...Jangan lupa vote, like & komen...
...Happy Reading...
.......
.......
.......
Siang harinya seperti yang di katakan Clara di pagi hari tadi Zeline bersama sang supir yang selalu mengantar jemputnya itu pun pergi menuju ke bandara.
Dan sekarang disinilah Zeline, duduk di kursi tunggu keluar menunggu Celine dan Jasmine sambil memainkan benda pipih canggihnya dengan earphone yang menyumpal masing-masing telinganya.
Sekitar 30 menit Zeline menunggu akhirnya orang yang ditunggu-tunggunya datang juga dan dengan segera keduanya berhambur memeluk Zeline yang terlihat tersentak kaget karena pelukan tiba-tiba mereka. Ingat Zelina masih asik dengan handphonenya makanya dia kaget.
"Lepas! Kalian mau bunuh gue?!" ucap Zeline menepuk bahu mereka berdua agak keras sampai pelukan itu terlepas.
Huh~ akhirnya Zeline bisa bernafas lega, bangun dari duduknya lalu merapikan bajunya yang sedikit kusut akibat pelukan tadi. "Ayo pulang" ucapnya berjalan lebih dulu di depan kedua manusia yang malah saling pandang di tempat mereka tanpa berniat mengikuti mengikuti Zeline.
Sementara Zeline yang sudah berjalan cukup jauh dari keduanya pun mengerutkan keningnya karena merasa tak ada yang mengikutinya. Membuat ia membalikkan badannya untuk melihat keberadaan kakaknya dan sahabat masa kecilnya di Los Angeles dulu.
Alisnya terangkat sebelah saat melihat dua orang yang dijemputnya itu tak beranjak sedikit pun dari tempat berdiri mereka tadi.
"Lo berdua ngapain masih di sana? Ayo balik!"
"Bentar Ze, kita lagi nunggu temen kita yang ikut pindah kesini" sahut Celine sedikit berteriak agar terdengar oleh Zeline yang memutar matanya malas. Oh ayolah ia lelah pulang sekolah harus menjemput kedua manusia di depan sana dan ingin cepat-cepat untuk segera pulang tapi mereka malah ingin menunggu teman mereka.
"Oh ayolah gue capek pengen cep-"
"Luke disini! " teriak Celine memanggil seseorang yang baru saja keluar dari pintu landing pesawat sambil melambai-lambaikan tangannya di udara. Tak peduli bahwa ia baru saja memotong ucapan sang adik yang kini kembali memutar tubuhnya melihat seseorang yang di panggil oleh sang kakak.
Yang ternyata adalah seorang pria dengan wajah khas luar negerinya berjalan mendekat kearah mereka bertiga. Celine dan Jasmine entah sejak kapan sudah berdiri di sisi kanan dan kiri Zeline.
Wajah keduanya terlihat sangat bahagia juga semangat. Sedangkan Zeline hanya menampilkan wajah datarnya melihat pria itu yang kini sudah berdiri tepat di depan ketiganya.
"Lo lama banget?" ucap Jasmine buka suara pada pria itu yang tak lain adalah Luke. Luke tersenyum canggung "Sorry, kalau begitu kita pergi sekarang?" tanya Luke menatap bergantian kedua sahabat gadisnya itu.
"Tentu, kita bakal nganterin lo dulu ke apartemen terus kita bertiga pulang deh. Lo gak keberatan kan nganterin temen gue dulu, Ze?" ucap Celine di akhir menoleh kepada sang adik yang hanya mengangguk acuh.
"Okey kalau gitu ayo pergi!" seru Jasmine semangat dan siap melangkahkan kakinya namun terurungkan akibat pertanyaan Luke.
"Dia siapa, Cel?" tanya antusias Luke saat ia menyadari keberadaan Zeline dan menatap wajah cantik gadis itu yang nampak acuh.
"Oh iya gue hampir lupa, Luke kenalin ini adek gue, Zeline " ucap Celine sambil menepuk dahinya memperkenalkan Luke pada Zeline. "Zeline ini Luke sahabat gue di LA"
Luke mengulurkan tangannya ke depan Zeline yang menatap uluran tangan itu sebentar sebelum akhirnya menerima uluran itu. "Luke Haiden, lo bisa manggil gue Luke senang bisa bertemu denganmu" sapa ramah Luke dengan senyum manis andalannya.
"Zeline" Melepaskan tautan tangan mereka lalu berjalan lebih dulu meninggalkan mereka. "Ngapain masih diam di sana ayo cepat!" ucap Zelina dengan sedikit keras tanpa membalikkan badannya melihat kearah mereka yang kini segera berlari kecil untuk menyusulnya.
"Dingin banget"
...------- Zeline Zakeisha -------...
Kalandra memarkirkan motornya di depan gedung perusahaan tempat ayahnya bekerja. Dengan wajah datar dan dingin Kalandra melangkah masuk ke dalam perusahaan untuk menuju ruangan ayahnya yang berada di lantai paling atas.
Tok tok tok
Kalandra mengetuk pintu ruangan ayahnya lalu setelahnya iapun masuk kedalam saat sudah mendengar suara ayahnya yang mempersilahkannya masuk.
"Ada apa, Pa?" tanya Kalandra saat telah masuk di ruangan sang ayah dan mendudukkan pantatnya di sofa tunggal yang berada di sana sambil menatap pada sang ayah yang mengalihkan perhatiannya dari berkas kepadanya.
Tuan Septian Aldebaran sedikit mengangkat sudut bibirnya ketika melihat sang putra dan mulai beranjak dari tempat duduknya mendekat pada Kalandra dengan sebuah proposal di tangannya.
"Ini" ucap Septian menyerahkan proposal di tangannya pada Kala.
