Kedatangan Pria Berjas

Pagi ini Shabrina baru selesai membersihkan tubuh Nesya, sedangkan Arya dia sudah bisa mandi sendiri dengan baik. Bahkan dia juga sudah bisa memakai pakaian nya sendiri.

Shabrina tersenyum memandang anak lelaki nya itu, meskipun setiap kali memandang wajah itu, dia selalu teringat dengan kekasihnya dulu. Ya, kekasih yang menjadi ayah dari anak anak nya. Wajahnya sangat mirip dengan Arsya, bahkan sifat Arsya yang tidak banyak bicara namun penyayang juga menuruni sifat ayahnya.

Ah... rasanya jika mengenangkan itu luka dihatinya tidak pernah bisa terobati.

Antara rindu dan benci.

Benar benar dua hal yang membuat Shabrina hidup dalam perasaan yang begitu rumit. Tapi untuk sekarang, dia sudah tidak lagi memperdulikan perasaan nya sendiri. Kebahagiaan kedua anaknya adalah tujuan hidup Shabrina.

"Nah sudah cantik anak bunda. Udah gak pusing lagi kepala nya kan nak?" tanya Shabrina seraya mengusap wajah cantik Nesya.

"Enggak bunda, cuma lemas" jawab Nesya. Suara kecilnya yang selalu membuat Shabrina gemas namun juga sedih.

"Istirahat dulu dirumah ya nak, main sama kak Arsya, tapi jangan keluar rumah, nanti siang bunda pulang bawa makanan untuk Nesya dan kakak. Sabar nunggu kan?" tanya Shabrina. Hatinya selalu merasa bersalah jika sudah begini. Bahkan hanya untuk sekedar sarapan pun tidak bisa dia berikan untuk anak anaknya.

"Bunda jangan khawatir, roti Arsya semalam masih ada, nanti untuk sarapan Nesya" sahut Arysa yang baru selesai memasang baju nya.

Shabrina langsung tersenyum mendengar itu.

"Kamu gak makan ya?" tanya Shabrina

"Makan kok, nih udah separuh. Cuma gak selera bunda. Biar Nesya aja yang habiskan, dia kan rakus" goda Arsya pada adiknya.

"Enak aja rakus, Nesya lapar kakak, bukan rakus" protes Nesya

"Sama aja. Nih makan, habis itu minum obat. Biar bisa main" ujar Arsya yang menyerahkan rotinya pada Nesya. Padahal hanya roti kecil, dan Arsya hanya memakan nya sedikit.

Shabrina benar benar bersyukur mempunyai anak yang pengertian seperti Arsya dan Nesya.

"Yasudah, bunda berangkat dulu. Kalian jangan nakal. Jangan main keluar rumah" ujar Shabrina pada anak anak nya.

"Kalau main di ayunan depan gak apa apa kan bunda. Nesya bosan didalam rumah" ucap Nesya

"Bunda takut kamu kelelahan sayang" jawab Shabrina

"Enggak apa apa bunda. Nesya perlu udara segar. Hari lagi cerah, nanti biar Arsya yang jaga" sahut Arsya pula. Sungguh, omongan nya sudah seperti orang dewasa saja.

Shabrina tersenyum dan mengangguk.

"Iya, yasudah. Tapi hati hati ya" kata Shabrina lagi.

"Yeay, terimakasih bunda"

Shabrina tersenyum dan langsung mengusap kepala anak anak nya dengan lembut. Dan setelah itu dia langsung pergi untuk bekerja. Hari ini dia tidak pergi untuk menjahit. Mungkin sore nanti Shabrina membawa jahitan nya kerumah untuk dikerjakan dirumah.

Pagi ini dia ingin kerumah salah satu tetangga nya, dia mengambil upah mencuci dan juga berberes rumah disana. Lumayan uang nya bisa dia pakai untuk membeli makanan siang nanti.

