Pindah

...Jangan lupa vote, like & komen...

...Happy Reading...

.......

.......

.......

Celine berjalan menuju kearah kamarnya dengan menunduk dalam setelah tadi hampir 2 jam ia diceramahi oleh sang Kakek. Ia sampai di dalam kamarnya lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur berukuran king size miliknya. Tatapannya terarah keatas langit-langit kamarnya yang di dominasi warna cream.

Kemudian ia menghela nafasnya berat begitu mengingat kembali ucapan sang Kakek beberapa saat yang lalu.

Beberapa saat yang lalu...

“Yaampun Celine sudah berapa kali Grandpa bilang jangan suka balapan dan pergi ke club! Kamu itu perempuan kalau kamu kenapa-kenapa gimana?!” Omel Alex memijat pangkal hidungnya pelan sambil menatap Celine yang menunduk di depannya.

Haih~ Lelah Alex tuh ngurusin cucunya yang satu ini. Kenapa bisa sifatnya sangat mirip dengan ibunya, bahkan mungkin lebih parah.

“Maaf...” cicitnya pelan penuh penyesalan.

“Hah~ satu lagi kenapa kamu mecahin gucci kesayangan Grandpa hmm?”

“Umm i-itu Celine gak sengaja hehe“ sahutnya dengan mata yang melihat kearah lain. Tak mau melihat tatapan tajam mengintimidasi sang kakek.

“Huh baiklah~ Grandpa tak akan mempermasalahkannya tapi Grandpa akan minta kepada kedua orang tua kaya kamu itu untuk mengganti Gucci kesayangan Grandpa!” ucap Alex sedikit kesal.

“Dan ingat Celine Grandpa harap ini yang terakhir kalinya kamu buat ulah! Grandpa gak mau masa depan kamu rusak Celine.” nasihat Alex dengan nada akhir yang melembut.

Celine mengangguk lalu melirik sang Kakek. “Grandpa udah gak marah kan? gak bakalan jadi pindahin Celine ke Jakarta kan?” tanya Celine menatap Alex.

“Ya Grandpa udah gak marah. Tapi tentang memindahkan kamu ke Jakarta adalah keputusan terbaik Grandpa, lagipula kedua orang tuamu telah mengurus semua kebutuhan kepindahan mu di sekolah yang baru” jelas Alex yang helaan nafas pasrah dari Celine yang kembali mengangguk

“Kalau begitu Celine balik ke kamar dulu, Grandpa”  Kemudian berlalu dari ruang kerja sang kakek dengan wajah lesu.

“Ah sial! Padahal gue lebih seneng ada di sini” kesalnya mengacak-acak rambutnya kemudian menoleh melihat jam yang berada di samping tempat tidur.

Ia beranjak dari tempat tidur menuju walk-in closet untuk mengganti pakaian. Ia akan keluar bersenang-senang bersama teman-temannya yang berada disini sebagai salam perpisahan sebelum ia terbang ke Indonesia.

Setelah memastikan penampilannya ia mengambil kunci motornya yang berada di meja nakas keluar kamar dengan diam-diam agar tak ketahuan sang Kakek. Celine mengambil jalan keluar rumahnya lewat pintu belakang lalu mendorong motornya dari bagasi hingga sedikit lebih jauh dari pekarangan rumahnya yang lebih terlihat seperti mansion.

Kemudian ia menaiki motornya dan melesat pergi menjauh dari sana dengan kecepatan di atas rata-rata.

Celine membawa motornya menuju rumah Jasmine sahabatnya yang telah ia hubungi sebelumnya. Celine sampai di depan gerbang rumah Jasmine yang sudah menunggunya di sana lalu ia naik keatas jok belakang motor Celine tanpa perintah.

Untuk beberapa saat motor yang di tunggangi Celine melaju membelah kerumunan jalan yang memang masih ramai dengan pengendara yang berlalu lalang ke sana kemari meski hari sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Motor Celine berhenti di depan sebuah bangunan yang bertuliskan 'Golden Club' dimana ia bersama teman-teman janjian.

