Ingin Bertemu Ayah

Shabrina tersenyum melihat Nesya yang sudah mulai turun demamnya. Bahkan sekarang gadis kecil berambut ikal ini sudah mau minum dan makan roti. Roti yang Shabrina dapatkan dari warung sore tadi.

"Bunda gak makan? Kita bagi dua ya bunda" ujar Arsya yang duduk disamping adiknya.

"Arsya makan aja, bunda masih kenyang nak. " jawab Shabrina dengan senyum hangat nya. Dia masih menyuapi Nesya makan roti.

"Kita kan dari pagi belum makan. Dan sekarang udah malam. Bunda kenyang dari mana?" tanya Arsya. Wajah polosnya itu membuat Shabrina tidak tega untuk berbohong. Tapi apa boleh buat, kebohongan seorang ibu memang suatu hal yang wajar kan, dari pada harus melihat anak anak nya yang bersedih.

"Tadi sore sewaktu kalian tidur, bunda udah makan sepotong roti. Jadi udah kenyang. Itu memang jatah Arsya dan ini untuk Nesya" kata Shabrina yang kembali menyuapkan roti kedalam mulut Nesya.

"Bunda gak bohong kan?" tanya Arsya. Sepertinya dia tidak percaya pada bundanya. Sudah banyak kebohongan yang bunda nya simpan untuk mereka.

"Beneran sayang. Udah di makan rotinya, biar kenyang dan sehat. Besok bunda mau kerja, Arsya jaga Nesya ya nak" ujar Shabrina

"Iya bunda" jawab Arsya yang hanya bisa pasrah, meski dia tahu bunda nya berbohong. Wajah pucat dan lelah itu tidak bisa mengelabui anak lelaki ini. Anak lelaki yang meski baru berusia lima tahun, tapi sudah harus dipaksa dewasa oleh keadaan.

"Bunda" suara Nesya membuat Shabrina menoleh kearah nya.

"Iya sayang, kenapa nak? mau minum?" tanya Shabrina.

Namun Nesya menggeleng pelan.

"Jadi Nesya mau apa, ada yang sakit?" tanya Shabrina lagi.

Namun Nesya tetap menggeleng.

"Ayah kenapa gak datang datang bunda?"

deg

"Nesya ingin ketemu ayah. Nesya ingin punya ayah kayak kak Mimi" pinta Nesya. Matanya berkaca kaca memandang Zea yang mematung. Ini bukan kali pertama anak anaknya bertanya soal ayah mereka.

Tapi bagaimana cara menjawabnya.

"Nesya ingin ketemu ayah bunda" suara yang begitu lirih itu benar benar bisa membuat hati Shabrina semakin melemah.

Dia tersenyum getir dan langsung memeluk Nesya dengan erat. Dan sungguh, air mata ini tidak bisa terbendung lagi. Pertanyaan itu seperti sebuah sayatan pisau yang mengiris hatinya.

Sakit..

Sakit sekali...

"Bunda jangan nangis. Ayah lagi kerja kan. Nesya kamu sabar. Nanti Ayah juga datang kalau udah selesai kerja. Ya kan bunda" ucap Arsya.

Shabrina tersenyum dan langsung mengangguk dengan cepat, seriring dengan air matanya yang menetes semakin deras.

Harus apa dia sekarang.

Haruskah dia egois dan membiarkan anak anaknya dalam pengharapan seperti ini? Sedangkan yang diharap saja tidak tahu ada dimana dan bersama siapa saat ini.

Apakah masih bersama perempuan itu?

Apakah dia sudah hidup bahagia disana dengan keluarganya.

Tidak..

Sungguh Shabrina tidak akan mau jika anak anak nya tahu jika ayah mereka adalah seorang pengkhianat yang sudah menorehkan luka yang cukup besar dihati bundanya.

Cukup Shabrina yang merasakan luka itu, jangan lagi anak nya. Bahkan jika Shabrina mendatanginya, apakah dia mau mengakui anak anak nya ini.???

Mustahil...

"Bunda... maafin Nesya. Bunda jangan nangis. Nesya kan cuma tanya. Kalau ayah belum selesai kerja. Nesya gak apa apa, Nesya akan tunggu terus sampai ayah pulang" ungkap Nesya seraya mendongak dan memandang Shabrina

"Maafin bunda ya nak. Bunda belum bisa buat kalian bahagia" ucap Shabrina seraya mengusap wajah Nesya yang masih pucat.

"Bunda, kami bahagia ada bunda. Bunda jangan sedih lagi. Nanti kalau udah besar Arsya pasti bantu bunda kerja biar kita bisa makan enak ya bunda" kata Arsya.

Dan sungguh Shabrina benar benar tidak bisa menahan tangisnya sekarang.

Dia langsung memeluk kedua anak nya dengan erat. Perkataan anak berusia lima tahun yang sungguh dewasa, namun mampu mengiris hati Shabrina begitu dalam.