Apapun, apapun akan Shabrina lakukan untuk anak anaknya. Meski disini dia hidup dalam cemoohan dan hinaan orang orang. Tapi setidaknya dia tidak diusir dari sini. Dia masih diterima meski hidup dalam hinaan. Hidup bersama kedua anak, namun tanpa suami.

Menyedihkan.

Hidup di kota kecil dan jauh dari ibukota, adalah pilihan Shabrina ketika dia pergi meninggalkan semua nya dulu. Bersembunyi didaerah terpencil ini hanya karena tidak ingin lagi bertemu dengan lelaki itu. Lelaki yang sudah menorehkan sejuta luka dihatinya.

...

Sementara dirumah...

Nesya dan Arsya kini sudah berada diluar. Anak lelaki tampan itu terlihat sedang memegang tali ayunan Nesya yang duduk dengan nyaman diatas nya. Hanya ayunan yang terbuat dari ban bekas yang digantung. Dan itu menjadi permainan kedua anak itu setiap harinya karena mereka sama sekali tidak memiliki mainan apapun.

"Kakak" panggil Nesya pada Arsya

"Apa?" tanya Arsya

"Kita kerumah kak Mimi yuk" ajak Nesya

"Kamu gak ingat apa kata bunda tadi" sahut Arsya yang terus mengayun adiknya.

Wajah Nesya terlihat murung, matanya terus melihat kearah rumah dimana seorang anak perempuan kecil sedang bermain boneka didepan teras rumah bersama teman teman nya yang lain.

"Nesya pengen pinjam boneka kak Mimi" ungkap Nesya terdengar begitu sendu.

Arsya memandang adiknya dengan sedih.

"Janganlah, nanti ibunya marah lagi. Kamu mau bunda dimarahin sama ibu mereka terus?" tanya Arsya.

Nesya menggeleng lemah, wajahnya semakin sedih mendengar itu. Dia hanya bisa memandang dari jauh Mimi anak tetangga mereka yang selalu bermain bersama mainan nya diteras rumah. Sebagai anak kecil, tentu Nesya juga ingin memiliki mainan seperti mereka. Tapi apalah daya, bunda mereka tidak bisa membelikan mainan mainan seperti itu. Bahkan untuk makan saja selalu kurang. Mereka hanya makan enak ketika bunda mereka sehabis gajian. Selebihnya, mereka hanya makan seadanya bahkan sering kali hanya memakan roti seperti semalam.

Melihat adiknya yang bersedih, Arsya nampak terdiam. Namun beberapa saat kemudian dia langsung menghentikan ayunan Nesya.

"Kamu mau main boneka kan?" tanya Arsya

Nesya langsung mengangguk dengan wajah sedihnya.

"Kakak buatin aja ya, tapi kalau jelek jangan protes" ucap Arsya

Nesya langsung tersenyum senang mendengar itu.

"Oke... ayok" Nesya bahkan langsung melompat dari atas ayunan membuat Arsya dengan sigap menangkap tubuhnya yang hampir jatuh.

"Kamu kebiasaan Sya, kalau jatuh gimana coba. Nyusahin bunda kan" omel Arsya.

Nesya tertawa dan mengusap kaki nya yang sakit.

"Maaf kak" gumam nya.

Arsya hanya mendengus dan membawa Nesya keteras rumah mereka. Mendudukkan Nesya dikursi sofa yang sudah koyak dan tidak lagi berbusa, hanya menyisakan karet nya saja.

"Tunggu disini, jangan kemana mana. Kakak mau ambil bahan nya dulu. Semalam bu Sri ada buang kasur, lumayan busa nya bisa dibuat boneka" ujar Arsya

Nesya langsung mengangguk dengan cepat.

"Beneran ya. Jangan kemana mana. Kalau kamu pergi dari sini, kakak gak mau temenin kamu lagi" ancam Arsya

"Iya, Nesya disini" jawab Nesya yang menurut.