Kalandra mengangkat sebelah alisnya bertanya menatap sang ayah dan proposal itu bergantian lalu membacanya.
Selesai membaca semua isi proposal itu kini Kalandra menatap ayahnya itu tak yakin. "Papa mau aku jadi guru?" tanya Kalandra tak percaya
"Iya. Sebelum Papa menyerahkan sekolah itu dan perusahaan ini kepada kamu Papa mau kamu jadi guru di sana selama setahun. Sekalian kamu bisa mengawasi bagaimana kondisi sekolah itu dan seperti apa cara pengajar bekerja di sana."
"Oh ayolah Pa, aku terlalu malas melakukan semua itu,apalagi berurusan dengan anak-anak nakal di sana" ujar malas Kalandra menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.
"Papa tidak peduli kamu setuju atau tidak. Lagi pula jika kamu mengajar di sana kamu bisa sambil mengawasi adik kamu,"
Mendengar ucapan sang ayah itu benar-benar membuat Kalandra kesal, "Hah~ baiklah terserah, Lalu bagaimana dengan kuliahku?" tanya Kalandra
"Kenapa kamu bertanya pada Papa? Papa yakin kamu bisa mengatasi itu semua kamu kan pintar membagi waktu" ucap enteng Septian mengidikan bahunya acuh.
Lagi. Kala hanya bisa mendengus ketika mendengar ucapan sang Ayah, kemudian beranjak dari duduknya. Hal itu tentu saja membuat Septian menatapnya penuh tanya.
"Mau kemana?"
"Kampus"
"Oh yaudah, pergi sana" ucap Septian menganggukkan kepalanya dan Kalandra melanjutkan langkahnya untuk keluar dari ruangan sang ayah. Namun belum sempat ia memegang gagang pintu suara ayahnya mengintrupsi gerakannya.
"Tunggu Kala!" tahan Septian sambil bangun dari duduknya menatap kearah Kalandra yang sudah berada di depan pintu.
Kalandra menoleh pada Septian dengan alis terangkat sebelah bertanya. "Besok hari pertama kamu mulai mengajar di sekolah, sebagai guru bahasa Inggris." ucap Septian dan hanya anggukan kepala yang di berikan oleh Kalandra sebelum akhirnya keluar dari ruangan ayahnya tanpa sepatah kata pun.
...---------- Zeline Zakeisha ----------...
Keesokan harinya sesuai dengan apa yang di katakan sang ayah kemarin, Kalandra telah bersiap-siap di kamarnya dengan setelan kemeja putih yang dilipat hingga siku yang di padukan dengan celana kerja hitam.
Ia juga menata rambutnya sedikit rapih dari biasanya, tak lupa ia juga memakai kacamata bacanya. Setelah puas menatap penampilannya dari balik cermin iapun turun untuk sarapan bersama keluarganya.
"Wih tumben lo bang, pake kemeja. mau kemana?" tanya pemuda yang memiliki wajah hampir mirip dengan Kalandra dari tempat duduknya. Dia Kaisar Alvarez Aldebaran, adik kandung Kalandra
Pertanyaan yang dilontarkan sang adik itu tidak Kalandra hiraukan, ia terlalu malas menjawab pertanyaan adiknya itu. Maka ia hanya meliriknya sebentar lalu mulai memakan sarapannya, menghiraukan Kaisar yang mendengus kesal di tempatnya.
"Ck. Jawab kek, ini malah di kacangin" dengus Kaisar sambil menyuapkan makanan ke mulutnya kesal. Sedangkan Stella ibu dari kedua bersaudara itu hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putra sulungnya yang selalu membuat pagi hari Kaisar diawali dengusan kesal kepadanya.
"Lo berangkat bareng gue aja" ujar Kalandra tiba-tiba di sela acara sarapan paginya, sambil melirik pada Kaisar yang langsung menatapnya.
"Idih, ogah. Males banget gue berangkat sama lo" tolak Kaisar menggelengkan kepalanya tak mau.
"Berangkat bareng Abang kamu aja, lagian dia mau ke sekolah kamu juga," timpal Septian dari arah belakang ketika ia sampai di meja makan dan bergabung dengan keluarga kecilnya.
"Loh, ngapain Kala ke sekolah Kaisar, Pa?" tanya Stella ikut menimpali ucapan sang suami. Septian melihat kearah Stella lalu tersenyum tampan padanya.
"Sweetie kamu lupa lagi dengan apa yang kita bicarakan beberapa hari yang lalu?" Septian balik bertanya pada Stella yang kini terlihat berpikir lalu menepuk keningnya pelan saat mengingat hal yang di katakan sang suami.
"Oh iya ya, aku lupa hehe" kekeh Stella menatap Septian yang menggelengkan kepalanya dengan tingkah Stella.
"Kai, yang di omongin Papa sama abang kamu bener, lebih baik kamu berangkat sama abang kamu biar sekalian." ucap Stella pada Kaisar yang kini sudah siap mengeluarkan bantahannya.
Oh ayolah pulang nanti ia akan ke rumah temannya untuk bermain jika ia berangkat bersama sang kakak yang ada rencananya akan gagal karena kakaknya itu sangat menyebalkan dan pasti akan melarangnya untuk pergi.
"Tapi Ma-"
"Ma, Pa kami berangkat assalamu'alaikum" potong Kalandra yang langsung menarik kerah belakang kemeja sekolah Kaisar dan menyeretnya keluar rumah bersama dengan tas kerjanya dan tas sekolah Kaisar tentunya. Menuju ke mobilnya dan setelahnya membawa mobil itu meninggalkan pekarangan rumahnya.
•
•
•
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments