Permulaan

...Jangan lupa vote, like & komen...

...Happy Reading...

.......

.......

.......

Suasana pagi hari di meja makan kediaman Galaksi terlihat tenang karena si pembuat rusuh belum bangun dari tidurnya. Lintang Cahya Galaksi, selaku kepala keluarga yang tengah memakan sarapannya dengan tenang bersama Clara Xaviera Viviana, sang istri dan Zeline Zakeisha Galaksi putri bungsunya.

Di tengah-tengah sarapan pagi mereka yang tenang, tiba-tiba dari arah tangga terdengar suara teriakan si putra sulung keluarga Galaksi yang melangkah terburu-buru menuruni tangga.

"Mama! Kenapa gak bangunin Dylan sih?! Hari ini Dylan ada kelas pagi tahu," gerutunya dengan suara nyaring membuat semua penghuni rumah itu menutup telinga mereka akibat mendengar suaranya.

Bahkan Clara yang tadi hendak menyuapkan makanannya pun tak jadi karena makanannya kembali jatuh ke piring gara-gara terlojak kaget, lalu menatap sang anak yang terlihat meminum susu vanilla kesukaan Zeline hingga tandas tak tersisa. "Mama udah bangunin kamu hampir lima kali Dylan. Tapi kamu ya aja yang kebo kayak Papa kamu" ucap Clara dengan nada kesal sambil menyuapkan makanan yang tadi sempat tak jadi masuk kedalam mulutnya.

Galaksi yang mendengar ucapan sang istri pun hanya mampu diam pasrah, "Padahal dari tadi gue diem aja tapi tetep aja kena." keluhnya dalam hati meratapi nasib.

Sementara Dylan hanya cengengesan di tempatnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal canggung. Namun setelahnya ia lantas tersenyum kemudian memeluk Clara dari belakang membujuk, "Hehe maaf Ma, Dylan salah. Jangan marahnya," bujuknya dengan nada manja bahkan mengecup pipi sang ibu agar memaafkannya.

Membuat Galaksi yang melihat hal itu seketika menatap tajam Dylan dari tempat duduknya. Dylan yang merasa belakang punggungnya dingin meremang pun menolehkan kepalanya kearah sang ayah yang tengah menatapnya seperti akan memakannya hidup-hidup.

Sorot mata tajam Galaksi seketika membuat Dylan ketakutan, "Sial, gue lupa tuan posesif masih disini! Kalau uang jajan gue di potong gimana? Kan berabe" rutuk nya dalam hati lalu melepaskan pelukannya pada Clara.

"Ekhem... Karena aku udah telat jadi aku berangkat dulu. Mama cantik jangan marah lagi ya, cup" ucap Dylan lalu berlari keluar rumah dengan cepat setelah kembali mengecup kilat pipi Clara. Sedang Galaksi melototkan matanya menatap kepergian Dylan, "Awas aja kamu Dylan! Uang jajan kamu Papa potong!"Batin Galaksi.

Sementara Zeline yang sedari tadi diam menyimak drama pagi di rumahnya pun hanya acuh, ia sudah sangat sangat terbiasa dengan semuanya. Karena sarapannya sudah habis Zeline pun mulai beranjak dari duduknya.

"Aku berangkat,Assalamu'alaikum" Menyalami punggung tangan Clara dan Galaksi bergantian kemudian berlalu dari dalam rumah.

"Walaikumsalam hati-hati dijalannya sayang, jangan lupa makan siangnya di habisin nya!" ucap Clara sedikit menaikkan oktaf bicaranya karena Zeline yang sudah berada cukup jauh dari ruang makan.

Setelah kepergian Zeline kini tersisa lah Clara dan Galaksi yang masih menikmati sarapan pagi mereka dalam diam. Beberapa menit mereka lewati dalam keheningan sebelum akhirnya Clara meletakkan alat makannya yang mana menandakan ia sudah selesai dengan sarapannya begitu pula dengan Galaksi yang menyeka sudut bibirnya menggunakan tisu.

"Hari ini aku pulang cepat, mau aku jemput?" suara Galaksi berbicara lebih dulu sambil melihat kearah Clara yang terlihat sibuk merapihkan piring kotor.

Sebenarnya ia tak perlu repot-repot melakukan hal itu karena maid di rumah besarnya juga banyak.

Clara tak menjawab karena masih sibuk dan setelah ia memberikan piring kotor kepada salah satu maid ia pun baru menjawab pertanyaan sang suami. "Hmm, terserah kamu." balasnya.