Arsya mengangguk, dan langsung berlari menuju warung bu Sri. Sementara Nesya hanya duduk dan memandangi kepergian nya. Namun hanya sebentar karena kini pandangan mata itu kembali memandang kearah rumah teman teman nya yang masih asik bermain disana.

Nesya ingin pergi, tapi sudah pasti kakak dan bunda nya pasti marah. Jadi dia lebih memilih untuk menurut dan menunggu saja disini. Meski keinginan nya untuk bermain membuat dia benar benar sedih.

...

Arsya sudah tiba diwarung bu Sri. Dia memandang bu Sri yang sedang menjemur ikan asin diatas atap warung.

"Mau apa, mau hutang lagi?" tanya bu Sri

Arsya menggeleng pelan seraya memandang tumpukan kasur yang sudah koyak ditempat sampah disamping warung itu.

"Arsya mau minta busa kasur itu boleh bu" pinta Arsya

Bu Sri mengernyit dan langsung memandang kasur yang semalam dia buang.

"Untuk apa sama kamu?" tanya bu Sri

"Mau buat boneka untuk Nesya, kan udah ibu buang, jadi Arsya mau minta" jawab Arsya.

Bu Sri memandang Arsya dengan iba. Dia selalu tidak tega melihat dua anak ini. Meski sebenarnya dia juga kesal karena ibu mereka yang selalu berhutang diwarungnya.

"Memang nya bisa buat boneka" tanya bu Sri seraya duduk dikursi dan mengipas wajahnya yang berkeringat.

"Dicoba bu" jawab Arsya

"Yaudah ambil, jangan kamu serakkan lagi. Ibu udah capek nyapu nya" ujar bu Sri

Arsya langsung tersenyum senang mendengar itu.

"Iya bu, terimakasih" ucap Arsya. Bahkan dia langsung berlari mengambil busa kasur itu.

Namun tiba tiba langkah nya terhenti saat melihat beberapa mobil mewah lewat didepan warung bu Sri. Bahkan Bu Sri dan juga beberapa warga yang ada disana nampak heran memandang mobil mobil mewah itu.

"Siapa tuh, mewah bener mobil nya. Mana sampek tiga lagi" ucap Bu Sri

"Gak tahu, apa polisi mau nangkep bandar narkoba" sahut salah satu pengunjung warung.

"Sembarangan, mana ada bandar narkoba ditempat kita" ucap bu Sri

Arsya yang memandang mobil mobil itu entah kenapa langsung teringat adiknya dirumah. Dia takut itu mobil penculik seperti yang sering beredar ditempat mereka.

Setelah mengambil busa kasur itu, dengan cepat dia langsung berlari pulang kerumah. Bahkan Arsya tidak lagi mengindahkan teriakan bu Sri yang marah karena busa kasur itu berserakan disepanjang jalan dia berlari.

Nafas Arya terengah engah karena dia berlari dengan begitu kencang, dan benar saja, matanya langsung melebar saat tahu jika tiga mobil mewah itu malah berhenti didepan rumah nya.

Dapat Arsya lihat jika Nesya nampak takut ketika didekati oleh seorang pria berjas, dan pria pria berjas lain yang sangat banyak juga mulai keluar dari dalam mobil mewah itu.

"Jangan dekati adik Arsya!!!!" teriak Arsya yang langsung berlari mendekat kearah Nesya.

Pria berjas itu langsung berbalik dan memandang Arsya. Namun matanya terlihat melebar dan dia sedikit terkejut melihat wajah Arsya dari dekat.

Kenapa bisa mirip dengan tuan nya????

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

ngos2an bacanya banyak beragumen 🥴

2023-04-26

2

Marifatul ilmiyah

Marifatul ilmiyah

ya Tuhan semoga ayah mereka baik dan tidak semakin menorehkan luka lebih dalam pada bundanya 🥺🥺🥺🥺

2023-04-03

1

Dewie Angella Wahyudie

Dewie Angella Wahyudie

jelas mirip lah dodol orang ankanya....gimna sch🤦‍♀️🤦‍♀️

2023-04-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!