Setelah memarkirkan motornya Celine berjalan masuk kedalam dengan Jasmine yang mengikutinya dari belakang. Mereka masuk cukup dalam hingga berhenti di sebuah ruangan VIP dan masuk ruangan itu.

Begitu Celine dan Jasmine masuk kedalam terlihat Luke bersama teman-teman yang lainnya tengah menunggu kedatangannya. “Yo Line, akhirnya datang juga lo. Jadi ada apa nih? Tiba-tiba minta kumpul” tanya Luke sambil menuangkan whiskey ke gelas Celine dan memberikan segelas jus pada Jasmine.

Celine meneguk minumannya hingga tandas sebelum menjawab pertanyaan Luke. “Lusa gue mau pindah ke Jakarta, jadi gue nyuruh kalian semua kumpul disini buat ngucapin salam perpisahan.” balasnya dengan senyum tipis.

Jasmine yang mendengar langsung menatap Celine terkejut, “Celine lo becanda kan? Kenapa tiba-tiba banget”

“Di suruh Grandpa gara-gara masalah kemarin.”

Plak!

“Makannya jangan nakal mulu!”sentak Jasmine sambil menabok kepala Celine keras hingga meringis bahkan Luke dan yang lainnya juga ikut meringis merasakan bagaimana kerasnya pukulan yang dilayangkan Jasmine.

“Sakit bego! Lagian lo juga nakal!” balas Celine menyentak.

“Ya kan gue nakal juga gara-gara di ajak sama lo. mukul lo juga itu pelan gak usah berlebihan.”

“Pelan dimana ya, anjing! Lo mukul pake tenaga dalem. Kalau gak percaya sini cobain sendiri!” ucap Celine mengangkat tangan hendak balas memukul Jasmine namun gadis itu sudah lebih dulu beranjak dari sampingnya dan berlindung di balik punggung kokoh Luke yang tengah berdiri.

“Wooo tenang-tenang, tapi Cel lo gak perlu sedih karena gue juga bakal pindah ke Jakarta” ucap Luke mendudukkan dirinya di samping Celine, Jasmine melebarkan matanya begitu mendengar ucapan Luke.

“Luke lo juga mau ikut Celine? Ninggalin gue disini sendirian?!” tanya Jasmine dengan kesal melipat tangannya di depan dada.

“Bukan gitu, sebenarnya beberapa hari yang lalu bokap gue bilang kalau kita sekeluarga harus pindah ke Jakarta karena ada urusan pekerjaan. Dan tadinya gue mau kasih tahu kalian besok tapi karena lo ngomong mau pindah ke Jakarta juga yaudah gue bilang di sini aja sekarang.” terang Luke meneguk minumannya hingga tandas lalu menatap Celine dan Jasmine bergantian.

“Hmph! Kalau gitu gue juga bakal ikut sama kalian berdua!” ujar Jasmine mendudukkan bokongnya di samping Celine.

“Emang Daddy bakal ngizinin lo gitu? Lagian kalau lo beneran di izinin nanti lo mau tinggal dimana? Sama Oma Opa lo?”

“Pasti di izinin kan gue anak kesayangannya, dan ya tentu aja gue bakal tinggal di rumah Oma Opa kalau gak gue bakal tinggal di rumah gede lo aja” seru enteng Jasmine menyeruput jus buahnya.

Hingga Celine hanya mengangguk kepalanya, hmm benar juga kan Jasmine anak tunggal Daddy Daffin jadi tentu aja semua keinginannya bakal dikabulin.

Kemudian setelahnya mereka pun menghabiskan malam terakhir mereka di Los Angeles dengan bercanda gurau. Hingga tak terasa sekarang ini sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.