"Baiklah kalau begitu aku akan menjemputmu."final Galaksi yang mendapat kerlingan malas dari Clara. Galaksi bangun dari tempat duduknya merapihkan sedikit jas dan dasi yang dikenakannya sebelum pamit pergi ke kantor lebih dulu pada Clara. "Aku-"

"Tunggu sebentar! Sebelum kamu berangkat bisakah kita bicara dulu di ruang keluarga?" Clara menyela ucapan Galaksi yang akan pamit padanya. Alis Galaksi terangkat sebelah bingung sebelum akhirnya mengangguk lalu berjalan terlebih dulu di ikuti Clara menuju ruang keluarga.

Galaksi mendudukkan pantatnya di sofa empuk tunggal menghadap kearah Clara yang duduk di sofa panjang sampingnya. "Jadi?" tanya Galaksi memulai.

"Semalam Daddy nelpon, dia bilang mau pindahin Celine kesini" ucap Clara.

"Tiba-tiba? Apa dia membuat ulah lagi?" tanya Galaksi.

Clara menghela nafas lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. "Yah seperti biasanya." Yang membuat Galaksi sama menghembuskan nafasnya lelah dengan sifat anak gadis satunya itu sambil memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa berdenyut kemudian iapun mengulas senyum tipis menatap pada sang istri.

"Dia benar-benar sama persis seperti kamu dulu," timpalnya dengan kekehan di akhir saat mengingat kenangan masa muda Clara yang selalu membuat onar hingga di keluarkan dari sekolah.

Mendengar itu Clara ikut terkekeh, "Tentu saja dia seperti ku. Aku kan ibunya" balasnya lalu beranjak dari duduknya.

"Baiklah kita berdua harus segera berangkat ini sudah hampir siang." ucap Clara berjalan mendekat kearah Galaksi dan memberi kecupan singkat di bibirnya sebelum pergi begitu saja meninggalkan Galaksi yang tersenyum.

Zeline memasuki ruang kelas yang di dalamnya sudah ada beberapa orang siswa/i dengan acuh tanpa menghiraukan tatapan mereka yang tak suka padanya ia berjalan menuju kursi paling belakang samping jendela. Menyimpan tasnya di atas meja lalu mengeluarkan handphonenya untuk bermain game sejenak sebelum bel masuk berbunyi.

Di tengah permainan gamenya tiba-tiba saja ada panggilan masuk ke handphonenya membuat ia mendengus kesal pada si penelpon. Padahal sebentar lagi ia akan memenangkan pertandingan tapi gara-gara ada yang menelpon dirinya harus mati tertembak musuh.

Dengan perasaan dongkol karena gamenya kalah iapun menggeser ikon hijau keatas tanda menerima panggilan lalu menempelkannya di samping telinga.

"Ha-"

"HUWAAAA ZELINE GUE DIUSIR SAMA GRANDPA HUHUHU" Suara teriakan dari sebrang telpon menyapa gendang telinga Zeline telak membuatnya segera menjauhkan handphonenya dan memegangi telinganya yang berdengung.

"Gak usah teriak-teriak bego! Gue gak budeg!" sentak Zeline sedikit keras hingga membuat beberapa orang menatap kearahnya namun ia mana peduli.

"Hehe sorry. Tapi Zeline gue serius, gue diusir sama Grandpa gimana dong ~"ucap gadis di sebrang sana yang tak lain dan tak bukan adalah Celine, kakak perempuannya.

Huh! Zeline mendengus begitu mendengar suara Celine yang merengek. "Emang lo habis ngapain sampai diusir sama Grandpa?"

"Umm itu.... Gue ketahuan balapan liar, main ke club dan terakhir gue mecahin gucci kesayangannya"

"Terus hubungannya sama gue apa?"

"Ish kok lo gitu sih... ya bantuin gue lah buat bujukin Grandpa biar dia gak jadi kirim gue balik ke sana, lo kan cucu kesayangan dia”

"Males lah, itukan salah lo sendiri dasar gak bisa dibilangin” acuh Zeline yang membuat Celine di sebrang sana mendengus.

“Ah elo jadi adik gak ada gunanya banget!” kesal Celine lalu memutuskan sambungan telponnya secara sepihak karena kesal. Sedang Zeline hanya memandangi telpon genggamnya datar lalu menggelikan bahunya acuh.

Hingga beberapa saat kemudian seorang guru pun masuk ke ruang kelasnya karena bel telah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Dengan langkah pelan juga penuh kehati-hatian Dylan berjalan kearah kedua sahabatnya dengan badan yang sedikit di bungkukan karena di depan sana ada seorang Dosen yang sedang mencatat materi di papan tulis.