"Bunda sayang kalian nak, bunda janji, bunda pasti akan buat kalian bahagia. Bunda janji nak" ucap Shabrina dengan hati yang begitu hancur.

"Nesya juga sayang bunda"

"Arsya juga sayang bunda. Bunda, bunda terhebat yang kami punya"

Shabrina menggeleng dan semakin menahan tangis nya.

Ya tuhan...

tolong ...

tolong kuatkan hati dan raganya untuk anak anaknya. Tolong berikan dia kesehatan dan juga kekuatan untuk bisa selalu membuat anak anak nya bahagia, meski dia hidup dalam hujatan semua orang dan tanpa sosok pria yang menjadi ayah dari anak anak nya saat ini.

Shabrina hanya ingin anak anaknya bahagia.

...

Sementara di tempat lain...

Disebuah rumah mewah yang nampak sepi dan suram. Seorang pria dewasa duduk menyendiri disebuah ruangan kosong.

Duduk dengan sebuah foto ditangan nya.

Wajah pria itu begitu datar dan dingin. Tidak ada ekspresi apapun yang terpancar dari mata tajam nya. Pandangan matanya menatap lekat wajah gadis cantik yang tersenyum begitu indah didalam foto itu.

Gadis cantik yang pernah singgah didalam kehidupan nya beberapa tahun lalu. Gadis cantik pemilik mata indah yang menjadi pemilik hatinya hingga saat ini.

Gadis cantik yang telah membuat hidupnya hancur dan tidak lagi memiliki semangat untuk hidup sejak kepergian nya.

Kesalahan yang telah dia perbuat, membuat kekasihnya pergi. Dan bahkan sampai saat ini dia tidak tahu dimana keberadaan gadis pemilik mata indah ini.

Devan Bramasta. Pria berusia tiga puluh tiga tahun yang hidup nya sudah seperti patung tanpa nyawa.

Penyesalan terbesar yang pernah dia perbuat, adalah membiarkan gadis nya bersedih dan pergi meninggalkan nya.

"Tuan"

Suara seorang pria membuat Devan langsung menoleh.

"Orang orang kita sudah menemukan dimana nona Shasa berada"

deg

Devan langsung beranjak dari duduk nya dan memandang asisten nya dengan lekat.

"Kau serius?. Katakan padaku dimana dia" ucap Devan langsung.

"Mereka menemukan seorang gadis yang mirip nona Shasa di luar pulau tuan, tepat nya di pulau Sumatera" ungkap Hans, asisten Devan

"Sumatera?" gumam Devan.

Hans mengangguk.

"Dia hidup bersama dengan kedua anak kembarnya"

deg

deg

deg

"Anak"

Devan langsung jatuh terduduk kembali di kursi nya.

Shasa sudah menikah?

Dia sudah punya anak.

Tangan Devan langsung terkepal dengan erat. Dia tidak rela, sungguh, sudah enam tahun ini Devan mencari keberadaan nya. Semua sudut kota sudah dijelajahi hanya demi menemukan gadis kesayangan nya itu.

Tapi kenapa sekarang dia mendapatkan kenyataan yang menyakitkan seperti ini?

"Siapkan pesawat, kita pergi besok pagi" ujar Devan. Persetan dengan suaminya, siapapun dia, Devan hanya ingin melihat Shasha. Dia rindu, dan sangat rindu. Enam tahun hidup dalam penyesalan sungguh membuat dia tidak berdaya.

"Tapi bagaimana dengan tuan besar dan nyonya tuan?" tanya Hans terlihat ragu.

"Aku tidak perduli. Terserah pada mereka. Aku sudah lelah menuruti semua keinginan mereka dan karena mereka aku kehilangan dia" jawab Devan

Hans mengangguk dan langsung pergi keluar dari ruangan kosong itu. Ruangan tempat Devan menyendiri selama ini.

Shasa sudah ditemukan. Meski dia sudah menikah dan memiliki anak, Devan tidak perduli. Dia hanya ingin melihat, apakah gadis yang dia cintai itu bisa bahagia sekarang, apakah dia bahagia setelah pergi tanpa berkata apapun?

Devan ingin bertemu dengan Shasa, dia ingin mengungkapkan semua yang telah terjadi enam tahun yang lalu.

Kesalahan nya yang telah mengabaikan kesedihan gadis itu. Dan bukan pengkhianatan seperti yang Shasa fikirkan.

Terpopuler

Comments

Dewie Angella Wahyudie

Dewie Angella Wahyudie

smoga devan bsa mnmukan sasa...kshn ank" yg hdup mnderita..

2023-04-02

4

Marifatul ilmiyah

Marifatul ilmiyah

ampuuuuuuuunnnnn kak thor nyesek banget.... bagus banget ceritanya 😭😭😭😭😭😭

2023-04-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!