Celine bahkan sudah tak sadarkan diri akibat terlalu banyak minum bersama yang lainnya kecuali hanya satu yang belum juga mabuk sedari tadi yaitu Jasmine. Yang tentunya ia tidak akan mabuk karena ia hanya minum jus.

Dengan perlahan Jasmine membopong badan Celine keluar Club membawanya ke tempat parkir lalu memasukkannya kedalam mobil Luke. Ia tak bodoh membawa seseorang yang tengah mabuk berat menggunakan motor maka dari itu ia menukar kunci motor Celine dengan kunci mobil milik Luke.

Setelah memasukkan Celine di kursi belakang dan memasangkan seatbelt pada tubuh Celine. Jasmine pun ikut masuk kedalam mobil untuk duduk di depan kemudi, menyalakan mobilnya lalu melajukannya meninggalkan tempat yang masih ramai akan pengunjung menuju rumahnya.

Dylan sampai di depan salah satu kelas yang berada di gedung fakultas seni, menyembulkan kepalanya mengintip kedalam kelas melalui kaca jendela guna mencari keberadaan Nesya, sang pujaan hati. Lalu saat menemukan sosok gadis yang dicarinya itu sudut bibirnya tertarik keatas membuat senyuman tipis.

Usai puas memandangi Nesya dari kejauhan, Dylan pun memutuskan untuk duduk di kursi panjang yang terdapat di depan kelas Fakultas Seni itu sambil bermain game di ponselnya. Ia akan menunggu Nesya di sini sampai kelasnya berakhir.

Sekitar 1 jam Dylan bermain game, ia akhirnya bosan dan melihat kearah pintu kelas yang kini terbuka dan Dosen pun keluar dari sana di susul mahasiswa/i lainnya yang berhamburan keluar kelas entah menuju ke kantin atau mungkin ke perpustakaan Dylan tak tahu dan ia tak peduli.

Ia bangun dari duduknya dan memasukkan ponselnya ke saku hoodie Navy nya. Kakinya melangkah masuk kedalam kelas berniat  menghampiri Nesya untuk mengajaknya pergi ke kantin bersama. Kalian ingatkan Dylan belum sarapan ia hanya meminum segelas susu vanilla milik adiknya tadi pagi.

Senyumnya senantiasa mengembang dan sesekali membalas sapaan teman-teman sekelas Nesya dengan ramah. Sampai tiba-tiba langkahnya terhenti karena sesuatu yang di lihatnya. Di depan sana Nesya tengah berbincang sambil sesekali terkekeh dengan seseorang yang sangat Dylan kenal.

Senyum manis yang sedari tadi terpatri di bibirnya kini perlahan memudar dan tatapannya pun berubah menjadi dingin. Tangannya terkepal ketika melihat laki-laki di depan Nesya dengan kurang ajarnya mengacak surai panjang itu.

Melangkahkan kakinya dengan lebar dan cepat dengan segera Dylan menarik lengan Nesya agar menjauh dari hadapan laki-laki itu yang tak lain dan tak bukan adalah Arzan Malik Adithama, rivalnya semenjak dari bangku SMA.

“Apa-apaan lo nyentuh-nyentuh cewek gue!” sentak Dylan menatap tajam Arzan yang juga menatapnya dengan tatapan mengejek.

“Hah~ Sejak kapan Nesya jadi cewek lo? Setahu gue Nesya belum punya pacar, dan kalau pun dia punya pacar ya pasti gue” sarkas Arzan dengan senyum miring mengejeknya kearah Dylan yang kini mengeram kesal.

“Sialan lo!” umpat Dylan siap melayangkan bogem mentahnya kepada wajah menyebalkan Arzan. Namun baru juga tangannya melayang di udara, tangannya itu sudah terlebih dahulu ditahan oleh Nesya yang sedari tadi diam di belakangnya.

“Dylan lo apa-apaan sih?! Gak usah berantem!” ujar Nesya menahan lengan Dylan yang kini menatap kearahnya.