"Sstt.. Ssstt.. Geser woy!" seru Dylan pada Erland dengan suara pelan sambil menepuk-nepuk lutut Erland yang tadi fokus menatap ke depan kelas pun melirik kearah Dylan sekilas lalu menggeser tempat duduknya.

Begitu Erland geser dengan segera Dylan pun duduk di sana kemudian menghela nafas lega karena tak ketahuan. "Heh! lo dari mana aja? Tadi Pak Radit marah-marah karena lo gak ada," bisik Erland memiringkan sedikit badannya kepada Dylan.

"Gue bangun kesiangan," balas Dylan berbisik juga sampai saat mereka berdua asik bisik-bisik dan sesekali saling pukul pun di tegur Pak Radit, Dosen yang saat ini tengah mengajar.

"Itu yang dari tadi bisik-bisik di belakang kemari kalian berdua!" titah Pak Radit dengan nada tegas.

"Gara-gara lo sih!" ucap Erland dengan nada kesal pada Dylan.

"Dih kan lo yang mulai duluan ******" ketus Dylan sambil berjalan maju ke depan kelas.Mereka terus saling menyalahkan hingga sampai di depan Pak Radit yang kini berkacak pinggang saat menatap keduanya terutama saat melihat sosok Dylan yang baru ia lihat setelah setengah jam melewatkan jam ajarannya.

Dengan perasaan kesal Pak Radit seketika menjewer telinga keduanya karena masih berdebat juga. "Aduh~duh~ Pak. sakit Pak~" celetuk keduanya saat merasakan panas bercampur perih di telinga mereka.

"Makanya diem jangan bisik-bisik terus!" ucap Pak Radit melepaskan jewerannya menatap Dylan dan Erland berganti yang tengah menunduk.

Matanya berhenti pada Dylan " Jadi habis darimana kamu?! Jam segini baru masuk kelas saya?" tanyanya pada Dylan.

Dylan mendongkkan kepalanya menatap Pak Radit kemudian menampilkan senyum bodohnya sebelum menjawab pertanyaannya. "Hehehe... Bangun kesiangan Pak" sahutnya dengan cengengesan.

"Huh alasan! Gak bosen apa kamu alasannya itu itu mulu. Bilang aja kamu males jam pelajaran saya kan?" ucap Pak Radit mencoba menyudutkan Dylan.

"Kalau boleh jujur Pak, saya emang males jam pelajaran Bapak karena dari sekian banyaknya jam yang ada kenapa bapak ambil jam pagi? Kan saya jadi kurang tidur Pak" tanpa terduga Dylan menyahut dengan nada kelewat santai juga malas,  tangannya saja ia lipat depan dada.

Membuat Pak Radit yang mendengar dan melihat kelakuannya pun tersulut emosi karena tingkahnya. "Terus kamu maunya saya ambil jam berapa?" tanya ketus Pak Radit menahan kekesalannya.

Senyum Dylan mengembang lebar saat Pak Radit bertanya demikian. "Kalau bisa sih bapak gak usah ambil kelas aja biar saya gak dapet tugas dari bapak, soalnya bapak tuh kalau ngasih tugas suka gak nanggung mana ngumpulinnya harus sehari setelah di kasih lagi" sahut kembali Dylan mengeluh dengan tugas yang selalu di berikan oleh dosen nya yang satu ini.

Plak!

Pukulan dibelakang kepala Dylan dapatkan dari Pak Radit yang kini nafasnya tak teratur karena emosi, menatap Dylan  nyalang yang tengah mengusap-usap belakang kepalanya.

"Kenapa kamu gak sekalian aja suruh saya pengsiun huh!!" bentak Pak Radit tepat di depan wajah Dylan.

Bentakan yang di lontarkan Pak Radit itu sukses membuat Dylan menjerit senang, "Wah bagus kalau Bapak akhirnya mau pengsiun, Bapak kan udah tua harus banyak-banyak istirahat." timpal Dylan.

"DYLAN KAMU!!"

"Iya Pak?" Dylan lagi-lagi menyahut dengan nada menjengkelkannya membuat teman seisi kelasnya menahan nafas mereka akibat ketakutan dengan kemarahan Pak Radit yang tentunya Dylan dan kedua sahabatnya sama sekali tidak takut.

"PERGI BERSIHIN AULA SANA! SE.KA.RA.NG."

Yang dengan sigap Dylan langsung berlari terbirit keluar kelas sambil tertawa cengengesan ketika melihat raut wajah teman-teman sekelasnya. Namun larinya itu ia bawa bukan untuk pergi ke aula dan membersihkannya, tapi ia pergi membawa kakinya menuju gedung fakultas Seni untuk menemui gadis pujaan hatinya.

...***Thank you for reading...

.......

.......

.......

.......

...To Be Continued***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!