.” Semua orang yang ada disana terlihat sedikit terkikik dengan penjelasan sang tuan rumah. Begitu Chandra berlalu pergi dan mulai menaiki tangga, barulah anna bisa bernafas lega. Cukup merasa sangat terintimidasi ada di dekat Chandra.
“Mari non ikut saya.” Anna hanya menurut dan mengikuti wanita paruh baya itu. Lagi – lagi Anna terus dikejutkan di lantai dua yang tidak kalah megahnya.
“Ini kamarnya, non. Kalau butuh apa – apa langsung panggil saya saja.” Kami memasuki kamar yang sudah ditunjukkan bibi dan mengamati dalamnya yang sudahlah. Anna sudah lelah mengagumi rumah ini yang tiada habisnya dengan kemegahannya.
“Namanya ibu siapa ya?”
“Bi ramsi. Panggil saja seperti itu, non.” Jelasnya setelahnya bi ramsi mulai menjelaskan tata letak kamar ini dari yang mulai kamar mandi sudah diisi dengan peralatan baru, lemari yang memang sudah ada bajunya dan berbagai macam pakaian lainnya. Anna jadi penasaran kapan Chandra menyiapkan ini semua. Seingatnya kami barus bertemu tadi sore menjelang malam dan Anna harus dirawat dirumah sakit beberapa jam.
“Kalau begitu saya permisi dulu, non.” Pamit bi ramsi karena dirasa sudah selesai dengan tugasnya. Bahkan bi ramsi memberikan nasihat untuk mandi dengan air hangat sebelum tidur. Sungguh orang yang sangat baik hati dan penuh perhatian.
Karena hari ini sangat melelahkan untuknya jadi, Anna memutuskan untuk langsung tidur tanpa membersihkan diri terlebih dulu.
“Jadi lo di kejar debt collector?” Chandra tidak habis pikir kenapa para penagih hutang ini selalu menggunakan hal – hal yang menyakitkan seperti ini. Apakah mereka tidak bisa menggunakan cara baik – baik.
“Iya.” Ucapnya pelan. Chandra tahu bahwa perihal hutang memang tidak pernah mudah untuk diceritakan kepada siapapun. Apalagi kalau sudah sampai di tahap yang seperti ini.
“Hutang lo berapa?” Chandra melihat Anna yang semakin terdiam dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkannya. “Oke gini gue mau menawarkan sesuatu. Gue bisa bebasin keluarga lo dari mereka tapi tentu saja gak gratis. Besok gue bakalan melunasi semuanya biar keluarga lo gak disakitin lagi. Gimana?” Lanjutnya menjelaskan apa yang dimaksud chandra.
“Ini gak mimpi?” Anna lagi – lagi mempertanyakan kenyataan yang terjadi sekarang.
“Gue serius. berapa hutang keluarga lo?” Dengan pertanyaan yang dilontarkan sang lelaki dengan tegasnya hanya mampu membuatnya sang perempuan yang sedang terduduk di kasur rumah sakit terdiam. Ia membeku beberapa saat sebelum akhirnya Chandra berdehem untuk menyadarkannya lagi.
“Dari yang aku dengar sekitar 200 juta.” Dengan sedikit terbata dan suara lirih takut salah mengatakan hal yang buruk.
“Oke besok gue lunasin tapi inget gak ada yang gratis di dunia ini. Kita ketemu sama orang tua lo besok.”
Begitulah keputusan Chandra yang siap membantunya kala itu. Chandra pikir hanya itu yang bisa dia bantu sejauh ini dan tentu dengan balasan yang setimpal.
Sesaat, Chandra hanya bisa mematung di depan cermin sambil mengingat kembali apa yang baru saja terjadi. Chandra akui dirinya bukan orang jahat yang akan sangat mudah mengabaikan hal seperti itu. Tapi membawa orang yang ingin ditolongnya sampai menginap dan tinggal sementara di rumahnya juga bukan dia sama sekali.
Karena terlalu lelah. Jadi ia langsung memutuskan membahas ini besok lagi. Lebih baik sekarang dirinya beristirahat saja, karena badannya terasa sakit setelah menemani Anna dirumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Bunda Titin
baca 3 eps. awal aku suka, tata bahasanya bagus ceritanya jg bagus jd penasaran..........oke lanjuuuut.........👍👍🙏😊
2023-05-22
0