“Kenapa?! Cowok brengsek ini udah berani nyentuh kamu. Aku cuma mau kasih dia pelajaran!” ucap Dylan sedikit melembutkan nada bicaranya terhadap Nesya.

Menghela nafas pelan Nesya menarik pergi Dylan keluar kelasnya. Ia sedang malas berdebat dan melihat perkelahian pria di depannya ini jadi ia memilih untuk membawanya menuju keluar kelas setelah mengucapkan kata maaf kepada Arzan.

“Zan, sorry ya gue gak bisa makan siang bareng lo, lain kali aja kita makan barengnya. Gue pergi duluan ya“ ucap Nesya tersenyum tak enak menolak ajakan Arzan tadi.

“Iya gapapa lain kali aja. Nanti gue hubungi lo ya” balas Arzan yang mendapat anggukan dari Nesya yang segera menyeret Dylan keluar kelasnya di ikuti oleh Viona sahabatnya.

“Dylan bisa gak sih lo jangan kayak gitu sama Arzan! Lagian yang Arzan bilang juga bener gue sama lo gak ada hubungan apa-apa jadi stop! Batasin kebebasan gue yang mau deket sama siapapun” ucap Nesya begitu mereka sudah berada cukup jauh dari kelas Fakultas ya. “Gue capek Dylan! Diatur sama lo dan dibatasin ini itu sama lo bahkan hubungan kita aja gak ada kejelasan.” sambungnya lirih menghembuskan nafasnya lelah.

Sementara Dylan yang tengah menatapnya kini menampilkan tatapan terluka. Apa Nesya tak sadar? Kalau sebenarnya dia juga lelah dengan semua ini. Tak tahu kah dia seberapa lelahnya Dylan berjuang sendirian, tapi lihat perjuangannya selama ini bahkan terasa sangat sia-sia.

Nesya bahkan tak pernah melihat keseriusannya untuk memperjuangkannya dan menjadikannya sebagai miliknya seorang.

“Nes, Lo pikir siapa yang buat semua ini jadi rumit kayak gini? Elo Nesya, Elo! Coba dari awal lo nerima gue mungkin hubungan kita sekarang udah jelas.” ucap Dylan sedikit menaikan nada bicaranya pada Nesya.

“Tapi gue juga udah bilang sama lo kalau gue gak suka dan gak mau sama lo Dylan!!” balas Nesya ikut menyentak.

“Kenapa? Kenapa lo gak mau sama gue? Gak bisakah lo liat perjuangan gue selama ini? Atau ada yang kurang dari gue” ucap Dylan frustasi dengan semua ini, sambil meraih telapak tangan Nesya untuk di genggamnya.

Nesya diam menatap raut putus asa Dylan di depan wajahnya. Ia sadar dengan semua perjuangan Dylan padanya ia sangat sadar akan itu semua, tapi... Tapi ia tak bisa memberikan kepastiannya kepada Dylan karena ada alasannya.

Perlahan Nesya melepaskan genggaman Dylan di tangannya kepalanya tertunduk tak berani menatap Dylan. “Dylan lo gak kekurangan apapun tapi itu gue...” lirih Nesya menunduk dalam.

“Apa yang kurang dari lo? Gue bisa nerima itu semua Nesya, asal lo mau sama gue”

“Gue udah tunangan, Dylan. Dan minggu depan Kita bakalan Nikah” ucapan itu terlontar begitu saja dari belahan bibir Nesya yang mana hal itu menjadi sebuah boomerang untuk seorang Dylan Melvino Albert.

“Apa Arzan-” suara Dylan tercekat di tenggorokan ketika melihat Nesya yang menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dan setelah itu Dylan pun pergi begitu saja dari sana dengan perasaannya yang hancur.

...Thank you for reading...

.......

.......

.......

.......

...To Be Continued...

Terpopuler

Comments

Khai

Khai

semangat berkarya dan banyakkan berehat,
Kami sentiasa mendukung anda

2023-10-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!